Sabtu, 13 Desember 2025

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan

Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan internal mengenai definisinya: apakah ia sekadar “linguistik yang diterapkan” (linguistics-applied) atau “linguistik terapan” dalam arti “pemecahan masalah bahasa dimana bahasa adalah isu sentral”. Sebagai misal, dalam bab “Applied Linguistics” karya De Bot & Thomas (2023) disebut tiga definisi utama: (1) pengajaran bahasa asing (L2) dan pembelajaran bahasa, (2) penggunaan pengetahuan linguistik untuk memecahkan masalah di mana bahasa adalah isu utama, dan (3) “apa saja” yang berkaitan dengan bahasa kecuali linguistik teoretis. Cambridge University Press & Assessment
Lebih lanjut, situs Open University menyatakan bahwa definisi yang sering dikutip adalah: “The theoretical and empirical investigation of real
world problems in which language is a central issue.” The Open University


Linguistik Terapan Jilid Pertama - Aco Nasir | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com)


 Namun perdebatan muncul karena:

  • Apakah definisi yang lebih sempit (misalnya pengajaran bahasa) cukup untuk mencakup seluruh bidang?
  • Apakah definisi yang lebih luas (semua konteks dimana bahasa berperan) terlalu longgar sehingga kehilangan batas disiplin?
  • Apakah istilah “applied” (terapan) menunjukkan prioritas penerapan praktis, ataukah tetap mencakup penelitian teoritis yang diarahkan ke aplikasi?
    Dengan demikian, definisi linguistik terapan tetap “tidak stabil”, dan para sarjana terus mencoba merumuskan batas
    batasnya agar disiplin ini dapat dikenali secara konsisten namun tetap fleksibel.

2. Paradigma dominan menentukan pertanyaanpertanyaan yang dapat diajukan dalam suatu disiplin ilmu

Dalam ilmu sosial dan humaniora, paradigma dominan—yakni sistem asumsi, fokus, metodologi, dan nilai yang diterima secara luas dalam disiplin—memengaruhi: (a) pertanyaan riset yang dianggap sahih, (b) metode yang digunakan, (c) publikasi yang diterima, dan (d) batasapa yang dianggap “masalah” dalam bidang tersebut. Dalam konteks linguistik terapan:

  • Ketika paradigma strukturalistik dan behavioristik mendominasi (masa pasca­Perang Dunia II hingga 1960an), fokus linguistik terapan sangat terkait dengan pengajaran bahasa asing, analisis kesalahan (error analysis), metode audiooral, serta pembelajaran terstruktur. Hal ini tercatat dalam literatur bahwa awal applied linguistics identik dengan pengajaran L2. Kyoto Sangyo University+1
  • Ketika paradigma kompetensi komunikatif (communicative competence) muncul di 1970an/1980an, maka fokus linguistik terapan mulai meluas: bukan hanya pengajaran bahasa, tetapi penggunaan bahasa dalam interaksi sosial, kebijakan bahasa (language policy), bilinguisme/multilingualisme, wacana (discourse), dan teknologi bahasa. Taylor & Francis+1
  • Karena paradigma dominan “applied linguistics = teaching foreign languages”, banyak penelitian awal di bidang ini diarahkan ke aspek pengajaran/ pembelajaran. Namun begitu paradigma bergeser, pertanyaan riset menyentuh isu yang lebih luas seperti literasi bahasa ibu, perencanaan bahasa, interpretasi, penerjemahan, komunikasi di tempat kerja.
    Dengan demikian, paradigma dominan dalam linguistik terapan menentukan apa yang dipertanyakan, bagaimana dipertanyakan, dan konteks mana yang dianggap valid. Jika paradigma berubah, maka ruang lingkup dan definisi bidang pun meluas atau bergeser.

3. Anggapan bahwa istilah “linguistik terapan” merupakan sebuah kontradiksi?

Sebagian pengamat bidang mengemukakan bahwa istilah “linguistik terapan” (applied linguistics) mengandung kontradiksi inheren. Alasan utama anggapan ini adalah bahwa istilah “applied” mengandaikan bahwa ada suatu “linguistik teoretis” yang sudah mapan yang kemudian diterapkan ke praktik. Namun dalam kenyataannya, banyak kegiatannya sangat praktis, multidisipliner, dan bukan sekadar penerapan teori linguistik. Beberapa poin terkait:

  • Jika bidang ini hanya “linguistik yang diterapkan”, maka ia tampak sebagai turunan dari linguistik teoretis, tetapi kenyataannya banyak permasalahan yang muncul dalam linguistik terapan adalah praktis (realworld) dan memerlukan teori baru atau integrasi dengan disiplin lain.
  • Sebaliknya, jika fokusnya adalah “pemecahan masalah bahasa” (languagerelated problems) maka istilah “linguistik terapan” bisa dianggap menekankan “terapan” sedemikian rupa sehingga linguistik (ilmu bahasa) menjadi alat saja, bukan sebagai inti.
  • Oleh karena itu, istilah itu kadang dianggap kontradiktif atau setidaknya menimbulkan ketegangan konsep: antara teori dan praktik, antara linguistik dan aplikasi, antara ilmu bahasa dan intervensi sosial.

Beberapa literatur menyebut bahwa definisi (3) dalam De Bot & Thomas—“apa saja yang berkaitan dengan bahasa kecuali linguistik teoretis”—pencitraannya terlalu lebar sehingga membuat istilah “applied linguistics” hampir berarti “semua hal yang bukan linguistik teoretis” dan oleh karenanya terasa tidak koheren. Cambridge University Press & Assessment
Dengan demikian, anggapan bahwa istilah “linguistik terapan” mengandung kontradiksi cukup terbukti dalam literatur bidang ini.

4. Alasan yang dikemukakan oleh penulis mengenai kontradiksi dalam istilah “linguistik terapan”

Literatur mencatat sejumlah alasan mengapa istilah “linguistik terapan” dianggap mengandung kontradiksi, sebagai berikut:

  • Bahasa “terapan” mengandaikan adanya teori atau ilmu dasar yang kemudian diterapkan. Namun banyak dari apa yang dilakukan dalam linguistik terapan bukan penerapan teori linguistik sederhana, melainkan pengembangan teori baru atau intervensi praktis yang bersifat problemdriven. Sebagai contoh, menurut Open University, “applied linguistics … investigates situations where people are simply using language in particular ways… sometimes models can help with problems but sometimes they simply allow us to better understand what is actually going on.” The Open University
  • Istilah “linguistik terapan” sering mengasosiasikan pengajaran bahasa asing, tetapi bidang ini telah meluas ke area seperti kebijakan bahasa, penerjemahan, teknologi bahasa, forensik linguistik – yang tidak selalu didasarkan pada teori linguistik yang “murni”. De Bot & Thomas menunjukkan bahwa definisi (2) “use of linguistic knowledge to solve problems where language is a central issue” mencerminkan bahwa bidang ini lebih problemoriented daripada “linguistik” dalam arti tradisional. Cambridge University Press & Assessment+1
  • Karena ruang lingkupnya yang luas dan berubahubah, istilah “applied linguistics” kadang kehilangan identitas yang jelas: apakah ia sub-bidang linguistik atau disiplin tersendiri? Hal ini menyumbang kepada kontradiksi pengertian.
  • Selain itu, istilah “applied” bisa menurunkan posisi teori linguistik (“theoretical linguistics”) sebagai basis utama, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah bidang ini cukup “ilmiah” atau hanya praktis. Dalam pengantar The Oxford Handbook of Applied Linguistics dikatakan bahwa “Applied linguistics is a difficult notion to define; indeed, it should not be assumed that this volume will provide a definitive definition of the field.” OUP Academic
    Dengan demikian, penulis dan editor bidang ini secara sadar mengakui bahwa istilah “linguistik terapan” membawa ketegangan konsep dan bahwa pengertian disiplin ini harus dilihat sebagai hidup, berkembang, dan terbuka.

5. Apa saja buku dan artikel yang telah membahas masalah definisi linguistik terapan?

Beberapa buku dan artikel utama yang membahas definisi linguistik terapan antara lain:

  • De Bot, K., & Thomas, M. (2023). Applied Linguistics (Chapter 29 in The Cambridge History of Linguistics). Mereka menampilkan tinjauan definisi yang berbeda dan sejarah definisi bidang ini. Cambridge University Press & Assessment
  • De Bot, K. (2015). A History of Applied Linguistics: From 1980 to the present. Routledge. Buku ini mengkaji bagaimana definisi dan cakupan linguistik terapan telah berubah selama dekade-terakhir. Routledge+1
  • LiWei, J., Zhu Hua, & Simpson, J. (2024?). The Routledge Handbook of Applied Linguistics. Pengantar babnya menyebut bahwa “Applied linguistics is a transdisciplinary field …” dan membahas definisi serta paradigma. Taylor & Francis
  • “Definition of Applied Linguistics” oleh Thai Association for Applied Linguistics (TAAL). Situs ini merangkum definisi yang menekankan penelitian teoretis dan empiris terhadap masalah di mana bahasa adalah sentral. Taal
  • Artikel pengantar dalam The Oxford Handbook of Applied Linguistics (ed. Kaplan, 2010) juga menyentuh tentang kesulitan mendefinisikan bidang ini. OUP Academic+1
    Buku
    artikel ini sangat cocok sebagai bacaan lanjutan bagi pembaca yang ingin memahami bagaimana definisi linguistik terapan telah dirumuskan, diperdebatkan, dan direvisi selama waktu.

6. Bukti yang menunjukkan bahwa linguistik terapan telah berkembang menjadi disiplin ilmu yang diakui secara luas

Beberapa bukti konkret menunjukkan bahwa linguistik terapan telah menjadi disiplin yang diakui secara luas, bukan hanya cabang pengajaran bahasa saja:

  • Institusiakademik: Banyak universitas di berbagai negara memiliki program “Applied Linguistics”, “Linguistik Terapan”, atau nama sejenis yang diakui secara resmi sebagai program pascasarjana atau departemen. Misalnya jurnal Language Learning yang sejak 1948 mencantumkan subjudul “A Quarterly Journal of Applied Linguistics”. Wikipedia+1
  • Bukureferensi besar: Contohnya The Oxford Handbook of Applied Linguistics (Kaplan, 2010) yang menyediakan koleksi artikel berbagai subbidang dalam linguistik terapan. OUP Academic
  • Asosiasi profesional: Organisasi seperti Association Internationale de Linguistique Appliquée (AILA) yang didirikan 1964 dan memiliki anggota dari banyak negara menunjukkan legitimasi internasional disiplin ini. OUP Academic+1
  • Perluasan cakupan riset: Dari awal yang sangat terkait pengajaran bahasa asing, bidang ini telah meluas ke kebijakan bahasa, teknologi bahasa, bilingualisme/multilingualisme, wacana, dan banyak lagi. Situs Open University menyebut bahwa sekarang konteksnya termasuk “law, institutions, workplace, medical communication, media discourse, translation…” The Open University
  • Interdisipliner dan problemdriven: Disebut bahwa linguistik terapan kini merupakan bidang transdisipliner yang menghubungkan pengetahuan bahasa dan penggunaan dalam konteks nyata—ini menunjukkan bahwa ia bukan sekadar cabang linguistik teoretis tetapi disiplin tersendiri. Taylor & Francis
    Dengan demikian, bukti
    bukti tersebut menunjukkan bahwa linguistik terapan telah memperoleh status yang mapan sebagai disiplin ilmiah dengan jaringan institusional, publikasi, asosiasi, dan pengakuan internasional.

 

Penutup

Melalui pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

  • Definisi linguistik terapan terus menjadi objek debat karena ruang lingkupnya yang luas dan karakter praktisnya yang kuat.
  • Paradigma dominan dalam disiplin memengaruhi pertanyaan riset, metode, dan cakupan bidang—sehingga perubahan paradigma sama artinya dengan perubahan dalam lingkup linguistik terapan.
  • Istilah “linguistik terapan” mengandung ketegangan atau kontradiksi konseptual karena menggabungkan unsur “linguistik” dan “terapan” yang masing-masing membawa implikasi tertentu.
  • Penulis dan editor bidang ini telah secara terbuka membahas kontradiksi ini dan menyadari bahwa definisi bidang harus terus direfleksikan dan diperbarui.
  • Terdapat sejumlah buku dan artikel kunci yang membahas masalah definisi dan perkembangan linguistik terapan, cocok sebagai bacaan lanjutan.
  • Dan bukti nyata (program studi, asosiasi, buku referensi, perluasan riset) menunjukkan bahwa linguistik terapan kini diakui sebagai disiplin ilmiah global.
    Bagi blog Pusat Referensi Linguistik, bab ini sangat penting karena membantu pembaca memahami bahwa linguistik terapan bukan hanya istilah teknis, tetapi disiplin yang dibentuk oleh paradigma, definisi yang bergerak, dan jaringan institusi global—sedangkan bagi peneliti atau praktisi linguistik di Indonesia atau Asia-Pasifik, menyadari konteks tersebut adalah langkah awal untuk berkontribusi secara konteks
    sensitif dan reflektif.

 

Daftar Pustaka

De Bot, K., & Thomas, M. (2023). Applied Linguistics (Chapter 29). In L. R. Waugh, M. Monville-Burston, & J. E. Joseph (Eds.), The Cambridge History of Linguistics (pp. --). Cambridge University Press. Cambridge University Press & Assessment
De Bot, K. (2015). A History of Applied Linguistics: From 1980 to the present. Routledge. Routledge+1
Li-Wei, J., Zhu Hua, & Simpson, J. (Eds.). (2024). The Routledge Handbook of Applied Linguistics. Routledge. Taylor & Francis
Oxford University Press. (2010). The Oxford Handbook of Applied Linguistics (R. B. Kaplan, Ed.). Oxford University Press. OUP Academic+1
Thai Association for Applied Linguistics. (n.d.). Definition of applied linguistics (AL). Retrieve from https://taal.or.th/definition-of-applied-linguisticsal/ Taal
“Applied linguistics”. (n.d.). In Cambridge English Dictionary. Retrieved from https://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/applied-linguistics Cambridge Dictionary

Jumat, 12 Desember 2025

Sejarah dan Perkembangan Linguistik Terapan

1. Akademisi pertama di Amerika Serikat dan Inggris yang menyandang gelar profesor linguistik terapan

Dalam sejarah awal disiplin linguistik terapan (applied linguistics), penentuan “profesor” pertama yang menyandang gelar resmi dalam bidang ini agak sulit dipastikan secara universal — namun beberapa nama terkemuka dapat dicatat. Misalnya di Inggris, Henry G. Widdowson menjadi Chair of Applied Linguistics di Institute of Education, University of London pada tahun 1977. Wikipedia Sementara di AS, institusi seperti Center for Applied Linguistics (CAL) yang didirikan pada tahun 1959 di Washington D.C. oleh Charles A. Ferguson menunjukkan bahwa wilayah AS juga memiliki lembaga awal yang memfokuskan pada applied linguistics. CAL+2CAL+2
Walaupun tidak selalu disebutkan secara eksplisit “profesor applied linguistics” pertama di AS, misalnya di University of California, Los Angeles (UCLA) terdapat seorang yang disebut sebagai “Professor, Department of Applied Linguistics and TESL” yakni Russell N. Campbell (PhD 1964) yang kemudian menjadi Professor Emeritus. UCLA International Institute
Jadi, secara ringkas: di Inggris Henry G. Widdowson adalah salah satu yang pertama memegang kursi (chair) dalam applied linguistics; di AS tidak ada dokumentasi publik yang secara tegas menunjukkan “profesor applied linguistics” pertama secara unik, namun institusi seperti CAL dan individu-profesor di bidang TESL/Applied Linguistics menunjukkan bahwa bidang ini mulai mapan di AS pada 1960-an hingga 1970-an.

Linguistik Terapan Jilid Pertama - Aco Nasir | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com)


2. Perspektif Amerika Utara dianggap perlu untuk melengkapi pandangan Peter Strevens tentang linguistik terapan

Peter Strevens adalah salah satu tokoh awal dalam linguistik terapan yang mengemukakan definisi dan pengembangan bidang tersebut. Dalam karya-nya disebut bahwa istilah “applied linguistics” adalah “Anglo-American coinage” dan bahwa istilah tersebut “has been used in Britain since the establishment of the University of Edinburgh’s School of Applied Linguistics in 1956, and in the United States of America since the establishment of the Center of Applied Linguistics in Washington, D.C. in 1957.” Peter Lang+1
Namun demikian, perspektif Strevens yang menekankan tradisi Inggris dan AS saja dianggap perlu dilengkapi oleh perspektif Amerika Utara secara lebih luas (termasuk Kanada, maupun konteks riset dan praktik di AS sendiri) karena:

  • Riset dan institusi di AS berkembang pesat pasca Perang Dunia II (misalnya kebutuhan pengajaran bahasa asing, bahasa bagi militer, dan kebijakan bahasa) yang menjadikan AS sebagai pusat penting bagi applied linguistics. CAL+1
  • Praktik linguistik terapan di Amerika Utara meliputi konteks bilingualisme, migrasi, pembelajaran bahasa sebagai L2/ESL yang berbeda dari tradisi Eropa, sehingga menambahkan variasi metodologis dan tematis yang melengkapi kerangka Strevens.
  • Afrika Utara, Amerika Latin dan Asia sering mengadopsi kerangka riset yang dikembangkan di Amerika Utara sehingga pengaruh Amerika Utara sebagai “komplementer” terhadap pandangan Strevens menjadi penting untuk melihat dinamika global linguistik terapan.
    Dengan demikian, meskipun Strevens menyediakan landasan konseptual penting, perspektif Amerika Utara (termasuk praktik, institusi, orientasi riset) perlu dilihat sebagai pelengkap agar gambaran perkembangan linguistik terapan menjadi lebih utuh dan global.

3. Anekdot tentang definisi “anjing” dalam konteks linguistik terapan

Dalam literatur mengenai applied linguistics terdapat sebuah anekdot yang dikutip oleh Strevens (melalui artikel “Linguistics in Applied Linguistics: a historical overview” oleh Harris) yang menjelaskan bagaimana definisi disiplin bisa seperti “apa itu anjing (dog)”. Konteksnya: seorang leksikograf (kamus) bertanya kepada sekelompok biolog tentang definisi “dog”, dan biolog tersebut setelah penelitian panjang menyimpulkan bahwa: “a dog is an animal recognised by another dog as being a dog.” Kemudian analognya: para peneliti dalam applied linguistics (yang dianggap sebagai applied linguists oleh sesama applied linguists) menghadapi pertanyaan serupa — “apa itu applied linguistics?” — namun tidak sepakat. ERIC+1
Anekdot ini menggambarkan tantangan definisi dalam suatu disiplin: bahwa meskipun kita mungkin dapat mendukung bahwa “orang yang menyebut dirinya applied linguist dan diakui oleh orang lain sebagai applied linguist” maka ia adalah applied linguist, namun definisi tersebut tidak memuaskan secara konseptual. Anekdot “anjing” (dog) menjadi metafora untuk bagaimana definisi bisa bersifat sirkular, berpusat pada pengakuan internal komunitas, bukan deskripsi objektif yang komprehensif.
Dalam konteks linguistik terapan, anekdot ini mengingatkan bahwa definisi bidang ini (applied linguistics) sangat tergantung pada konteks historis, institusional, dan tradisi riset—sehingga penting memahami bahwa definisi “apa itu linguistik terapan” tidak sederhana.

4. Bagaimana paradigma dominan dalam suatu disiplin ilmu memengaruhi definisi dan pendekatan dalam bidang tersebut?

Paradigma dominan dalam suatu disiplin (misalnya paradigma struktural, generatif, komunikatif, kritikal) memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana disiplin itu didefinisikan, bagaimana pendekatannya dibangun, dan apa yang dianggap sebagai “masalah” yang relevan. Dalam konteks linguistik terapan, pengaruh paradigma dominan dapat dilihat beberapa aspek berikut:

  • Penentuan fokus masalah: Misalnya, ketika paradigma struktural linguistik (bahwa bahasa terdiri dari struktur fonologi, morfologi, sintaksis) mendominasi, maka applied linguistics awal sangat tertuju pada pengajaran bahasa asing dengan metode struktural atau behavioristik (audiolingualism). Harris (2008) mencatat bahwa pada awalnya bidang ini memang sangat terkait dengan pengajaran bahasa asing (L2) dalam tradisi Anglo-Amerika. Universidad de La Rioja+1
  • Terminologi dan status disiplin: Paradigma bahwa ilmu (science) lebih unggul daripada humanisme menjelaskan salah satu alasan munculnya istilah “applied linguistics” — sebagai cara untuk menegaskan bahwa pengajaran bahasa atau aktivitas praktis lainnya adalah “ilmiah”. Mackey (1966) menyebut bahwa istilah itu muncul karena orang ingin dikenal sebagai ilmuwan bukan humanis. Peter Lang
  • Metodologi dan akal konsep: Ketika paradigma komunikatif (communicative competence) muncul dalam 1970-an/1980-an, instrument penelitian dalam applied linguistics berubah: lebih banyak penelitian wacana (discourse analysis), interaksi sosial, kebijakan bahasa, bukan hanya pengajaran tatabahasa. Hal ini mempengaruhi definisi bidang: bukan semata “teaching foreign language” tapi “problemsolving in real world language issues”. (Harris, 2008) Universidad de La Rioja
  • Cakupan dan legitimasi bidang: Paradigma dominan juga mempengaruhi apa yang dianggap menjadi “linguistik terapan”. Bila paradigma dominan adalah pengajaran L2 di dunia AngloAmerika, maka bidang dan publikasi akan terfokus di area tersebut; bila paradigma bergeser ke kebijakan bahasa, teknologi bahasa atau forensik, maka definisi dan praktik disiplin pun meluas. Hal ini berarti bahwa paradigma dominan menentukan batas-apa yang dianggap “terapan” atau “problem bahasa nyata”.
  • Bahasa dan komunitas riset: Paradigma dominan yang berasal dari satu komunitas (misalnya Anglo-Amerika) membawa standar, bahasa publikasi, dan jaringan yang kemudian menjadi acuan global. Ini mempengaruhi siapa yang berkontribusi dan bagaimana penelitian dilihat. Karena itu, pendekatan dalam applied linguistics di negara lain kadang harus “mengadaptasi” paradigma dominan agar diterima dalam literatur internasional.

Karena itu, memahami paradigma dominan dalam disiplin adalah kunci untuk memahami bagaimana definisi linguistik terapan terbentuk, bagaimana bidang itu berkembang, dan bagaimana kita bisa memikirkan alternatif atau pluralitas paradigma dalam konteks global.

 

Penutup

Melalui pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

  1. Sejarah awal linguistik terapan menunjukkan bahwa yang pertama-pertama memegang jabatan atau kursi khusus dalam applied linguistics muncul di Inggris (seperti Widdowson) dan di AS institusi seperti CAL mulai memfasilitasi bidang tersebut.
  2. Perspektif Amerika Utara merupakan komplementer penting terhadap pandangan awal seperti yang dikemukakan oleh Strevens, karena menambahkan konteks riset, institusi, dan praktik yang lebih luas.
  3. Anekdot “anjing” (dog) dalam literatur menunjukkan betapa sulitnya mendefinisikan sebuah disiplin dan bagaimana definisi dapat bergantung pada komunitas riset dan pengakuan internal.
  4. Paradigma dominan memengaruhi definisi, fokus, metodologi, dan jaringan dalam suatu disiplin — sehingga dalam linguistik terapan kita perlu menyadari bagaimana paradigma (pengajaran L2, komunikatif, kebijakan bahasa, teknologi bahasa) telah membentuk apa yang kita anggap sebagai “linguistik terapan”.
    Bagi blog Pusat Referensi Linguistik, bab ini menyediakan pemahaman historis dan konseptual yang mendalam — yang penting agar pembaca tidak hanya memahami “apa itu linguistik terapan” tetapi juga “bagaimana dan mengapa” bidang itu berkembang sebagaimana ia terjadi.

 

Daftar Pustaka

Harris, T. (2008). Linguistics in applied linguistics: A historical overview. Journal of English Studies, 72. https://doi.org/10.18172/jes.72 (publicaciones.unirioja.es)
Strevens, P. (1977). Special-Purpose Language Learning: A Perspective. Language Teaching, 10(3), 145-163. https://doi.org/10.1017/S0261444800003402 (cambridge.org)
Thắng, N. T. (2016). Understanding applied linguistics. Dalat University Journal of Science, 6(1). https://doi.org/10.37569/DalatUniversity.6.1.30(2016) (dlu.edu.vn)
Center for Applied Linguistics. (n.d.). Our history. Retrieved from https://www.cal.org/who-we-are/our-history/ (cal.org)

Kamis, 11 Desember 2025

Implikasi dan Kritik

1. Argumen yang diajukan oleh editor untuk membantah anggapan bahwa buku mereka mencerminkan imperialisme budaya

Dalam literatur tentang publikasi linguistik dan linguistik terapan, kritik yang sering muncul adalah bahwa publikasi-berbahasa Inggris dan struktur pengetahuan yang dominan berasal dari tradisi Anglo-Amerika mencerminkan bentuk imperialisme budaya atau epistemik. Misalnya, publikasi yang menuntut “standar Inggris akademik” atau yang secara sistematis menolak manuskrip non-Anglophone dapat dianggap sebagai memperkuat hegemoni linguistik dan kultural. British Council+2Paradigm+2
Namun, para editor jurnal atau buku kadang-kala membantah anggapan ini dengan sejumlah argumen, antara lain:

  • Argumen pragmatis: Editor menyatakan bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai medium publikasi adalah pilihan yang bersifat praktis dan strategis, bukan upaya eksplisit untuk mendominasi budaya. Bahasa Inggris dipandang sebagai “lingua franca akademik” yang memungkinkan penelitian mencapai pembaca yang lebih luas dan memungkinkan pertukaran pengetahuan antar-negara secara lebih efisien. Sebagai contohnya, Strauss (2017) mencatat bahwa editor sering membenarkan standar bahasa formal Inggris sebagai alat menjaga kualitas dan keterbacaan internasional. MDPI
  • Argumen aksesibilitas: Editor mengemukakan bahwa dengan menulis dalam bahasa Inggris, hasil riset dari berbagai negara—termasuk negara non-barat—dapat diakses oleh komunitas global. Dengan demikian, publikasi berbahasa Inggris bukanlah bentuk dominasi tunggal, melainkan alat inklusif untuk memperluas jangkauan. Sebagai contoh, Hultgren (2019) menyatakan bahwa kendati tekanan terhadap penulis non-penutur asli sulit, bahasa Inggris tetap dipakai karena alasan akses global. MDPI
  • Argumen kualitas dan efisiensi: Beberapa editor berpendapat bahwa standar bahasa dan gaya dalam bahasa Inggris utama (English as a Medium of Publication) membantu menjaga standar peer review, pengindeksan, dan reputasi jurnal. Dengan demikian, pilihan bahasa Inggris dianggap sebagai bagian dari manajemen kualitas penerbitan, bukan semata-muatan budaya imperialistik.
  • Argumen diversitas progresif: Editor juga sering menunjukkan bahwa mereka menyadari tantangan linguistik dan sedang mengusahakan kebijakan untuk menerima dan mendukung penulis dari latar bahasa selain Inggris (misalnya melalui layanan editing bahasa Inggris, review bahasa, dukungan penulis non-Inggris). Sebagai contohnya, survei editor di bidang pendidikan matematika menunjukkan bahwa mereka menerima tantangan “non-dominant English language authors” dan berusaha meningkatkan inklusivitas. SpringerLink

Dengan demikian, meskipun kritik terhadap imperialisme budaya bukanlah tanpa dasar, para editor membantah bahwa buku atau jurnal mereka secara otomatis mencerminkan imperialisme, dengan menekankan aspek praktis, aksesibilitas, kualitas dan inklusi.


Linguistik Terapan Jilid Pertama - Aco Nasir | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com)


2. Mengapa menurut editor, hanya para sarjana dari Amerika Utara dan Inggris yang berkontribusi dalam volume yang mereka susun?

Ketika editor menyusun sebuah volume atau buku kolektif di bidang linguistik terapan, tidak jarang bahwa kontributor utama berasal dari Amerika Utara (AS/Kanada) dan Inggris/Raja­-Inggris. Alasan-alasan yang sering dikemukakan oleh editor di antaranya:

  • Persediaan riset dan jaringan akademik: Editor menunjukkan bahwa tradisi riset linguistik terapan yang mapan, dana riset yang cukup, akses ke penerbit berbahasa Inggris, serta jaringan akademik international cenderung terkonsentrasi di Amerika Utara dan Inggris. Akibatnya, ketika volume disusun dengan target jangkauan global, unsur kontributor dari wilayah ini lebih mudah diakses dan diundang.
  • Kemampuan berbahasa Inggris dan publikasi internasional: Kontribusi ke buku kolektif internasional biasanya memerlukan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris akademik, serta pengalaman dalam publikasi internasional. Sarjana dari Amerika Utara dan Inggris umumnya sudah terbiasa dalam konteks ini sehingga lebih mudah memenuhi kriteria.
  • Waktu dan proses penerbitan: Editor mungkin menyusun volume dengan deadline dan proses yang relatif padat, dan memilih kontributor yang diketahui kualitasnya dan keandalannya — yang sering kali berada di Amerika Utara/Inggris.
  • Kurang representasi global dan kendala lokal: Editor biasanya menyadari bahwa keterwakilan dari negara-dan-wilayah lain (Global South) kurang optimal karena kendala seperti biaya, kemampuan bahasa Inggris, pengakuan akademik, atau akses jaringan internasional. Editor kadang mengakui bahwa “hanya para sarjana dari Amerika Utara dan Inggris yang saya kenal dan dapat dihubungi dalam waktu singkat” adalah alasan praktis, bukan semata pilihan ideologis.
  • Tujuan visibilitas internasional: Editor yang ingin menjadikan volume sebagai karya dengan jangkauan internasional sering memilih kontributor yang sudah mempunyai rekam jejak publikasi internasional dalam bahasa Inggris. Hal ini karena reputasi volume akan bergantung pada nama-nama kontributor yang dikenal secara global.

Secara ringkas, editor menyatakan bahwa dominasi asal kontributor dari Amerika Utara dan Inggris lebih berasal dari faktor jaringan, bahasa, akses, dan reputasi global daripada niat imperialistik eksplisit — meskipun mereka sering mengaku bahwa pilihan ini menghadirkan tantangan keadilan representasi dan pluralitas pengetahuan.

3. Apa dampak dari kenyataan bahwa penelitian dalam linguistik terapan banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal atau dilatih di Amerika Utara dan Inggris?

Fakta bahwa banyak penelitian di bidang linguistik terapan (applied linguistics) dihasilkan oleh sarjana yang tinggal atau dilatih di Amerika Utara dan Inggris menimbulkan sejumlah implikasi penting, baik positif maupun problematik:

Dampak positif

  • Konsistensi metodologis dan terminologis: Karena tradisi akademik dan penerbitan di Amerika Utara/Inggris mapan, penelitian cenderung mengikuti standar metodologis yang diterima secara internasional, sehingga memudahkan peer review, replikasi, dan sitasi.
  • Jangkauan global: Dengan penulis yang berasal dari institusi yang “terkenal” dan publikasi dalam bahasa Inggris, penelitian tersebut mudah diakses oleh komunitas global dan memberi kontribusi pada pertumbuhan literatur internasional.

Dampak problematik

  • Epistemik monokultur dan bias metodologis: Penelitian yang dilakukan oleh sarjana dari satu konteks (Amerika Utara/Inggris) cenderung didasarkan pada asumsi, konteks sosial-budaya, dan bahasa yang khas wilayah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan generalisasi yang kurang relevan untuk konteks lain (misalnya negara non-Inggris, budaya berbeda). Sebagai Figueiredo & Martinez (2024) mencatat bahwa dominasi satu bahasa dan satu sistem akademik mensyaratkan epistemologi yang seragam dan menghambat keragaman metodologis. OUP Academic
  • Ketimpangan representasi global: Sarjana dari negara lain (Global South) yang mungkin memiliki konteks linguistik atau sosial yang relevan kurang terlihat dalam publikasi internasional, sehingga pengetahuan mereka kurang masuk ke literatur global. Hal ini dapat memperkuat posisi Amerika Utara/Inggris sebagai “produsen” pengetahuan dan negara-lain sebagai “konsumen”. Sebagai Nic Subtirelu (2016) mengamati bahwa sistem publikasi yang mendukung bahasa Inggris sebagai standar “internasional” memberi keuntungan bagi akademisi dari negara-bahasa Inggris. linguistic pulse
  • Hambatan linguistik dan akses: Peneliti dari negara non-Inggris dihadapkan pada hambatan tambahan seperti menulis dalam bahasa Inggris, pengeditan bahasa, biaya penerbitan, dan bahkan bias reviewer atau editor terhadap kualitas bahasa Inggris mereka. Hal ini terjadi meski tidak selalu dianggap sebagai “diskriminasi” oleh semua pihak. SpringerLink+1
  • Kurangnya konteks lokal dan ragam bahasa: Jika sebagian besar penelitian berasal dari konteks Anglo-Amerika, maka ragam bahasa, kebijakan bahasa, praktik bilingualisme atau multilingualisme di negara lain mendapat perhatian yang lebih sedikit atau diinterpretasikan melalui lensa Anglo-Amerika, yang mungkin kurang akurat atau kurang sensitif terhadap konteks lokal.

Karena itu, kenyataan tersebut menuntut refleksi kritis: apakah bidang linguistik terapan benar-benar global dalam hal sudut pandang, metode, dan suara penelitiannya? Atau apakah ia tetap terperangkap dalam hegemoni satu wilayah bahasa dan institusi?

4. Mengatasi ketimpangan dalam penyebaran penelitian linguistik terapan di berbagai bahasa

Untuk mengatasi ketimpangan representasi dan penyebaran penelitian linguistik terapan yang berlebihan dalam bahasa Inggris atau dari institusi Anglo-Amerika, beberapa pendekatan dan strategi telah diusulkan:

  • Memperluas akses publikasi multibahasa: Jurnal dan penerbit didorong untuk menerima artikel dalam bahasa selain Inggris, atau menyediakan terjemahan abstrak dan artikel penuh ke dalam bahasa lokal. Ini akan membuka akses bagi peneliti yang berbahasa non-Inggris dan pembaca dalam komunitas mereka. Sebagai Steigerwald (2022) mengusulkan, “translation and the promotion of multilingual science” menjadi salah satu strategi penting. OUP Academic
  • Dukungan penulis non-bahasa Inggris: Jurnal dapat menyediakan layanan editing bahasa Inggris, mentoring penulis, atau kebijakan review yang lebih sensitif terhadap variasi bahasa dan budaya. Studi editor dalam bidang matematika menunjukkan bahwa journal-terkemuka mulai menerapkan dukungan untuk “English non-dominant language authors”. SpringerLink
  • Mendiversifikasi komite editorial dan reviewer: Memasukkan editor dan reviewer dari berbagai negara, bahasa, dan tradisi penelitian akan membantu mengurangi bias institusional serta memperluas sudut pandang metodologis dan tematik.
  • Mengembangkan jurnal regional dan lokal dengan reputasi yang meningkat: Mendukung jurnal yang menggunakan bahasa lokal atau bilingual dengan pembiayaan, strategi indeksasi, dan publikasi terbuka sehingga penelitian lokal dapat menjadi bagian dari literatur global.
  • Mendorong kolaborasi internasional yang inklusif: Peneliti dari negara nonInggris dapat dilibatkan dalam proyek bersama dengan institusi Anglo-Amerika, tetapi dengan kedudukan yang setara (co-investigator, co-pengarang) dan bukan sebagai mitra subordinat.
  • Mengedukasi reviewer dan editor tentang bias linguistik dan hegemoni bahasa: Reviewer dan editor perlu dilatih agar tidak menolak karya hanya karena bahasa Inggris penulis kurang Native-like atau karena konteks lokal dianggap “kurang standar”, melainkan menilai isi penelitian secara kontekstual. Sebagai Staiman et al. (2022) menegaskan, “publishers need to examine their biases …” dalam proses penerbitan. Times Higher Education (THE)
  • Mendorong penelitian tentang bahasa-publikasi dan ekuitas linguistik: Dengan lebih banyak penelitian yang memetakan bagaimana bahasa dominan mempengaruhi penyebaran pengetahuan, maka kebijakan yang lebih adil dapat dirancang.

Melalui strategi-strategi semacam ini, ketimpangan linguistik dan representasi dapat perlahan ditekan, dan bidang linguistik terapan dapat berkembang menuju pluralitas bahasa dan tradisi penelitian yang lebih adil.

5. Solusi potensial untuk mengurangi dominasi bahasa Inggris dalam publikasi akademik di bidang linguistik terapan

Meminimalkan dominasi bahasa Inggris bukan berarti menghapus bahasa Inggris sebagai medium publikasi, melainkan menciptakan ekosistem publikasi yang lebih seimbang dan adil. Beberapa solusi potensial yang telah diusulkan meliputi:

  • Publikasi biling­gual atau multibahasa: Jurnal internasional dapat menyediakan opsi untuk artikel diterbitkan dalam bahasa Inggris dan bahasa lokal (misalnya artikel asli + versi terjemahan), atau menyediakan abstrak dan ringkasan dalam berbagai bahasa.
  • Indeksasi dan pengakuan penelitian dalam bahasa lokal: Database sitasi dan indeks internasional perlu diubah sehingga jurnal-bahasa lokal memiliki peluang pengakuan yang setara dengan jurnal berbahasa Inggris. Hal ini akan mengurangi tekanan bagi penulis untuk menulis dalam bahasa Inggris demi “pengakuan internasional”.
  • Pembiayaan dan dukungan untuk editing serta penerjemahan: Sponsor, universitas, atau penerbit dapat menyediakan dana untuk editing bahasa Inggris atau penerjemahan gratis bagi penulis dari negara non-Anglophone.
  • Mentransfer privileg bahasa ke bahasa lain: Dengan mempromosikan jurnal yang menggunakan bahasa selain Inggris sebagai bahasa utama, dan menyediakan platform komunikasi ilmiah multibahasa, maka komunitas global dapat tumbuh tanpa bergantung hanya pada bahasa Inggris. Sebagai penulis Steigerwald (2022) menyebut bahwa “a vision for a multilingual future” diperlukan. OUP Academic
  • Mengubah kriteria evaluasi publikasi akademik: Universitas dan lembaga riset dalam negara non-Inggris dapat mengubah kebijakan pengukuran kinerja (research output) agar tidak hanya melihat publikasi dalam bahasa Inggris atau jurnal bereputasi Barat saja, tetapi juga penelitian yang diterbitkan dalam bahasa lokal atau yang relevan secara kontekstual.
  • Mengedukasi komunitas akademik tentang keadilan linguistik: Konferensi, asosiasi bidang (termasuk linguistik terapan) dapat mengadakan sesi khusus mengenai “publishing multilinguality”, “linguistic hegemony in academic publishing”, dan menumbuhkan kesadaran bahwa kontribusi non-Anglophone sama pentingnya.
  • Teknologi penerjemahan & open access multibahasa: Teknologi seperti penerjemahan mesin, platform open access multibahasa, dan repositori artikel multibahasa dapat membantu memfasilitasi penyebaran penelitian dalam berbagai bahasa. Namun, perlu diingat bahwa penerjemahan saja tidak cukup jika epistemologi, metode, dan konteks lokal tidak diakui. OUP Academic+1

Jika langkah-langkah ini diimplementasikan secara sistemik — oleh penerbit, editor, institusi akademik, dan peneliti — maka dominasi bahasa Inggris dapat dikurangi secara bertahap, membuka ruang bagi pluralitas linguistik dan epistemik dalam bidang linguistik terapan.

 

Penutup

Melalui pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

  1. Editor publikasi linguistik terapan memiliki argumen yang sah untuk membantah bahwa buku atau jurnal mereka secara otomatis mencerminkan imperialisme budaya — dengan menekankan aspek pragmatis, aksesibilitas, kualitas dan inklusi.
  2. Namun, fakta bahwa banyak kontributor berasal dari Amerika Utara/Inggris juga membawa implikasi penting: bias representasi, epistemik monokultur, dan hambatan akses bagi peneliti non-Inggris.
  3. Dampak nyata dari dominasi penelitian dari wilayah Anglo-Amerika mencakup pengaruh terhadap metode, perspektif, bahasa publikasi, dan akses global—hal yang menuntut refleksi kritis dalam disiplin linguistik terapan.
  4. Untuk mengatasi ketimpangan, diperlukan strategi sistemik — seperti publikasi multibahasa, dukungan penulis non-Inggris, diversifikasi komite editorial, indeksasi terhadap jurnal lokal, dan perubahan kebijakan evaluasi akademik.
  5. Solusi-potensial telah diidentifikasi dan semakin banyak ditawarkan oleh literatur publikasi akademik, namun implementasi nyata masih memerlukan komitmen bersama dari semua pemangku kepentingan.

Bagi blog Pusat Referensi Linguistik, bab ini penting untuk menyoroti bahwa selain “apa itu linguistik terapan”, pembaca juga perlu memahami dinamika publikasi, bahasa, representasi, dan keadilan epistemik dalam bidang ini — terutama relevan bagi penelitian linguistik terapan di Indonesia atau Asia-Pasifik.

 

Daftar Pustaka

Al-Kahtany, A., & Alhamami, M. (2022). Linguistic hegemony and English in higher education. Sustainable Multilingualism, 20(1). https://doi.org/10.2478/sm-2022-0002 Paradigm+1
Burns, A. (2013, April 10). Is English a form of linguistic imperialism? British Council Voices Magazine. Retrieved from https://www.britishcouncil.org/voices-magazine/english-form-linguistic-imperialism British Council
Hultgren, A. K. (2019). English as the language for academic publication: On equity, disadvantage and ‘non-nativeness’ as a red herring. Publications, 7(2), 31. https://doi.org/10.3390/publications7020031 MDPI
Steigerwald, E. (2022). Overcoming language barriers in academia: Machine translation tools and a vision for a multilingual future. BioScience, 72(10), 988-6653151. https://academic.oup.com/bioscience/article/72/10/988/6653151 OUP Academic
Strauss, P. (2017). “It’s not the way we use English” – can we resist the native speaker stranglehold on academic publications? Publications, 5(4), 27. https://doi.org/10.3390/publications5040027 MDPI
Staiman, A., Petray, M. J., & Clements, G. (2022, February 7). We must end linguistic discrimination in academic publishing. Times Higher Education. Retrieved from https://www.timeshighereducation.com/blog/we-must-end-linguistic-discrimination-academic-publishing Times Higher Education (THE)

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...