Kamis, 06 November 2025

Variasi dan Ragam Bahasa: Dialek, Idiolek, Sosiolek, Register, dan Fenomena Bahasa Remaja di Media Sosial (03)

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dinamis. Ia selalu berubah dan berkembang seiring dengan perubahan masyarakat penuturnya. Tidak ada bahasa yang benar-benar seragam karena bahasa hidup dalam konteks sosial, budaya, geografis, dan situasional yang berbeda-beda. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan bahasa dengan cara yang bervariasi, tergantung pada siapa yang diajak berbicara, di mana, dan untuk tujuan apa. Fenomena ini dikenal sebagai variasi dan ragam bahasa.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang konsep variasi dan ragam bahasa, meliputi dialek, idiolek, sosiolek, dan register, serta bagaimana situasi komunikasi memengaruhi pemakaian bahasa. Di akhir tulisan, akan dibahas pula contoh nyata variasi bahasa remaja di media sosial yang menjadi cerminan perubahan linguistik di era digital.

 

Sosiolinguistik oleh Aco Nasir - Buku Terbaru 2025 | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com)



1. Pengertian Variasi dan Ragam Bahasa

Secara umum, variasi bahasa adalah bentuk perbedaan dalam pemakaian bahasa yang muncul karena faktor-faktor tertentu, seperti daerah, sosial, profesi, situasi, atau individu. Variasi ini tidak berarti bahwa satu bentuk lebih “benar” dari yang lain, melainkan menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman bahasa sebagai sistem komunikasi manusia.

Sementara itu, ragam bahasa mengacu pada bentuk bahasa yang disesuaikan dengan situasi dan konteks pemakaian. Ragam bahasa bisa bersifat formal, nonformal, atau santai, tergantung kepada siapa dan dalam konteks apa bahasa itu digunakan. Misalnya, cara berbicara dosen dalam seminar akademik tentu berbeda dengan cara berbicara orang tua kepada anak di rumah.

Ahli linguistik seperti Chaer dan Agustina (2010) menjelaskan bahwa variasi bahasa dapat muncul karena dua hal utama:

  1. Faktor penutur (siapa yang menggunakan bahasa)
  2. Faktor situasi (dalam konteks apa bahasa digunakan)

 

2. Jenis-Jenis Variasi Bahasa

Variasi bahasa dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk, di antaranya dialek, idiolek, sosiolek, dan register. Masing-masing memiliki ciri khas dan fungsi sosial yang berbeda.

a. Dialek

Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok penutur yang berbeda berdasarkan wilayah geografis. Misalnya, bahasa Indonesia yang digunakan di Jakarta berbeda dengan yang digunakan di Makassar atau Medan. Perbedaan tersebut bisa muncul pada tataran pelafalan (fonologi), kosakata (leksikon), atau tata bahasa (morfologi dan sintaksis).

Contoh:

  • Bahasa Indonesia di Jakarta: nggak tahu, makan dulu yuk.
  • Bahasa Indonesia di Makassar: ndak tau, makan dulu mi.
  • Bahasa Indonesia di Jawa Tengah: ora ngerti, mangan disik.

Meskipun artinya sama, bentuk bahasanya berbeda karena pengaruh lingkungan linguistik dan budaya setempat. Dialek menunjukkan identitas kedaerahan dan sering menjadi kebanggaan lokal bagi para penuturnya.

b. Idiolek

Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat individual, yaitu cara khas seseorang dalam menggunakan bahasa. Setiap orang memiliki gaya bicara sendiri yang membedakannya dari orang lain, baik dalam pilihan kata, intonasi, maupun struktur kalimat.

Sebagai contoh:

  • Seorang dosen mungkin memiliki kebiasaan mengucapkan “baik, anak-anak” di awal setiap perkuliahan.
  • Seorang teman mungkin sering menggunakan kata “kayak gitu, sih” dalam percakapan sehari-hari.

Idiolek mencerminkan kepribadian dan latar belakang penutur, termasuk pendidikan, pengalaman, dan lingkungan sosialnya. Dalam bidang sastra, gaya bahasa khas seorang penulis juga disebut idiolek.

c. Sosiolek

Sosiolek adalah variasi bahasa yang muncul karena perbedaan status sosial, kelompok masyarakat, atau lapisan sosial penuturnya. Faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas ekonomi, dan usia dapat memengaruhi munculnya sosiolek.

Contoh:

  • Dalam dunia medis, dokter menggunakan istilah seperti diagnosis, terapi, dan patologi.
  • Dalam dunia hukum, muncul istilah putusan, terdakwa, dan yurisprudensi.
  • Kalangan remaja menggunakan istilah gaul seperti baper, mager, dan ghosting.

Sosiolek menunjukkan bahwa bahasa berfungsi sebagai penanda identitas sosial. Penggunaan sosiolek tertentu dapat menunjukkan solidaritas kelompok atau status sosial tertentu.

d. Register

Register adalah variasi bahasa yang digunakan berdasarkan situasi, bidang kegiatan, atau profesi tertentu. Register muncul karena kebutuhan komunikasi yang spesifik di dalam suatu konteks.

Contoh:

  • Dalam dunia penerbangan: take off, landing, altitude, turbulence.
  • Dalam dunia pendidikan: kurikulum, asesmen, pembelajaran diferensiasi.
  • Dalam dunia teknologi: software, bug, update, server.

Register bersifat situasional: orang yang berada dalam profesi atau kegiatan yang sama akan memahami istilah-istilah tersebut, sementara orang luar mungkin tidak memahaminya. Dengan demikian, register juga berfungsi sebagai pembeda komunitas profesional.

 

3. Variasi Bahasa Berdasarkan Situasi Komunikasi

Selain karena faktor penutur, variasi bahasa juga dipengaruhi oleh situasi komunikasi. Situasi ini mencakup konteks formalitas, media komunikasi, serta hubungan sosial antara penutur dan lawan bicara.

Menurut Halliday (1978), ragam bahasa dapat dibedakan berdasarkan tiga dimensi situasi komunikasi:

  1. Bidang (field): tentang apa yang sedang dibicarakan.
  2. Pelibat (tenor): siapa yang terlibat dalam komunikasi (hubungan sosial antara penutur).
  3. Cara (mode): medium atau saluran komunikasi (lisan, tulisan, digital, dsb.).

Berdasarkan dimensi tersebut, bahasa dapat dibedakan menjadi:

  • Ragam formal: digunakan dalam situasi resmi seperti pidato, surat dinas, atau tulisan ilmiah.

 

Berikut sejumlah contoh ilustrasi penggunaan ragam bahasa formal yang dapat digunakan dalam berbagai konteks resmi seperti pidato, surat dinas, maupun tulisan ilmiah. Setiap contoh disertai dengan konteks penggunaannya agar lebih mudah dipahami dan dapat dijadikan referensi linguistik di blog Anda “Pusat Referensi Linguistik.”

๐Ÿ› 1. Ragam Formal dalam Pidato Resmi

Ragam formal pada pidato digunakan oleh pejabat, pemimpin lembaga, atau tokoh masyarakat dalam acara kenegaraan, akademik, maupun upacara resmi. Ciri-cirinya: kalimat lengkap, pilihan kata baku, dan struktur bahasa yang sistematis serta penuh sopan santun.

Contoh 1: Pidato Presiden dalam Upacara Kenegaraan

“Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, marilah kita bersama-sama memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan yang berkelanjutan hanya dapat terwujud apabila kita saling menghormati, bekerja keras, dan berkomitmen terhadap nilai-nilai Pancasila.”

๐ŸŸข Keterangan:
Bahasa yang digunakan bersifat formal, baku, dan bernuansa nasionalis. Kalimat disusun dengan struktur gramatikal lengkap tanpa singkatan atau kata tidak baku seperti “kita tuh” atau “nggak”.

 

Contoh 2: Pidato Rektor dalam Wisuda Universitas

“Hadirin yang saya hormati,

Atas nama Universitas Al Asyariah Mandar, saya mengucapkan selamat kepada para wisudawan dan wisudawati yang telah menyelesaikan studinya dengan penuh dedikasi. Kami berharap saudara-saudari semua dapat mengamalkan ilmu yang diperoleh untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.”

๐ŸŸข Keterangan:
Bahasa formal digunakan untuk menunjukkan wibawa lembaga pendidikan dan penghormatan kepada audiens. Tidak ada kata gaul atau bentuk percakapan sehari-hari.

 

๐Ÿ“ 2. Ragam Formal dalam Surat Dinas atau Surat Resmi

Ragam formal dalam surat dinas menuntut struktur kalimat yang jelas, sopan, dan mengikuti aturan penulisan surat resmi. Umumnya digunakan dalam komunikasi antarinstansi, sekolah, atau lembaga pemerintah.

Contoh 3: Surat Undangan Resmi

Nomor: 042/AKD/UNASMAN/XI/2025
Hal: Undangan Rapat Koordinasi

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Dosen
Universitas Al Asyariah Mandar
di Tempat

Dengan hormat,
Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran semester genap tahun akademik 2025/2026, kami bermaksud mengundang Bapak/Ibu untuk hadir pada rapat koordinasi yang akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal: Senin, 17 November 2025
Waktu: 10.00 WITA – selesai
Tempat: Ruang Rapat Biro Akademik

Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan
Universitas Al Asyariah Mandar

๐ŸŸข Keterangan:
Bahasa dalam surat ini bersifat baku, penuh tata krama, serta tidak mengandung ekspresi emosional atau percakapan sehari-hari. Setiap unsur disusun sesuai etika administrasi resmi.

 

Contoh 4: Surat Keterangan Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Dr. Rahmatullah, M.Pd.
Jabatan: Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa mahasiswa berikut:
Nama: Andi Rahman
NIM: 2210101010

Telah menyelesaikan seluruh kewajiban akademik pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Polewali Mandar, 5 November 2025

Dekan FKIP UNASMAN

(Tanda tangan dan stempel resmi)

๐ŸŸข Keterangan:
Bahasa formal digunakan untuk menunjukkan kredibilitas dokumen resmi. Kalimat disusun secara lengkap, tidak ambigu, dan mengikuti norma institusi.

 

๐Ÿ“š 3. Ragam Formal dalam Tulisan Ilmiah

Tulisan ilmiah (seperti skripsi, jurnal, laporan penelitian) menggunakan bahasa formal karena bertujuan menyampaikan informasi secara objektif, logis, dan akademik. Ciri khasnya antara lain: struktur kalimat lengkap, istilah teknis, dan tidak menggunakan kata ganti orang pertama (“saya”, “aku”).

Contoh 5: Paragraf dalam Skripsi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Polewali. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan wawancara yang kemudian dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode tersebut mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan berbicara di kelas.

๐ŸŸข Keterangan:
Kalimat dalam paragraf tersebut bersifat objektif, informatif, dan tidak melibatkan opini pribadi. Istilah akademik digunakan secara tepat, seperti pendekatan deskriptif kualitatif dan metode kooperatif.

 

Contoh 6: Artikel Jurnal Ilmiah

Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa tingkat literasi membaca siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Polewali Mandar dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu latar belakang sosial-ekonomi, kebiasaan membaca di rumah, dan ketersediaan bahan bacaan di sekolah. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama berkontribusi sebesar 68% terhadap variasi kemampuan membaca siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga dan fasilitas sekolah memiliki peranan yang signifikan dalam meningkatkan literasi siswa.

๐ŸŸข Keterangan:
Bahasa dalam artikel jurnal ilmiah bersifat netral, logis, dan menggunakan struktur kalimat yang kompleks tetapi terukur. Tidak ada bentuk emosi, kata sapaan, atau gaya percakapan.

 

Contoh 7: Kalimat Formal dalam Laporan Penelitian

“Berdasarkan hasil observasi lapangan, dapat diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis teknologi informasi memberikan pengaruh positif terhadap motivasi belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.”

๐ŸŸข Keterangan:
Kalimatnya panjang, terstruktur, dan menggunakan istilah teknis akademik (media pembelajaran interaktif, motivasi belajar, observasi lapangan), ciri khas bahasa formal dalam tulisan ilmiah.

 

๐Ÿง‘๐Ÿ’ผ 4. Ragam Formal dalam Komunikasi Profesional

Ragam formal juga digunakan dalam komunikasi lisan maupun tulisan di lingkungan kerja atau organisasi, seperti rapat, laporan kinerja, atau pertemuan resmi.

Contoh 8: Ucapan dalam Rapat Dinas

“Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Berdasarkan hasil evaluasi semester lalu, terdapat peningkatan signifikan dalam jumlah mahasiswa yang lulus tepat waktu. Namun demikian, masih perlu dilakukan perbaikan dalam sistem bimbingan akademik agar hasil tersebut dapat lebih optimal.”

๐ŸŸข Keterangan:
Bahasanya padat, logis, dan menggunakan struktur kalimat yang formal. Tidak ada penggunaan kata gaul seperti “kayaknya”, “lumayan oke”, atau “gitu aja sih.”

 

Contoh 9: Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan

“Kegiatan pelatihan literasi digital bagi guru ini dilaksanakan selama tiga hari, mulai tanggal 3 hingga 5 November 2025 di Aula Universitas Al Asyariah Mandar. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 50 orang, terdiri atas guru-guru dari berbagai sekolah menengah pertama di Kabupaten Polewali Mandar. Berdasarkan hasil evaluasi, kegiatan ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.”

๐ŸŸข Keterangan:
Laporan ini menggunakan kalimat pasif dan istilah administratif yang baku, seperti dilaksanakan, berdasarkan hasil evaluasi, sesuai dengan rencana kerja.

 

Contoh 10: Pengumuman Resmi di Kampus

“Diberitahukan kepada seluruh mahasiswa bahwa pelaksanaan Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Akademik 2025/2026 akan dimulai pada tanggal 8 Desember 2025. Mahasiswa diwajibkan untuk menyelesaikan seluruh kewajiban administrasi sebelum mengikuti ujian. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh di Biro Akademik.”

๐ŸŸข Keterangan:
Bahasa pengumuman ini formal, singkat, dan tidak mengandung unsur pribadi atau percakapan. Tujuannya informatif dan profesional.

 

5. Ciri Umum Ragam Bahasa Formal

Dari berbagai contoh di atas, ragam bahasa formal memiliki ciri-ciri berikut:

Aspek

Ciri Ragam Formal

Contoh

Pilihan kata

Menggunakan kata baku

melaksanakan, mengucapkan, berdasarkan

Kalimat

Struktur lengkap dan teratur

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa...

Tujuan

Menyampaikan informasi resmi

Surat dinas, laporan, pidato

Nada dan gaya

Sopan, objektif, tanpa emosi

Tidak menggunakan kata sapaan akrab seperti “kamu”, “ya kan”

Situasi penggunaan

Resmi dan terikat norma institusi

Upacara, sidang, surat resmi, karya ilmiah

 

๐ŸŽฏ 6. Penutup

Ragam bahasa formal merupakan bentuk komunikasi yang menunjukkan kesantunan, keprofesionalan, dan kredibilitas penutur. Ragam ini penting digunakan dalam konteks resmi seperti pidato, surat dinas, dan tulisan ilmiah karena mencerminkan penghargaan terhadap lawan bicara dan lembaga yang diwakili.

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang mampu menggunakan bahasa formal dengan baik menunjukkan kemampuan beradaptasi terhadap konteks sosial dan profesional. Oleh karena itu, penguasaan ragam formal menjadi salah satu kompetensi penting dalam komunikasi akademik maupun institusional.

 

 

  • Ragam nonformal: digunakan dalam situasi santai tetapi sopan, misalnya percakapan guru dan siswa.

 

Berikut sejumlah contoh ilustrasi ragam bahasa nonformal lengkap dengan konteks penggunaannya, penjelasan ciri-cirinya, dan bentuk kalimatnya. Ragam nonformal merupakan variasi bahasa yang digunakan dalam situasi santai tetapi tetap sopan — biasanya dalam komunikasi sehari-hari antarindividu yang memiliki hubungan akrab tetapi tetap menjaga tata krama, seperti guru dan siswa, atasan dan bawahan, dosen dan mahasiswa, atau orang tua dan anak.

 

๐Ÿ—ฃ Ragam Bahasa Nonformal: Ilustrasi dan Penjelasan

1. Ciri Umum Ragam Bahasa Nonformal

Sebelum melihat contohnya, penting memahami ciri khas ragam nonformal berikut:

Aspek

Ciri Ragam Nonformal

Contoh

Pilihan kata

Masih sopan, tetapi tidak seluruhnya baku

nggak, kok, deh, sih, ya, tuh

Struktur kalimat

Lebih sederhana dan komunikatif

“Sudah siap, ya?”

Nada bicara

Akrab, ramah, tidak terlalu kaku

Digunakan antara guru dan siswa, rekan kerja, atau orang yang setara

Tujuan komunikasi

Menjalin hubungan sosial dan menyampaikan pesan dengan santai tapi tetap sopan

Percakapan bimbingan, nasihat ringan, tanya jawab santai

Situasi penggunaan

Semi-resmi, akrab tapi tetap beretika

Di sekolah, rapat santai, ruang kelas, ruang kerja

 

2. Ragam Nonformal dalam Percakapan Guru dan Siswa

Contoh 1: Guru Menasihati Siswa

Guru: “Rina, kamu udah kumpulkan tugasnya, belum?”
Rina: “Belum, Bu. Saya masih revisi sedikit.”
Guru: “Oke, nggak apa-apa. Yang penting nanti dikumpul sebelum Jumat, ya.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa yang digunakan guru tetap sopan, tapi tidak seformal surat dinas. Terdapat penggunaan kata tidak baku seperti udah dan nggak apa-apa. Kalimatnya pendek dan terasa alami dalam percakapan sehari-hari.

 

Contoh 2: Guru Memotivasi Siswa

Guru: “Ayo, semangat, anak-anak. Ujian tinggal seminggu lagi, lho.”
Siswa: “Iya, Bu. Tapi susah banget pelajarannya.”
Guru: “Hehe, pelan-pelan aja. Ibu yakin kalian bisa, asal rajin latihan soal.”

๐ŸŸข Analisis:
Nada bahasa hangat dan memotivasi. Kata seperti lho, aja, dan pelan-pelan menunjukkan keakraban. Struktur kalimat sederhana dan mudah dipahami.

 

Contoh 3: Percakapan di Luar Jam Pelajaran

Guru: “Eh, kamu kelihatannya capek banget hari ini, kenapa?”
Siswa: “Iya, Bu. Tadi pagi bantu orang tua di rumah.”
Guru: “Wah, bagus tuh. Tapi nanti jangan lupa istirahat, ya. Jangan dipaksain belajar kalau badan udah lelah.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa terasa akrab dan manusiawi. Ragam nonformal memungkinkan hubungan guru–siswa menjadi lebih hangat tanpa kehilangan rasa hormat.

 

3. Ragam Nonformal di Lingkungan Kampus

Contoh 4: Dosen dan Mahasiswa

Dosen: “Sudah baca artikel yang saya kirim kemarin, kan?”
Mahasiswa: “Sudah, Pak. Tapi ada bagian yang agak susah dipahami.”
Dosen: “Oke, nanti kita bahas bareng di kelas, biar lebih jelas.”

๐ŸŸข Analisis:
Ragam ini tidak terlalu kaku seperti ragam formal, tetapi tetap menjaga kesopanan. Kata seperti kan, agak, dan bareng menunjukkan keakraban dalam konteks akademik.

 

Contoh 5: Komunikasi Dosen dalam Grup WhatsApp Kelas

Dosen: “Selamat pagi, semuanya. Jangan lupa hari ini kita kuliah jam 10, ya. Silakan join lewat link Zoom yang udah dikirim kemarin.”
Mahasiswa: “Siap, Pak!”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa nonformal sangat lazim di media digital akademik. Dosen tetap sopan, tapi memakai bentuk ringan seperti udah dan ya, bukan telah atau harus seperti dalam surat resmi.

 

4. Ragam Nonformal di Lingkungan Pekerjaan

Contoh 6: Atasan dan Karyawan

Atasan: “Rani, tolong bantu siapkan laporan itu, ya. Kita mau kirim sore ini.”
Rani: “Baik, Pak. Nanti saya kirim sebelum jam tiga.”
Atasan: “Oke, makasih ya. Kalau ada yang kurang jelas, langsung tanya aja.”

๐ŸŸข Analisis:
Kata seperti tolong, ya, oke, dan aja membuat suasana kerja terasa ringan tapi tetap profesional. Ini contoh komunikasi efektif di kantor tanpa terkesan kaku.

 

Contoh 7: Rekan Kerja Berdiskusi

Adit: “Kayaknya presentasi kemarin lumayan sukses, deh.”
Dina: “Iya, cuma bagian penutupnya agak kepanjangan.”
Adit: “Setuju. Nanti kita perbaiki biar lebih ringkas.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa ini bersifat informal tapi sopan, cocok untuk diskusi antarrekan sejawat. Ada penggunaan kata kayaknya, deh, dan agak yang menunjukkan keakraban tanpa mengurangi kejelasan.

 

5. Ragam Nonformal di Lingkungan Keluarga

Contoh 8: Orang Tua dan Anak

Ibu: “Nak, udah makan belum?”
Anak: “Belum, Bu. Lagi ngerjain PR.”
Ibu: “Ya udah, nanti makan dulu sebelum lanjut belajar, biar nggak sakit perut.”

๐ŸŸข Analisis:
Ragam ini menggambarkan percakapan akrab antaranggota keluarga. Menggunakan kata tidak baku seperti udah, ngerjain, dan ya udah, tapi tetap sopan dan komunikatif.

 

Contoh 9: Saudara yang Saling Mengingatkan

Kakak: “Dek, nanti jangan lupa bawa jas hujan, ya. Kayaknya mau hujan.”
Adik: “Iya, Kak. Makasih udah diingetin.”
Kakak: “Siap. Hati-hati di jalan, ya.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa nonformal sering digunakan untuk menunjukkan kedekatan emosional. Bentuknya lembut, akrab, dan penuh perhatian tanpa harus menggunakan struktur kalimat baku.

 

6. Ragam Nonformal di Lingkungan Sekolah

Contoh 10: Percakapan di Kantin Sekolah

Guru: “Anak-anak, jangan lupa buang sampah di tempatnya, ya.”
Siswa: “Iya, Bu. Nanti kami beresin.”
Guru: “Bagus. Sekolah kita harus tetap bersih.”

๐ŸŸข Analisis:
Kalimat pendek, ringan, tapi tetap sopan. Tidak ada istilah baku berlebihan. Cocok untuk komunikasi spontan di lingkungan pendidikan.

 

Contoh 11: Guru Memberikan Tugas dengan Bahasa Ringan

Guru: “Oke, sekarang coba kerjakan latihan halaman 45, ya. Kalau ada yang belum paham, nanti tanya aja.”
Siswa: “Siap, Bu!”

๐ŸŸข Analisis:
Guru menggunakan nada akrab dan menyemangati. Bentuk kalimat seperti tanya aja dan ya menciptakan kesan ramah tanpa menghilangkan kewibawaan.

 

7. Ragam Nonformal dalam Komunikasi Digital (Chat dan Media Sosial Edukatif)

Contoh 12: Percakapan Guru di Grup Kelas

Guru: “Anak-anak, tugasnya dikumpul hari ini, ya. Tolong jangan telat biar nilainya nggak berkurang.”
Siswa: “Siap, Bu. Lagi upload ke Google Classroom.”
Guru: “Oke, makasih. Semangat belajarnya, ya!”

๐ŸŸข Analisis:
Ragam nonformal sering muncul dalam komunikasi digital karena sifatnya cepat dan langsung. Bahasa sopan dipertahankan, tapi tanpa struktur kaku.

 

Contoh 13: Dosen di Grup WhatsApp Mahasiswa

Dosen: “Halo semuanya, besok kuliah kita mulai jam 08.30, ya. Materinya tentang sosiolinguistik. Jangan lupa baca referensinya biar diskusinya lancar.”
Mahasiswa: “Siap, Pak. Terima kasih infonya!”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa terasa profesional tetapi akrab. Penggunaan kata ya dan biar membuat pesan lebih natural, berbeda dari pengumuman formal yang kaku.

 

8. Perbandingan: Ragam Formal vs Nonformal

Situasi

Ragam Formal

Ragam Nonformal

Guru memberi tugas

“Silakan mengerjakan latihan pada halaman 45 sesuai instruksi yang telah diberikan.”

“Coba kerjakan latihan halaman 45, ya. Kalau belum paham, tanya aja.”

Atasan memberi instruksi

“Mohon laporan kegiatan dikirim sebelum pukul 15.00.”

“Tolong kirim laporannya sebelum jam tiga, ya.”

Pidato resmi

“Hadirin yang saya hormati, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.”

“Teman-teman, mari kita bersyukur atas kesempatan hari ini.”

Tulisan ilmiah

“Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi minat baca siswa.”

“Penelitian ini mencoba melihat kenapa siswa kurang tertarik membaca.”

๐ŸŸข Kesimpulan:
Ragam nonformal menjaga keseimbangan antara kesantunan dan keakraban. Ia lebih fleksibel daripada ragam formal, tetapi tetap mengikuti norma kesopanan dan konteks sosial.

 

9. Penutup

Ragam bahasa nonformal merupakan jembatan antara bahasa resmi dan bahasa sehari-hari. Ia berfungsi menjaga kehangatan komunikasi tanpa kehilangan rasa hormat. Dalam konteks pendidikan, ragam nonformal sangat penting karena menciptakan hubungan positif antara guru dan siswa—mendorong siswa lebih terbuka, aktif, dan nyaman dalam proses belajar.

Pemahaman terhadap ragam nonformal juga membantu kita berkomunikasi lebih efektif dalam berbagai situasi sosial: tidak kaku seperti surat resmi, tapi juga tidak santai seperti obrolan teman sebaya.
Dengan menguasai ragam ini, seseorang dapat menyesuaikan diri secara sosial dan menunjukkan kecerdasan berbahasa yang tinggi.

 

  • Ragam akrab (informal): digunakan dalam interaksi dengan teman sebaya, keluarga, atau di media sosial.

 

Berikut contoh-contoh ilustrasi ragam bahasa akrab (informal) yang bisa Anda gunakan untuk posting di blog “Pusat Referensi Linguistik.”
Ragam informal atau akrab adalah bentuk bahasa yang digunakan dalam situasi santai, tidak resmi, dan biasanya terjadi di antara orang-orang yang memiliki hubungan dekat, seperti teman sebaya, anggota keluarga, atau interaksi di media sosial.
Bahasa ini lebih bebas, spontan, dan sering menggunakan bentuk tidak baku, singkatan, atau emotif (misalnya loh, sih, dong, deh, haha, wkwk).

 

๐Ÿ—ฃ Ragam Bahasa Akrab (Informal): Ilustrasi dan Penjelasan Lengkap

๐Ÿงฉ 1. Ciri-Ciri Umum Ragam Bahasa Akrab

Aspek

Ciri Ragam Informal (Akrab)

Contoh

Situasi penggunaan

Santai, akrab, tanpa batasan sosial yang ketat

Obrolan teman, keluarga, media sosial

Pilihan kata

Banyak menggunakan bentuk tidak baku

nggak, kok, banget, sih, dong, deh, tuh

Struktur kalimat

Tidak selalu lengkap secara gramatikal

“Udah makan?” / “Serius, nih?”

Nada bicara

Santai, emosional, bisa disertai tawa atau ekspresi

“Haha, parah banget kamu!”

Tujuan komunikasi

Menjalin keakraban, hiburan, atau ekspresi perasaan

Guyonan, curhat, komentar di media sosial

 

๐Ÿ’ฌ 2. Ragam Informal dalam Interaksi Teman Sebaya

Contoh 1: Percakapan di Kantin Sekolah

Rani: “Eh, kamu udah makan belum?”
Dina: “Belum nih, lagi nungguin Ayu.”
Rani: “Lama banget sih dia. Udah laper banget, sumpah.”
Dina: “Haha, sabar, bentar lagi juga datang.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa akrab ditandai dengan kata tidak baku (udah, belum nih, sumpah, banget). Kalimat pendek, emosional, dan bernuansa keakraban antar teman.

 

Contoh 2: Chat di Grup Kelas

Andi: “Bro, tugas sejarah udah dikumpul belum?”
Rizal: “Belum, males banget ngerjainnya.”
Andi: “Wkwk, sama. Tapi nanti kalo nggak dikumpul, dimarahin Bu Ratna, lho.”
Rizal: “Iya deh, nanti malem kukerjain.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa ini santai dan penuh keakraban. Ada kata gaul (bro, wkwk, males banget), serta struktur kalimat yang tidak baku tapi mudah dipahami.

 

Contoh 3: Obrolan Setelah Ujian

Ayu: “Gimana ujiannya tadi?”
Sinta: “Aduh, parah. Soalnya susah banget!”
Ayu: “Haha, sama. Aku juga blank pas nomor lima.”
Sinta: “Udah lah, yang penting udah selesai.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa menunjukkan kedekatan emosional. Kata seperti parah, blank, udah lah merupakan ciri khas bahasa akrab di kalangan remaja.

 

๐Ÿ‘จ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ฆ 3. Ragam Informal dalam Keluarga

Contoh 4: Percakapan Ibu dan Anak di Rumah

Ibu: “Kamu udah mandi belum?”
Anak: “Belum, Bu. Masih males.”
Ibu: “Duh, nanti telat loh ke sekolah.”
Anak: “Iya, iya, bentar lagi.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa santai, penuh keakraban, tanpa struktur kaku. Kata seperti bentar dan loh memperlihatkan suasana informal dan akrab.

 

Contoh 5: Ayah dan Anak Nonton Bola

Ayah: “Wah, gila! Golnya keren banget!”
Anak: “Iya, Pak, keepernya sampe nggak sempet nangkep.”
Ayah: “Haha, tim kita emang jago banget!”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa akrab memperlihatkan emosi dan kedekatan. Ungkapan seperti gila, banget, dan haha membuat percakapan terasa alami.

 

Contoh 6: Percakapan Antar Saudara

Kakak: “Dek, pinjem charger dong.”
Adik: “Tuh, di meja. Tapi cepet balikin ya.”
Kakak: “Tenang, nggak bakal ilang kok.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa informal di rumah cenderung singkat dan langsung ke inti. Penggunaan kata dong, tuh, nggak memperkuat kesan keakraban keluarga.

 

๐ŸŒ 4. Ragam Informal di Media Sosial

Contoh 7: Komentar di Instagram

@lina_aja: “Aduh, lucu banget outfit-nya ๐Ÿ˜ cocok banget sama kamu!”
@nisa_d: “Hehe makasih yaa, ini beli di toko langganan aku ๐Ÿ˜„.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa informal di media sosial sering memakai emotikon, penulisan panjang (yaa), dan nada ekspresif. Tidak baku, tapi akrab dan komunikatif.

 

Contoh 8: Unggahan di Twitter

“Udah jam segini tapi tugas belum kelar juga ๐Ÿ˜ฉ. Siapa yang nasibnya sama?”

๐ŸŸข Analisis:
Ragam ini menunjukkan ekspresi pribadi secara santai. Struktur kalimatnya bebas, bisa berupa keluhan atau humor. Emotikon menambah kesan emosional.

 

Contoh 9: Chat di WhatsApp

Budi: “Lagi di mana, bro?”
Andra: “Di rumah aja, rebahan. Kenapa?”
Budi: “Gas nongkrong sore ini?”
Andra: “Boleh, nanti abis magrib, ya.”

๐ŸŸข Analisis:
Ragam akrab memperlihatkan ekspresi remaja masa kini. Kata bro, gas, rebahan, dan nongkrong merupakan kosakata khas bahasa informal di kalangan muda.

 

๐ŸŽ“ 5. Ragam Informal di Lingkungan Kampus

Contoh 10: Mahasiswa di Kelas

Ani: “Eh, dosennya udah datang belum?”
Riko: “Belum kayaknya, santai aja dulu.”
Ani: “Asik, bisa ngopi dulu, haha.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa ringan dan akrab antar mahasiswa. Struktur kalimat tidak lengkap, tapi maknanya jelas dan terasa natural.

 

Contoh 11: Grup WhatsApp Organisasi Mahasiswa

Ketua: “Teman-teman, rapatnya mundur ke jam 5 sore, ya.”
Anggota: “Siap, bro. Jangan lupa snack-nya, haha.”
Ketua: “Tenang, udah disiapin kok ๐Ÿ˜Ž.”

๐ŸŸข Analisis:
Penggunaan emoji, tawa, dan sapaan seperti bro mencerminkan gaya informal dan persahabatan antaranggota organisasi.

 

๐Ÿ’ป 6. Ragam Informal di Dunia Kerja (Antar Rekan Akrab)

Contoh 12: Chat Antarteman Sekantor

Rani: “Woy, udah makan belum?”
Tono: “Belum nih, lagi nyelesain laporan dulu.”
Rani: “Yuk makan bareng, nanti kelamaan kelaperan.”
Tono: “Oke deh, bentar lagi nyusul.”

๐ŸŸข Analisis:
Meskipun konteksnya kerja, percakapan ini tetap informal karena hubungan antarteman sudah akrab. Penggunaan kata woy, bentar, nyusul menandakan keakraban.

 

Contoh 13: Grup Kantor yang Santai

Bos: “Besok jangan lupa rapat pagi jam 9, ya. Tapi santai aja, nggak formal kok.”
Pegawai: “Siap, Pak! Boleh bawa kopi nggak? ๐Ÿ˜„
Bos: “Boleh banget, malah disarankan, haha.”

๐ŸŸข Analisis:
Meskipun melibatkan atasan, gaya komunikasinya akrab dan santai. Nada candaan memperlihatkan hubungan yang terbuka antaranggota tim.

 

๐Ÿ“ฑ 7. Ragam Informal di Komunitas Daring (Online)

Contoh 14: Forum Hobi atau Game Online

UserA: “Bro, misi yang level 7 tuh susah banget ๐Ÿ˜ญ.”
UserB: “Haha, iya. Aku aja sampe tiga kali gagal.”
UserA: “Serius? Wah berarti bukan aku doang yang kesulitan.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa informal di komunitas online penuh dengan ekspresi dan emosi. Kata bro, haha, serius, wah menunjukkan kedekatan dan spontanitas.

 

Contoh 15: Grup Pecinta Musik

UserC: “Lagu barunya Nadin Amizah enak banget sih ๐Ÿ˜.”
UserD: “Iyaaa, liriknya dalem banget. Bikin baper.”

๐ŸŸข Analisis:
Bahasa yang digunakan menunjukkan ekspresi perasaan. Kata baper, enak banget, dan dalem banget menandakan ragam akrab khas remaja di dunia digital.

 

๐Ÿ“š 8. Perbandingan: Ragam Nonformal vs Ragam Informal (Akrab)

Aspek

Ragam Nonformal

Ragam Informal (Akrab)

Situasi

Santai tapi tetap sopan (guru–siswa, atasan–bawahan)

Sangat santai dan akrab (teman, keluarga)

Kata yang digunakan

nggak, ya, aja

loh, deh, dong, sih, wkwk, haha

Struktur kalimat

Masih cukup teratur

Kadang tidak lengkap, spontan

Nada

Ramah tapi sopan

Bebas, emosional, penuh ekspresi

Tujuan

Membangun kedekatan tanpa kehilangan etika

Ekspresi diri, candaan, atau curhat

Contoh

“Tolong kumpulkan tugasnya, ya.”

“Bro, tugasnya udah kelar belum? Wkwk.”

 

๐Ÿ’ก 9. Kesimpulan

Ragam bahasa akrab (informal) adalah bentuk komunikasi yang paling alami dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa ini mencerminkan keakraban, kebersamaan, dan spontanitas, baik di dunia nyata maupun di dunia digital.
Meskipun tidak sesuai kaidah bahasa baku, ragam ini memiliki fungsi sosial penting, yaitu mempererat hubungan antarindividu.

Namun, perlu diingat bahwa ragam akrab tidak selalu cocok digunakan di semua konteks.
Dalam situasi resmi seperti pidato, surat dinas, atau tulisan ilmiah, ragam formal tetap harus digunakan.
Kemampuan menyesuaikan ragam bahasa dengan situasi komunikasi menunjukkan kecerdasan berbahasa seseorang.

 

 

Contoh:

  • Ragam formal: Dengan ini kami sampaikan bahwa rapat koordinasi akan dilaksanakan pada hari Senin mendatang.
  • Ragam nonformal: Besok ada rapat, ya. Jangan lupa datang tepat waktu.
  • Ragam akrab: Bro, jangan lupa rapat besok, ya!

Perubahan ragam ini menunjukkan kemampuan penutur untuk beradaptasi secara komunikatif, sesuai konteks dan norma sosial yang berlaku.

 

4. Variasi Bahasa Remaja di Media Sosial

Salah satu fenomena menarik dalam linguistik kontemporer adalah munculnya bahasa remaja di media sosial. Bahasa ini berkembang pesat di platform seperti Instagram, TikTok, X (Twitter), dan WhatsApp. Remaja menggunakan bahasa bukan hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mengekspresikan identitas, kreativitas, dan keanggotaan sosial mereka.

a. Ciri-ciri Bahasa Remaja di Media Sosial

  1. Penggunaan Akronim dan Singkatan
    • Contoh: BTW (by the way), OOTD (outfit of the day), LOL (laugh out loud), FYI (for your information).
    • Dalam konteks lokal, muncul pula bentuk seperti BT (bad mood), PDKT, bucin (budak cinta).
  2. Permainan Fonetik dan Tulisan
    • Contoh: gais (guys), cemilan jadi cemilannn, aku jadi aq atau akoh.
    • Penggunaan huruf berulang (hebattt, keren bangettt) memberi efek ekspresif.
  3. Kata Serapan dan Campur Kode
    • Campuran bahasa Indonesia dan Inggris sering muncul: aku lagi healing, soalnya vibes-nya beda banget, no debat!
    • Fenomena ini menunjukkan gaya hidup global dan akses terhadap budaya populer internasional.
  4. Penggunaan Emotikon dan Emoji
    • Emotikon (:), :() dan emoji ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜Ž sering digunakan untuk menambah nuansa emosional yang tidak bisa ditangkap hanya dari teks.
  5. Makna Konotatif dan Ironi
    • Banyak kata digunakan dengan makna baru atau sarkastik. Misalnya, receh berarti “lelucon ringan,” gaslighting dipakai untuk “memanipulasi,” dan healing untuk “jalan-jalan santai.”

b. Fungsi Sosial Bahasa Remaja

Bahasa remaja di media sosial memiliki beberapa fungsi sosial penting:

  1. Identitas kelompok: menunjukkan kebersamaan dan solidaritas antarsesama remaja.
  2. Kreativitas linguistik: remaja menciptakan kata baru yang kemudian menyebar luas.
  3. Penanda generasi: menjadi pembeda antara generasi muda dan generasi sebelumnya.
  4. Ekspresi diri: menunjukkan gaya hidup, emosi, dan keunikan pribadi di dunia digital.

c. Dampak terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

Fenomena bahasa remaja sering menimbulkan kekhawatiran bahwa “bahasa Indonesia akan rusak.” Namun, dari perspektif linguistik, fenomena ini merupakan proses alami dalam evolusi bahasa. Bahasa yang hidup akan selalu mengalami perubahan seiring perubahan zaman, media, dan teknologi.

Beberapa kata gaul bahkan akhirnya masuk ke dalam kamus resmi karena telah diterima secara luas. Misalnya, kata gabut, baper, dan mager kini sudah banyak digunakan di media massa dan percakapan umum.

 

5. Penutup

Variasi dan ragam bahasa mencerminkan dinamika sosial dan budaya masyarakat. Melalui dialek, kita mengenal kekayaan daerah; melalui idiolek, kita mengenali keunikan individu; melalui sosiolek dan register, kita memahami struktur sosial dan profesionalisme komunikasi; dan melalui bahasa remaja di media sosial, kita menyaksikan bagaimana generasi muda membentuk cara baru berbahasa di era digital.

Bahasa bukanlah sesuatu yang statis, melainkan sistem hidup yang terus beradaptasi. Oleh karena itu, mempelajari variasi dan ragam bahasa bukan hanya penting untuk memahami struktur linguistik, tetapi juga untuk memahami manusia sebagai makhluk sosial yang berbahasa.

 

Referensi:

  • Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Halliday, M.A.K. (1978). Language as Social Semiotic. London: Edward Arnold.
  • Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Crystal, David. (2011). Internet Linguistics: A Student Guide. London: Routledge.

cara sitasi Format Sitasi APA Style (Edisi 7)

Nasir, A. (2025, November 6). Variasi dan Ragam Bahasa: Dialek, Idiolek, Sosiolek, Register, dan Fenomena Bahasa Remaja di Media Sosial. Pusat Referensi Linguistik.
https://referensilinguistik.blogspot.com/2025/11/variasi-dan-ragam-bahasa-dialek-idiolek.html

๐Ÿงพ 2. Format Sitasi MLA (Modern Language Association)

Nasir, Aco. “Variasi dan Ragam Bahasa: Dialek, Idiolek, Sosiolek, Register, dan Fenomena Bahasa Remaja di Media Sosial.” Pusat Referensi Linguistik, 6 Nov. 2025,
https://referensilinguistik.blogspot.com/2025/11/variasi-dan-ragam-bahasa-dialek-idiolek.html

๐Ÿงพ 3. Format Sitasi Chicago Style

Nasir, Aco. 2025. “Variasi dan Ragam Bahasa: Dialek, Idiolek, Sosiolek, Register, dan Fenomena Bahasa Remaja di Media Sosial” Pusat Referensi Linguistik (blog), November 6, 2025.
https://referensilinguistik.blogspot.com/2025/11/variasi-dan-ragam-bahasa-dialek-idiolek.html

๐Ÿงพ 4. Format Sitasi untuk Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia – Gaya Akademik Lokal)

Nasir, Aco. (2025, 6 November). Variasi dan Ragam Bahasa: Dialek, Idiolek, Sosiolek, Register, dan Fenomena Bahasa Remaja di Media Sosial. Pusat Referensi Linguistik. Diakses dari https://referensilinguistik.blogspot.com/2025/11/variasi-dan-ragam-bahasa-dialek-idiolek.html

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...