Kamis, 06 November 2025

Pilihan Bahasa: Dinamika, Faktor Penentu, dan Fenomena dalam Keluarga Multilingual (05)

Pendahuluan

Bahasa adalah alat utama manusia untuk berkomunikasi, berpikir, dan mengekspresikan identitas sosialnya. Namun dalam kenyataan sehari-hari, banyak individu dan komunitas tidak hanya menguasai satu bahasa. Mereka hidup dalam masyarakat multibahasa (multilingual), di mana berbagai bahasa digunakan secara berdampingan dalam berbagai konteks sosial. Dalam situasi seperti ini, muncul satu fenomena menarik yang dikenal sebagai pilihan bahasa (language choice) — keputusan sadar atau tidak sadar seseorang untuk menggunakan satu bahasa tertentu di antara beberapa bahasa yang dikuasainya.

Pilihan bahasa bukanlah sesuatu yang acak. Ia merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor sosial, budaya, psikologis, dan situasional. Dengan kata lain, ketika seseorang memilih bahasa untuk berbicara, ia tidak hanya mempertimbangkan siapa lawan bicaranya, tetapi juga kapan, di mana, dan untuk tujuan apa komunikasi itu dilakukan.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang konsep pilihan bahasa, faktor-faktor yang memengaruhinya, serta contoh nyata fenomena pemilihan bahasa dalam keluarga multilingual, khususnya dalam konteks masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang sangat kaya bahasa.

 

1. Konsep Pilihan Bahasa

Dalam kajian sosiolinguistik, pilihan bahasa merujuk pada tindakan penutur memilih satu bahasa atau variasi bahasa tertentu dalam konteks komunikasi tertentu. Pilihan ini dapat bersifat:

  • Sadar (conscious) — ketika penutur dengan sengaja menyesuaikan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk terlihat sopan, profesional, atau akrab.
  • Tidak sadar (unconscious) — ketika penutur berganti bahasa secara alami tanpa menyadari adanya perubahan (fenomena ini sering disebut code-switching).

Sebagai contoh, seorang mahasiswa asal Makassar yang sedang kuliah di Jakarta mungkin menggunakan bahasa Indonesia saat berdiskusi dengan dosen, tetapi beralih ke bahasa Makassar saat menelepon orang tuanya. Pilihan bahasa seperti ini mencerminkan kesadaran terhadap norma sosial dan identitas kebahasaan yang dimiliki oleh penutur.

Dalam konteks yang lebih luas, pilihan bahasa juga menjadi cerminan identitas sosial dan budaya. Bahasa yang digunakan seseorang menunjukkan afiliasi kelompoknya — apakah ia ingin menonjolkan identitas etnik, kesetiaan pada komunitas lokal, atau justru keinginannya untuk menyesuaikan diri dengan kelompok lain.

 




2. Faktor-faktor Penentu Pemilihan Bahasa

Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi seseorang atau kelompok dalam memilih bahasa yang akan digunakan. Secara umum, faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor sosial, faktor situasional, faktor psikologis, dan faktor linguistik.

a. Faktor Sosial

Faktor sosial mencakup usia, status sosial, tingkat pendidikan, gender, dan hubungan antarpenutur.

  • Usia:
    Penutur muda cenderung lebih fleksibel dalam berganti bahasa dan lebih cepat mengikuti tren bahasa, seperti menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Inggris (Indo-English).
    Sementara itu, penutur yang lebih tua biasanya lebih setia pada bahasa daerah atau bahasa yang dianggap lebih formal.
  • Status sosial dan pendidikan:
    Penutur dari latar sosial ekonomi tinggi atau berpendidikan tinggi cenderung lebih sering menggunakan bahasa nasional atau internasional untuk menunjukkan prestise. Misalnya, seseorang mungkin memilih menggunakan bahasa Inggris dalam pertemuan bisnis untuk menunjukkan profesionalisme.
  • Hubungan antarpenutur:
    Bahasa yang digunakan kepada teman sebaya tentu berbeda dengan bahasa yang digunakan kepada orang tua, guru, atau atasan. Hubungan sosial menentukan tingkat formalitas dan kesopanan dalam pemilihan bahasa.

 

b. Faktor Situasional

Faktor situasional meliputi tempat, waktu, topik, dan tujuan komunikasi.

  • Tempat:
    Di rumah, seseorang mungkin menggunakan bahasa daerah, sementara di kantor atau kampus ia menggunakan bahasa Indonesia.
  • Waktu dan suasana:
    Dalam suasana santai, bahasa yang digunakan cenderung informal. Namun, dalam upacara resmi atau kegiatan akademik, ragam bahasa formal akan lebih dipilih.
  • Topik pembicaraan:
    Ketika berbicara tentang teknologi atau bisnis internasional, penutur mungkin memasukkan istilah bahasa Inggris karena dianggap lebih tepat secara terminologis.
  • Tujuan komunikasi:
    Tujuan memengaruhi strategi berbahasa. Jika penutur ingin menegaskan identitas lokalnya, ia akan menggunakan bahasa daerah. Namun jika ingin diterima secara nasional, ia akan menggunakan bahasa Indonesia.

 

c. Faktor Psikologis dan Emosional

Pilihan bahasa juga dipengaruhi oleh kondisi emosional dan identitas diri. Bahasa yang digunakan sering kali mencerminkan kedekatan atau jarak emosional.

Misalnya, seseorang mungkin menggunakan bahasa daerah dengan anggota keluarganya untuk mengekspresikan keintiman, tetapi menggunakan bahasa nasional dalam situasi formal.
Selain itu, beberapa orang mungkin merasa lebih “nyaman” atau “autentik” ketika berbicara dalam bahasa pertama mereka (L1), sementara yang lain lebih percaya diri menggunakan bahasa kedua (L2) karena alasan prestise sosial.

 

d. Faktor Linguistik

Perbedaan dalam sistem bahasa juga dapat memengaruhi pilihan bahasa. Misalnya, seseorang bisa memilih bahasa yang memiliki kosakata atau struktur yang lebih sesuai untuk topik tertentu.
Dalam dunia akademik, penutur sering menggunakan bahasa Inggris karena banyak istilah ilmiah berasal dari bahasa tersebut dan sulit diterjemahkan secara tepat ke dalam bahasa lain.

 

3. Pilihan Bahasa dalam Keluarga Multilingual

Salah satu ruang paling menarik untuk mengamati fenomena pilihan bahasa adalah dalam keluarga multilingual — yaitu keluarga yang menggunakan dua atau lebih bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, kondisi ini sangat umum. Banyak keluarga yang menggunakan kombinasi bahasa daerah + bahasa Indonesia, atau bahasa Indonesia + bahasa asing (terutama Inggris atau Arab).

a. Dinamika Bahasa dalam Keluarga

Pemilihan bahasa dalam keluarga biasanya bergantung pada:

  • Latar belakang etnis orang tua
    Misalnya, seorang ayah dari suku Bugis dan ibu dari suku Jawa dapat menciptakan lingkungan multilingual di rumah. Anak-anak mereka mungkin mendengar bahasa Bugis dari ayah, bahasa Jawa dari ibu, dan bahasa Indonesia saat berbicara bersama.
  • Tujuan pendidikan dan sosial
    Banyak keluarga urban memilih menggunakan bahasa Indonesia atau Inggris untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi dunia pendidikan formal.
  • Dominasi bahasa tertentu di lingkungan sosial
    Jika keluarga tinggal di daerah di mana satu bahasa dominan, maka bahasa itu akan lebih sering digunakan oleh anak-anak, bahkan mungkin menggantikan bahasa warisan keluarga.

 

b. Contoh Fenomena Nyata

  1. Keluarga Bugis-Makassar di Makassar
    Di rumah, orang tua berbicara dalam bahasa Bugis, tetapi anak-anak menjawab dalam bahasa Indonesia. Fenomena ini disebut language shift — pergeseran bahasa antar generasi karena pengaruh pendidikan dan media.
  2. Keluarga Jawa di Jakarta
    Orang tua menggunakan bahasa Jawa saat berbicara satu sama lain, namun menggunakan bahasa Indonesia kepada anak-anak agar mereka mudah beradaptasi di lingkungan sekolah.
  3. Keluarga Urban Multilingual
    Di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Bandung, banyak keluarga muda menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Inggris dalam percakapan harian, seperti “Mama nanti meeting dulu, ya. Kamu udah siap online class belum?”
    Ini mencerminkan fenomena code-mixing (pencampuran kode), yang menunjukkan pengaruh globalisasi terhadap bahasa keluarga.

 

c. Dampak Pemilihan Bahasa di Keluarga Multilingual

Pemilihan bahasa dalam keluarga memiliki dampak besar terhadap perkembangan identitas dan kemampuan bahasa anak.

  • Jika keluarga secara konsisten menggunakan lebih dari satu bahasa, anak akan tumbuh menjadi dwibahasa atau multibahasa.
  • Namun, jika satu bahasa lebih dominan, maka bahasa lain bisa mengalami kemunduran atau hilang (language attrition).

Selain itu, pilihan bahasa juga memengaruhi pembentukan identitas budaya anak. Anak yang terbiasa menggunakan bahasa daerah akan memiliki ikatan yang lebih kuat dengan akar budayanya, sedangkan anak yang hanya menggunakan bahasa nasional atau asing mungkin merasa lebih “global”, namun kehilangan sebagian kedekatan budaya lokal.

 

4. Tantangan dan Peluang

Fenomena pilihan bahasa dalam keluarga multilingual tidak hanya menghadirkan keanekaragaman linguistik, tetapi juga tantangan dalam pelestarian bahasa daerah. Banyak studi menunjukkan bahwa bahasa daerah di Indonesia terancam punah karena semakin sedikit digunakan dalam keluarga muda.

Namun, fenomena ini juga membuka peluang baru:

  • Penelitian sosiolinguistik dan pendidikan bahasa dapat mengkaji bagaimana strategi bilingual dapat diterapkan tanpa mengorbankan bahasa daerah.
  • Kebijakan bahasa nasional dapat diarahkan untuk mendorong penggunaan bahasa daerah di ranah domestik, sambil mempertahankan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu.

 

Bahasa merupakan sarana utama manusia untuk berkomunikasi, mengekspresikan pikiran, serta membangun identitas sosial dan budaya. Dalam masyarakat yang kaya akan keanekaragaman linguistik seperti Indonesia, seseorang sering dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan bahasa daerah, bahasa Indonesia, atau bahkan bahasa asing dalam situasi tertentu. Fenomena ini dikenal sebagai pilihan bahasa (language choice).

Pilihan bahasa tidak terjadi secara kebetulan. Ia merupakan hasil pertimbangan yang kompleks antara siapa lawan bicara, di mana komunikasi berlangsung, dan tujuan apa yang ingin dicapai.
Seorang guru, misalnya, mungkin berbicara dalam bahasa Indonesia baku di kelas, tetapi menggunakan bahasa daerah saat berbicara dengan tetangga, dan bahasa Inggris saat berkomunikasi di forum akademik internasional.

Artikel ini akan menjelaskan konsep pilihan bahasa, faktor-faktor yang memengaruhinya, serta fenomena nyata pemilihan bahasa di keluarga multilingual, disertai sejumlah contoh ilustratif untuk memperjelas pembahasan.

 

1. Konsep Pilihan Bahasa

Dalam kajian sosiolinguistik, pilihan bahasa adalah keputusan penutur untuk menggunakan satu bahasa atau variasi bahasa tertentu di antara beberapa bahasa yang dikuasainya.
Pilihan ini bisa terjadi secara sadar (conscious) atau tidak sadar (unconscious).

Ilustrasi 1: Pergantian Bahasa Berdasarkan Situasi

·         Di kampus:

“Selamat pagi, Pak. Saya sudah siapkan laporan penelitian.”

·         Di rumah:

“Mak, nanti malam saya makan di luar ya.”

·         Di media sosial:

“Finally done! Capek banget tapi senang hasilnya bagus 😎.”

👉 Dalam contoh di atas, penutur menggunakan tiga ragam bahasa berbeda sesuai konteks — formal, nonformal, dan campuran (Indo-English).

Pilihan bahasa juga mencerminkan identitas sosial seseorang. Dengan memilih bahasa tertentu, penutur dapat menunjukkan rasa solidaritas, kedekatan emosional, atau bahkan kekuasaan dan status sosial.

 

2. Faktor-faktor Penentu Pemilihan Bahasa

Pilihan bahasa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Berikut penjelasan dan ilustrasinya.

 

a. Faktor Sosial

Faktor sosial mencakup usia, status sosial, pendidikan, dan hubungan antarpenutur.

Ilustrasi 2: Faktor Usia

·         Remaja:

“Gila, parah sih konsernya keren banget!”

·         Dewasa:

“Konsernya luar biasa, saya sangat menikmati penampilannya.”
Kalimat pertama menunjukkan gaya bahasa ekspresif khas remaja, sedangkan kalimat kedua lebih formal dan sopan.

Ilustrasi 3: Faktor Status Sosial

·         Bahasa pejabat:

“Kami akan mengoptimalkan sinergi lintas sektor untuk mendukung program pemerintah.”

·         Bahasa masyarakat umum:

“Kami bakal kerja bareng biar programnya jalan lancar.”
Perbedaan ini menunjukkan bahwa bahasa pejabat lebih formal dan berorientasi pada citra publik.

Ilustrasi 4: Faktor Hubungan Sosial

·         Kepada teman sebaya:

“Bro, nanti nongkrong di mana?”

·         Kepada dosen:

“Permisi, Pak. Apakah saya boleh konsultasi terkait tugas?”
Pemilihan kata dan tingkat kesopanan berubah sesuai hubungan sosial antara penutur dan lawan bicara.

 

b. Faktor Situasional

Situasi komunikasi seperti tempat, waktu, topik, dan tujuan juga menentukan bahasa yang digunakan.

Ilustrasi 5: Berdasarkan Tempat

·         Di pasar tradisional:

“Bu, tomatnya berapa sekilo?”

·         Di kantor pemerintahan:

“Mohon izin, saya ingin mengajukan permohonan data terbaru.”
Perbedaan lokasi menyebabkan perbedaan tingkat formalitas bahasa.

Ilustrasi 6: Berdasarkan Topik

·         Saat membahas teknologi:

“Sistem AI sekarang bisa generate teks otomatis, loh.”

·         Saat membahas kehidupan sehari-hari:

“Besok jadi nonton nggak?”
Topik profesional memunculkan kosakata teknis, sementara topik santai menggunakan bahasa nonformal.

 

c. Faktor Psikologis dan Emosional

Bahasa dapat mencerminkan kedekatan atau jarak emosional antara penutur dan lawan bicara.

Ilustrasi 7: Ekspresi Emosional

·         Saat marah:

“Kamu tuh nggak pernah dengar, ya!”

·         Saat tenang:

“Saya harap kamu bisa lebih memperhatikan hal ini.”
Pilihan kata dan intonasi mencerminkan emosi penutur yang berbeda.

Ilustrasi 8: Identitas Diri

Seorang remaja dari keluarga Batak di Jakarta mungkin menggunakan bahasa Batak hanya ketika berbicara dengan keluarga di kampung untuk menunjukkan rasa memiliki terhadap identitas etniknya.

 

d. Faktor Linguistik

Faktor ini berkaitan dengan kesesuaian struktur bahasa dan kosakata terhadap konteks komunikasi.

Ilustrasi 9: Pilihan Berdasarkan Keterpahaman

Dalam konteks akademik:

“Kita perlu melakukan literature review sebelum menyusun kerangka teori.”
Istilah literature review dipilih karena tidak ada padanan tunggal yang tepat dalam bahasa Indonesia, menunjukkan alasan linguistik dalam pemilihan bahasa.

 

3. Pilihan Bahasa dalam Keluarga Multilingual

Keluarga merupakan arena utama untuk melihat dinamika pemilihan bahasa, terutama di masyarakat multilingual seperti Indonesia.
Banyak keluarga menggunakan dua atau lebih bahasa: bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahkan bahasa asing.

 

a. Ilustrasi 10: Keluarga Bilingual Bugis–Makassar

Di rumah, ayah berbicara bahasa Bugis, ibu menggunakan bahasa Makassar, dan anak-anak menjawab dalam bahasa Indonesia.

Ayah: “Iya nak, pi’ mallu na?”
Anak: “Nanti saja, Yah. Lagi nonton dulu.”

Fenomena ini menunjukkan terjadinya alih kode (code-switching) dan pergeseran bahasa (language shift) antar generasi. Bahasa Indonesia menjadi dominan karena pengaruh sekolah dan media.

 

b. Ilustrasi 11: Keluarga Jawa di Jakarta

Ibu: “Le, wis mangan durung?” (Nak, sudah makan belum?)
Anak: “Sudah, Bu. Tadi makan sama teman.”

Meskipun orang tua tetap menggunakan bahasa Jawa, anak menjawab dalam bahasa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa penghubung antar generasi.

 

c. Ilustrasi 12: Keluarga Urban Multilingual

Ayah: “Honey, kamu udah upload assignment-nya?”
Anak: “Belum, nanti after dinner, ya.”

Keluarga ini menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Inggris — sebuah bentuk code-mixing yang umum di kalangan urban muda dan berpendidikan.

 

d. Ilustrasi 13: Keluarga di Lingkungan Pesantren

Ibu: “Nak, baca kitabnya jangan lupa.”
Anak: “Iya, Bu. Tadi ustaz juga suruh hafalin ayatnya.”

Konteks keagamaan mendorong penggunaan bahasa Arab dalam istilah tertentu, seperti ustaz, ayat, kitab, yang menjadi bagian dari ragam bahasa keagamaan keluarga tersebut.

 

4. Dampak Pemilihan Bahasa dalam Keluarga Multilingual

Pemilihan bahasa dalam keluarga multilingual memiliki dampak yang signifikan, baik positif maupun negatif.

a. Dampak Positif

1.      Anak memiliki kemampuan dwibahasa (bilingual) atau bahkan multibahasa.

2.      Meningkatkan fleksibilitas komunikasi dan kesadaran budaya.

3.      Membantu anak menyesuaikan diri di berbagai lingkungan sosial.

b. Dampak Negatif

1.      Salah satu bahasa bisa menjadi dominan dan menyebabkan hilangnya bahasa warisan (heritage language loss).

2.      Anak mungkin mengalami campur kode berlebihan, yang membuat penguasaan struktur bahasa menjadi kurang sempurna.

3.      Perbedaan pilihan bahasa antar anggota keluarga bisa menimbulkan kesenjangan komunikasi.

Ilustrasi 14: Konflik Bahasa dalam Keluarga

Nenek: “Kenapa cucuku nggak bisa bahasa Mandar lagi?”
Cucu: “Aku ngerti sedikit, Nek, tapi susah ngomongnya.”

Dialog ini menggambarkan pergeseran bahasa daerah karena kurangnya transmisi antar generasi.

 

5. Tantangan dan Peluang

Tantangan utama dalam masyarakat multilingual seperti Indonesia adalah menjaga keseimbangan antara bahasa nasional, daerah, dan global.
Banyak keluarga lebih memilih bahasa Indonesia atau Inggris demi “kemajuan,” padahal hal ini dapat mempercepat hilangnya bahasa daerah.

Namun, peluang tetap terbuka:

·         Sekolah-sekolah bilingual dapat dijadikan sarana menjaga warisan bahasa sambil menyiapkan anak menjadi warga global.

·         Media digital bisa digunakan untuk menghidupkan kembali bahasa daerah melalui konten kreatif seperti video, cerita, atau lagu anak.

Ilustrasi 15: Revitalisasi Bahasa Daerah

Sebuah keluarga Mandar di Polewali Mandar membuat kanal YouTube berisi dongeng berbahasa Mandar untuk anak-anak. Ini menjadi contoh konkret bagaimana teknologi dapat mendukung pelestarian bahasa daerah di lingkungan keluarga.

 

6. Kesimpulan

Pilihan bahasa bukan sekadar keputusan linguistik, tetapi juga tindakan sosial dan identitas budaya.
Faktor usia, status sosial, pendidikan, situasi, serta emosi semuanya berperan dalam menentukan bahasa yang digunakan seseorang.

Dalam keluarga multilingual, pemilihan bahasa menjadi lebih kompleks karena menyangkut pewarisan budaya dan pembentukan identitas anak.
Bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing harus dipandang bukan sebagai pesaing, tetapi sebagai aset linguistik yang memperkaya kehidupan berbahasa masyarakat Indonesia.

 

💡 Ajakan untuk Eksplorasi

Mari kita terus mengeksplorasi fenomena pilihan bahasa dalam berbagai konteks — rumah, sekolah, media sosial, hingga ruang publik — karena melalui bahasa, kita memahami lebih dalam siapa diri kita dan bagaimana kita hidup dalam keberagaman.

 

5. Kesimpulan

Pilihan bahasa adalah cerminan dari identitas, relasi sosial, dan konteks budaya penuturnya. Berbagai faktor seperti usia, status sosial, pendidikan, situasi, serta emosi memengaruhi bagaimana seseorang memilih bahasa dalam interaksi sehari-hari.

Dalam konteks keluarga multilingual, pilihan bahasa menjadi semakin kompleks karena berkaitan dengan pewarisan budaya dan pembentukan identitas anak.
Keluarga tidak hanya menjadi tempat pertama anak belajar berbahasa, tetapi juga ruang di mana nilai-nilai sosial dan budaya ditransmisikan melalui bahasa.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat multilingual seperti Indonesia untuk menjaga keseimbangan antara bahasa daerah, bahasa nasional, dan bahasa global agar keberagaman linguistik tetap hidup dan berkembang.

 

Pusat Referensi Linguistik mengajak para pembaca, peneliti, dan pemerhati bahasa untuk terus mengeksplorasi fenomena pilihan bahasa — bukan hanya sebagai objek kajian akademik, tetapi juga sebagai wujud nyata dari keberagaman identitas dan dinamika budaya bangsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...