Oleh: Aco Nasir, S.Pd.I., M.Pd
(Pusat Referensi Linguistik)
Pendahuluan
Bahasa bukan hanya sekadar alat
komunikasi, melainkan juga cermin kebudayaan dan identitas sosial penuturnya.
Melalui bahasa, manusia tidak hanya menyampaikan ide, gagasan, atau informasi,
tetapi juga membangun hubungan sosial, menegosiasikan makna, serta menegaskan
posisi sosial di masyarakat. Karena itu, kajian tentang bahasa tidak dapat
dilepaskan dari konteks sosial yang melingkupinya.
Dari sinilah lahir sosiolinguistik,
sebuah cabang ilmu bahasa yang berfokus pada hubungan antara bahasa dan
masyarakat. Sosiolinguistik mencoba menjawab pertanyaan mengapa seseorang
berbicara dengan cara tertentu dalam konteks tertentu, mengapa terjadi variasi
bahasa, dan bagaimana faktor sosial mempengaruhi bentuk serta fungsi bahasa
dalam kehidupan sehari-hari.
![]() |
| Sosiolinguistik oleh Aco Nasir - Buku Terbaru 2025 | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) |
Pengertian
Sosiolinguistik
Secara etimologis, istilah sosiolinguistik
berasal dari dua kata, yaitu sosio (masyarakat) dan linguistik
(ilmu bahasa). Dengan demikian, secara sederhana sosiolinguistik dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat.
Namun, dalam pengertian ilmiahnya, sosiolinguistik tidak sekadar membahas
bahasa dalam masyarakat, tetapi lebih jauh menelaah bagaimana bahasa digunakan,
dipertahankan, berubah, dan bervariasi sesuai dengan faktor sosial.
Menurut Hudson (1980),
sosiolinguistik adalah kajian yang berusaha memahami hubungan antara struktur
bahasa dan fungsi sosialnya. Sementara Fishman (1972) mendefinisikan
sosiolinguistik sebagai studi tentang “siapa berbicara, kepada siapa, kapan,
dan dalam situasi apa”. Definisi Fishman ini menekankan bahwa pemakaian bahasa
selalu bergantung pada konteks sosial yang kompleks.
Chaer dan Agustina (2010) menegaskan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan penggunaannya di masyarakat. Artinya, bahasa tidak dipandang
sebagai sistem yang berdiri sendiri, melainkan sebagai sistem yang hidup dan
berfungsi dalam interaksi sosial.
Dengan demikian, hakikat
sosiolinguistik terletak pada pemahaman terhadap variasi bahasa (dialek,
ragam, gaya, register) serta pengaruh faktor sosial (kelas sosial, jenis
kelamin, usia, latar belakang etnis, dan situasi komunikasi) terhadap pemakaian
bahasa. Sosiolinguistik berupaya mengungkap mengapa dan bagaimana
perbedaan sosial menghasilkan perbedaan linguistik.
Ilustrasi Sosiolinguistik dalam Kehidupan Sehari-hari
1.
Perbedaan Cara Berbicara Berdasarkan Lawan Bicara
Bayangkan seorang guru bernama Ibu Sari.
·
Ketika berbicara dengan kepala sekolah, ia
berkata:
“Baik, Pak, nanti
saya siapkan laporan hasil penilaian minggu ini.”
·
Namun saat berbicara dengan murid-muridnya di
kelas, nada dan bahasanya berubah:
“Anak-anak, minggu
depan kita ulangan ya, jadi belajar yang rajin!”
Kedua kalimat tersebut sama-sama berbahasa
Indonesia, tetapi gaya dan pilihan katanya berbeda.
Perbedaan itu terjadi karena faktor sosial: hubungan antara
pembicara dan lawan bicara.
Inilah salah satu kajian utama sosiolinguistik — bagaimana bahasa
berubah sesuai situasi sosial.
2.
Pemakaian Bahasa Campuran (Code Mixing)
Di kantor modern, fenomena campur kode menjadi
hal yang lumrah.
Misalnya, dalam rapat seorang karyawan berkata:
“Tolong di-follow up project yang kemarin,
supaya minggu depan bisa kita present ke client.”
Kalimat di atas mencampur bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris.
Pemakaian bahasa seperti ini bukan sekadar gaya, tetapi juga mencerminkan identitas
sosial (kelas menengah profesional) dan pengaruh
globalisasi.
Sosiolinguistik meneliti mengapa
orang memilih untuk mencampur dua bahasa dalam situasi tertentu
dan apa makna sosial di balik pilihan itu.
Hakikat Kajian
Sosiolinguistik
Hakikat sosiolinguistik dapat
dilihat dari beberapa aspek utama:
- Bahasa sebagai fenomena sosial
Bahasa tidak lahir di ruang hampa. Ia tumbuh dan berkembang bersama masyarakat yang menuturkannya. Karena itu, sosiolinguistik memandang bahasa sebagai bagian integral dari sistem sosial yang lebih luas. Setiap perubahan sosial hampir selalu diikuti oleh perubahan dalam bentuk dan fungsi bahasa. - Variasi bahasa sebagai keniscayaan
Tidak ada bahasa yang benar-benar seragam. Setiap penutur memiliki cara berbicara yang berbeda tergantung pada latar belakang sosial, pendidikan, profesi, dan lingkungan budayanya. Sosiolinguistik menganggap variasi ini sebagai sesuatu yang alamiah, bukan penyimpangan dari “bahasa baku”. - Konteks menentukan makna
Dalam sosiolinguistik, makna tidak hanya bergantung pada struktur gramatikal, tetapi juga pada siapa yang berbicara, kepada siapa, di mana, dan dengan tujuan apa. Inilah yang dikenal dengan konsep konteks situasional. - Fungsi sosial bahasa
Bahasa memiliki fungsi yang lebih luas daripada sekadar alat komunikasi. Ia juga berfungsi sebagai penanda identitas sosial, sarana solidaritas atau jarak sosial, bahkan alat kekuasaan. Misalnya, pemakaian bahasa daerah dalam situasi formal dapat menjadi simbol kebanggaan etnis atau resistensi terhadap dominasi bahasa nasional.
Ruang Lingkup
Kajian Sosiolinguistik
Ruang lingkup sosiolinguistik
sangat luas karena melibatkan berbagai aspek kehidupan sosial dan bahasa.
Secara umum, ruang lingkup ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa bidang
kajian utama:
1. Variasi
Bahasa (Language Variation)
Variasi bahasa adalah salah satu
fokus utama sosiolinguistik. Variasi muncul karena adanya perbedaan sosial,
geografis, dan situasional. Beberapa bentuk variasi bahasa meliputi:
- Dialek: variasi bahasa berdasarkan
wilayah (misalnya dialek Jakarta, Surabaya, atau Medan).
- Sosiolek: variasi bahasa berdasarkan
kelompok sosial, seperti perbedaan bahasa antara kelas atas dan kelas
bawah.
- Idiolek: gaya khas yang dimiliki
setiap individu dalam berbahasa.
- Register: variasi bahasa berdasarkan
situasi atau bidang tertentu, misalnya bahasa hukum, bahasa medis, atau
bahasa jurnalistik.
- Gaya bahasa (style): variasi penggunaan bahasa
tergantung pada formalitas situasi (bahasa resmi, santai, atau akrab).
Kajian variasi bahasa ini
menunjukkan bahwa bahasa bersifat dinamis dan fleksibel sesuai dengan konteks
penggunaannya.
2. Sikap Bahasa
(Language Attitude)
Sosiolinguistik juga meneliti
bagaimana sikap masyarakat terhadap bahasa tertentu. Misalnya, apakah penutur
lebih menghargai bahasa Indonesia baku dibanding bahasa daerah? Atau
sebaliknya, apakah mereka merasa bangga menggunakan bahasa daerah di ruang
publik?
Sikap bahasa ini sangat penting karena berpengaruh terhadap pemertahanan
bahasa (language maintenance) atau pergeseran bahasa (language shift).
Jika masyarakat memiliki sikap positif terhadap bahasa daerah, maka bahasa itu
cenderung lestari. Namun, jika dianggap kurang prestisius, bahasa tersebut
dapat punah seiring waktu.
3. Pemilihan
dan Alih Kode (Code Choice and Code Switching)
Dalam masyarakat bilingual atau
multilingual, penutur sering berpindah dari satu bahasa ke bahasa lain
tergantung pada lawan bicara dan situasi. Fenomena ini disebut alih kode
(code switching).
Sementara itu, campur kode (code mixing) terjadi ketika unsur-unsur dari
dua bahasa digunakan dalam satu ujaran. Contohnya:
“Tadi aku meeting sebentar, terus
langsung ke kampus.”
Kalimat tersebut menunjukkan campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
Kajian tentang alih dan campur
kode memberikan gambaran bagaimana penutur mengelola identitas sosial,
solidaritas, dan keakraban melalui pilihan bahasa.
4. Kontak
Bahasa (Language Contact)
Ketika dua atau lebih bahasa
saling berinteraksi dalam masyarakat, biasanya akan muncul bentuk-bentuk baru
seperti pijin, kreol, atau interferensi. Contohnya, bahasa
Melayu pasar yang berkembang di pelabuhan-pelabuhan Nusantara pada masa lalu
merupakan hasil kontak antara bahasa Melayu dengan bahasa daerah dan bahasa
asing.
Kajian ini juga mencakup fenomena
pinjaman leksikal, perubahan fonologi akibat pengaruh bahasa lain, serta
strategi adaptasi bahasa dalam konteks globalisasi.
5. Perubahan
Bahasa (Language Change)
Bahasa selalu mengalami
perubahan, baik secara leksikal, fonologis, maupun sintaktis. Sosiolinguistik
meneliti bagaimana faktor sosial—seperti urbanisasi, migrasi, atau media massa—memicu
perubahan tersebut. Misalnya, munculnya istilah-istilah baru dari bahasa
Inggris di kalangan generasi muda Indonesia merupakan dampak dari globalisasi
dan penggunaan media sosial.
6. Bahasa dan
Identitas Sosial
Bahasa merupakan simbol
identitas. Cara seseorang berbicara sering kali mencerminkan latar belakang
sosial, etnis, agama, atau bahkan ideologi. Misalnya, penggunaan bahasa Arab
dalam konteks keagamaan Islam memiliki fungsi simbolik yang kuat.
Dalam konteks Indonesia, pemilihan antara bahasa Indonesia, bahasa daerah, atau
bahasa asing dapat menjadi strategi penanda identitas dan solidaritas sosial.
Perbedaan
Sosiolinguistik dengan Linguistik Umum
Meskipun sama-sama mempelajari
bahasa, sosiolinguistik dan linguistik umum memiliki perbedaan
mendasar dari segi fokus, pendekatan, dan tujuan.
|
Aspek |
Linguistik
Umum |
Sosiolinguistik |
|
Fokus Kajian |
Struktur internal bahasa (fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik) |
Hubungan antara bahasa dan masyarakat |
|
Pendekatan |
Deskriptif dan struktural; meneliti sistem bahasa
secara formal |
Kontekstual; meneliti penggunaan bahasa dalam
konteks sosial |
|
Objek
Analisis |
Bahasa sebagai sistem otonom |
Bahasa sebagai alat komunikasi sosial |
|
Pertanyaan
Pokok |
Bagaimana struktur bahasa dibentuk? |
Mengapa dan bagaimana bahasa digunakan dalam
masyarakat? |
|
Contoh
Kajian |
Analisis struktur kalimat, perubahan bunyi, makna
kata |
Variasi bahasa, alih kode, sikap bahasa,
identitas sosial |
|
Tujuan |
Menjelaskan sistem bahasa secara ilmiah |
Menjelaskan fungsi sosial bahasa dan faktor yang
memengaruhi penggunaannya |
Dengan demikian, linguistik umum
memandang bahasa sebagai sistem simbol yang terorganisasi, sedangkan
sosiolinguistik melihat bahasa sebagai praktik sosial yang mencerminkan
dinamika masyarakat penuturnya.
Penutup
Sosiolinguistik berperan penting
dalam memahami bagaimana bahasa berfungsi dalam kehidupan sosial. Melalui
kajian ini, kita dapat melihat bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi,
tetapi juga sarana pembentuk identitas, kekuasaan, dan kebudayaan.
Pemahaman terhadap hakikat dan
ruang lingkup sosiolinguistik memungkinkan kita untuk lebih menghargai
keberagaman bahasa di Indonesia, sekaligus menumbuhkan kesadaran bahwa setiap
variasi bahasa memiliki nilai sosial yang unik.
Dalam konteks pendidikan,
sosiolinguistik membantu guru dan pendidik memahami perbedaan latar belakang
bahasa siswa, sehingga pembelajaran bahasa dapat dilakukan secara lebih
inklusif dan kontekstual. Sementara dalam masyarakat luas, sosiolinguistik
membantu kita membangun komunikasi lintas budaya dengan lebih efektif dan
empatik.
Dengan demikian, sosiolinguistik
bukan hanya ilmu tentang bahasa, melainkan juga tentang manusia dan
kemanusiaan yang terwujud melalui bahasa itu sendiri.
Daftar Pustaka
- Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan
Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
- Fishman, J. A. (1972). The Sociology of Language. Rowley, MA:
Newbury House.
- Hudson, R. A. (1980). Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge
University Press.
- Wardhaugh, R. (2010). An Introduction to Sociolinguistics.
Oxford: Blackwell.
cara sitasi Format Sitasi APA Style (Edisi 7)
Nasir, A. (2025, November 6). Hakikat dan ruang lingkup sosiolinguistik. Pusat Referensi Linguistik.
https://referensilinguistik.blogspot.com/2025/11/hakikat-dan-ruang-lingkup.html
🧾 2. Format Sitasi MLA (Modern Language Association)
Nasir, Aco. “Hakikat dan Ruang Lingkup Sosiolinguistik.” Pusat Referensi Linguistik, 6 Nov. 2025,
https://referensilinguistik.blogspot.com/2025/11/hakikat-dan-ruang-lingkup.html.
🧾 3. Format Sitasi Chicago Style
Nasir, Aco. 2025. “Hakikat dan Ruang Lingkup Sosiolinguistik.” Pusat Referensi Linguistik (blog), November 6, 2025.
https://referensilinguistik.blogspot.com/2025/11/hakikat-dan-ruang-lingkup.html.
🧾 4. Format Sitasi untuk Daftar Pustaka (Bahasa Indonesia – Gaya Akademik Lokal)
Nasir, Aco. (2025, 6 November). Hakikat dan ruang lingkup sosiolinguistik. Pusat Referensi Linguistik. Diakses dari https://referensilinguistik.blogspot.com/2025/11/hakikat-dan-ruang-lingkup.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar