Sabtu, 06 Desember 2025

Sintaksis dan Semantik: Dua Pilar Utama dalam Analisis Bahasa

 Oleh: Tim Pusat Referensi Linguistik

10.1. Sintaksis dan Semantik

Dalam kajian linguistik, sintaksis dan semantik merupakan dua komponen fundamental yang saling terkait namun memiliki ranah kajian yang berbeda. Sintaksis membahas struktur gramatikal dan aturan penyusunan kata menjadi frasa, klausa, dan kalimat, sementara semantik mempelajari makna yang dihasilkan dari susunan tersebut (Fromkin, Rodman, & Hyams, 2018). Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dalam memahami hakikat bahasa manusia.

Hubungan antara sintaksis dan semantik sering digambarkan sebagai hubungan antara bentuk dan makna. Sintaksis menyediakan kerangka struktural, sedangkan semantik mengisi kerangka tersebut dengan kandungan makna. Sebagai analogi, sintaksis adalah tulang punggung yang menyangga tubuh bahasa, sementara semantik adalah daging dan darah yang membuat bahasa hidup dan bermakna.

Landasan Teoretis

Dalam perkembangan linguistik modern, hubungan sintaksis-semantik telah melahirkan berbagai pendekatan teoretis. Chomsky (1965) dalam Aspects of the Theory of Syntax memperkenalkan konsep Struktur-Dalam (Deep Structure) dan Struktur-Luar (Surface Structure), di mana struktur-dalam merepresentasikan level abstrak yang berkaitan dengan interpretasi semantik. Sementara itu, teori Tata Bahasa Kasus (Case Grammar) yang dikembangkan oleh Fillmore (1968) berargumen bahwa struktur sintaksis diturunkan dari representasi semantik yang mendasari.

Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) 

10.2. Perbedaan Antara Sintaksis dan Semantik

Aspek Gramatikal vs. Aspek Makna

Perbedaan mendasar antara sintaksis dan semantik terletak pada fokus kajiannya. Sintaksis berkaitan dengan kesahihan gramatikal (grammaticality), sedangkan semantik berkaitan dengan kebermaknaan (meaningfulness) (Cruse, 2011).

Contoh perbedaan ini dapat dilihat dari kalimat berikut:

·         "Warna-warna yang kehijau-hijauan itu tidur dengan garang."
Kalimat ini secara sintaksis sahih dalam bahasa Indonesia (mengikuti pola S-P-Ket), namun secara semantik tidak masuk akal.

Kriteria Kelengkapan Struktural vs. Kebutuhan Informasi

Sintaksis mensyaratkan kelengkapan struktural, sementara semantik memerlukan kelengkapan informasi. Sebuah kalimat mungkin secara sintaksis lengkap tetapi secara semantik tidak informatif.

Otonomi vs. Ketergantungan Kontekstual

Sintaksis cenderung lebih otonom dan terlepas dari konteks, sedangkan semantik sangat bergantung pada konteks penggunaan bahasa. Perhatikan kalimat:

·         "Dia sudah sampai."
Kalimat ini sintaksisnya lengkap, tetapi maknanya bergantung pada konteks: siapa 'dia', sampai di mana, kapan, dan sebagainya.

Universalitas vs. Kekhasan Budaya

Prinsip-prinsip sintaksis cenderung lebih universal across bahasa-bahasa dunia, sementara sistem semantik sering mencerminkan kekhasan budaya masyarakat penuturnya (Wierzbicka, 1996). Sebagai contoh, konsep "sungai" dalam bahasa Indonesia tidak membedakan arah aliran, sementara dalam bahasa Bali terdapat perbedaan leksikal untuk sungai yang mengalir ke laut (tukad) dan sungai yang mengalir ke danau (yeh).

Tes Linguistik yang Berbeda

Sintaksis dan semantik menggunakan alat analisis yang berbeda:

·         Tes Sintaksis: substitusi, perpindahan, pelesapan, koordinasi

·         Tes Semantik: hubungan sinonimi, antonimi, hiponimi, analisis komponensial

Hubungan Sebab-Akibat

Dalam banyak kasus, struktur sintaksis menentukan interpretasi semantik, namun sebaliknya, makna juga dapat mempengaruhi pilihan struktur sintaksis. Jackendoff (2002) dalam teori Semantic Syntax berargumen bahwa representasi semantik dan sintaksis saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan secara tegas.

10.3. Peranan Tema dan Rema dalam Kalimat

Konsep Tema dan Rema

Konsep tema (theme) dan rema (rheme) berasal dari teori Linguistik Fungsional Praha yang dikembangkan oleh VilĂ©m Mathesius pada tahun 1930-an. Tema mengacu pada unsur yang menjadi titik tolak pembicaraan (topic), sedangkan rema merupakan inti pesan yang disampaikan tentang tema tersebut (comment) (Firbas, 1992).

Dalam kalimat "[Buku yang kamu pinjam] [sudah harus dikembalikan besok]":

·         TemaBuku yang kamu pinjam

·         Remasudah harus dikembalikan besok

Fungsi Komunikatif Tema-Rema

Struktur tema-rema memainkan peran crucial dalam organisasi wacana karena:

1.       Menjaga Kohesi: Tema sering kali merujuk kembali pada informasi yang telah disebutkan sebelumnya

2.       Mengatur Aliran Informasi: Dari informasi yang sudah diketahui (given) menuju informasi baru (new)

3.       Memudahkan Pemrosesan: Memungkinkan pendengar/ pembaca mengikuti alur pembicaraan dengan lebih mudah

Realisasi Tema-Rema dalam Berbagai Bahasa

Setiap bahasa memiliki strategi berbeda untuk menandai struktur tema-rema:

Bahasa Indonesia:

·         Urutan kata: Tema biasanya mendahului rema

·         Partikel: Penggunaan partikel seperti -lah-pun

·         Konstruksi pasif: Buku itu sudah saya baca

·         Kalimat topikalisasi: Mengenai masalah itu, kita akan bahas nanti

Bahasa Jepang:

·         Partikel wa untuk menandai tema

·         Kore wa hon desu (Ini adalah buku)

Bahasa Rusia:

·         Fleksibilitas urutan kata untuk menandai fokus informasi

·         Intonasi sebagai penanda rema

Tema-Rema dan Sintaksis

Hubungan antara struktur tema-rema dan sintaksis kompleks dan saling mempengaruhi. Menurut Lambrecht (1994), struktur informasi (tema-rema) dapat mempengaruhi pilihan konstruksi sintaksis. Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, konstruksi yang-cleft sering digunakan untuk memfokuskan pada rema:

·         "Yang memenangkan lomba adalah adik saya"

Struktur Informasi dalam Kalimat

Pengembangan konsep tema-rema melahirkan teori Struktur Informasi (Information Structure) yang mencakup:

1.       Topik-Komentar: Pembagian antara apa yang dibicarakan dan apa yang dikatakan tentangnya

2.       Given-New: Pembagian antara informasi yang sudah diketahui dan informasi baru

3.       Fokus-Latar: Pembagian antara unsur yang ditonjolkan dan unsur latar

Implikasi Pedagogis

Pemahaman struktur tema-rema memiliki implikasi penting dalam pengajaran bahasa, khususnya dalam:

1.       Pengajaran Menulis: Membantu siswa mengorganisasi paragraf secara kohesif

2.       Pengajaran Berbicara: Membantu pelajar menyusun presentasi yang efektif

3.       Terapi Wicara: Membantu individu dengan gangguan bahasa dalam mengorganisasi pesan

Aplikasi dalam Teknologi Bahasa

Dalam Pemrosesan Bahasa Alami (Natural Language Processing), pemahaman struktur tema-rema dapat meningkatkan kinerja:

1.       Sistem Tanya-Jawab: Mengidentifikasi fokus pertanyaan dan memberikan jawaban yang relevan

2.       Summarization Otomatis: Menentukan informasi penting yang harus dimasukkan dalam ringkasan

3.       Machine Translation: Mempertahankan struktur informasi dalam terjemahan

Penelitian Mutakhir

Penelitian terkini dalam neurolinguistik menunjukkan bahwa otak manusia memproses informasi tema dan rema secara berbeda. Studi fMRI oleh Bornkessel-Schlesewsky dan Schlesewsky (2009) menemukan bahwa pemrosesan struktur informasi mengaktifkan jaringan neural yang berbeda dengan pemrosesan sintaksis murni.

Kesimpulan

Sintaksis dan semantik, meskipun merupakan bidang kajian yang berbeda, saling melengkapi dalam memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bahasa. Sintaksis memberikan kerangka formal yang memungkinkan komunikasi terstruktur, sementara semantik memberikan muatan makna yang membuat komunikasi tersebut bermakna.

Struktur tema-rema berperan sebagai jembatan antara sintaksis dan semantik dengan mengorganisasi informasi dalam konteks wacana yang lebih luas. Pemahaman tentang ketiga aspek ini—sintaksis, semantik, dan struktur informasi—sangat essential tidak hanya bagi linguis teoretis tetapi juga bagi praktisi pendidikan, terapis wicara, dan pengembang teknologi bahasa.

Dalam era digital ini, integrasi pengetahuan tentang sintaksis, semantik, dan struktur informasi menjadi semakin penting dalam pengembangan sistem kecerdasan buatan yang mampu memahami dan memproduksi bahasa manusia secara alami dan efektif.

 

Daftar Pustaka

Bornkessel-Schlesewsky, I., & Schlesewsky, M. (2009). Processing syntax and morphology: A neurocognitive perspective. Oxford University Press.

Chomsky, N. (1965). Aspects of the theory of syntax. MIT Press.

Cruse, A. (2011). Meaning in language: An introduction to semantics and pragmatics (3rd ed.). Oxford University Press.

Fillmore, C. J. (1968). The case for case. In E. Bach & R. T. Harms (Eds.), Universals in linguistic theory (pp. 1-88). Holt, Rinehart and Winston.

Firbas, J. (1992). Functional sentence perspective in written and spoken communication. Cambridge University Press.

Fromkin, V., Rodman, R., & Hyams, N. (2018). An introduction to language (11th ed.). Cengage Learning.

Jackendoff, R. (2002). Foundations of language: Brain, meaning, grammar, evolution. Oxford University Press.

Lambrecht, K. (1994). Information structure and sentence form: Topic, focus, and the mental representations of discourse referents. Cambridge University Press.

Wierzbicka, A. (1996). Semantics: Primes and universals. Oxford University Press.

Kridalaksana, H. (2011). Kamus linguistik (Edisi Keempat). Gramedia Pustaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...