12.1. Sintaksis dalam Variasi Bahasa dan Dialek
Pengantar Variasi Bahasa dan Dialek
Dalam kajian sosiolinguistik dan dialektologi, istilah variasi bahasa mencakup
perubahan atau perbedaan bentuk bahasa yang digunakan oleh kelompok penutur
yang berbeda baik secara wilayah, sosial, usia, atau register. Sebagai contoh,
lembaga Balai Bahasa Provinsi Maluku menyebut bahwa “dialek” adalah variasi
bahasa dari sekelompok penutur di wilayah tertentu, yang ditandai oleh
ciri-ciri bersama seperti susunan kalimat, gaya berbicara, serta fitur
morfologi dan sintaksis. Balaibahasaprovinsimaluku+2Kongres Bahasa Indonesia+2
Dalam kajian mengenai sintaksis, maka yang menjadi perhatian adalah bagaimana
susunan kata, frasa, klausa, dan kalimat dapat berbeda-beda antar ragam bahasa
atau antar dialek suatu bahasa.
Apa yang Dimaksud dengan Sintaksis dalam Konteks Variasi
Secara umum, sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari pengaturan
dan hubungan antar kata, frasa, klausa dalam kalimat, atau antar satuan yang
lebih besar dalam bahasa. UNNES Blog+1
Ketika kita mengaitkannya dengan variasi bahasa dan dialek, maka fokusnya
adalah pada bagaimana struktur sintaksis—seperti urutan unsur
(subjek-predikat-objek = SPO), pemakaian klausa koordinatif atau subordinatif,
prefiks/sufiks yang memengaruhi pola frasa, serta konstruksi khusus (misalnya
kausalitas, pasifitas) —bisa bervariasi antar ragam/penutur. Misalnya, dalam
dialek suatu daerah, bisa muncul susunan kalimat yang berbeda dari ragam baku
karena faktor region atau sosial.
| Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) |
Contoh Variasi Sintaksis di Indonesia
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dialek atau ragam non-baku dalam
bahasa Indonesia atau bahasa daerah memiliki struktur sintaksis yang berbeda
dari ragam baku. Sebagai contoh, penelitian yang dikutip dalam prosiding
menunjukkan bahwa dalam dialek Medan, susunan kalimat penjual memakai struktur
yang berbeda dibanding Bahasa Indonesia baku. Jurnal UNS
Misalnya:
·
Baku: “Coba
kakak cek yang ini barangnya bagus, Kak.”
·
Dialek Medan: “Cak
kak cek la ini barang bagus, Kak.” Jurnal UNS
Perbedaan terletak pada penempatan unsur-kalimat (misalnya “la” sebagai
partikel, pergeseran urutan kata), penghilangan atau perubahan preposisi, serta
penggunaan partikel khas dialek.
Contoh lain: penelitian “Analytical Causative Construction in Banyumasan
Dialect and West Kalimantan Hakka Dialect” menunjukkan bahwa konstruksi
kausatif (menyebabkan) dalam dialek Banyumasan (Austronesia) dan dialek Hakka
(Sino-Tibet) berbeda secara tipologi. Journal UNP
Dengan demikian, variasi sintaksis bukan hanya soal kosakata atau lafal, tetapi
juga susunan internal kalimat dan relasi antar unsur kalimat.
Penyebab Variasi Sintaksis
Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya variasi sintaksis dalam dialek
atau ragam bahasa antara lain:
·
Faktor
wilayah (geografi). Dialek regional sering mengembangkan pola
susunan kalimat sendiri. Misalnya, variasi dialek sosial maupun regional di
dalam bahasa Jawa ditemukan adanya perbedaan morfologi dan sintaksis antar
kelompok usia atau antar wilayah. eprints.undip
·
Faktor
sosial. Golongan sosial, tingkat pendidikan, usia, jenis
kelamin penutur dapat mempengaruhi pilihan struktur sintaksis. Misalnya, ragam
‘anak muda’ bisa menggunakan kalimat yang lebih tumpang tindih (elliptical),
susunan yang tidak baku dibanding ragam formal. Lembaga bahasa menyebut bahwa
variasi sosial mencakup susunan kalimat, gaya bahasa, dan sebagainya. Balaibahasaprovinsimaluku+1
·
Kontak
bahasa. Bila suatu komunitas menggunakan lebih dari satu bahasa
atau dialek, maka konstruksi sintaksis bisa dipengaruhi (interferensi) dari
bahasa lain atau dialek lain—misalnya dalam studi code-switching bilingual. Machung Journal
·
Faktor
register dan konteks penggunaan. Ragam lisan informal cenderung
memiliki struktur lebih sederhana, pragmatis, kalimat tersingkat, dibanding
ragam tertulis atau formal yang menjaga struktur baku.
Implikasi Analisis Sintaksis Ragam Bahasa dan Dialek
Menganalisis sintaksis dalam variasi bahasa atau dialek memiliki beberapa
manfaat:
·
Memahami karakteristik kalimat yang muncul dalam
ragam non-baku sehingga dapat menjadi dokumen linguistik bagi pelestarian
dialek.
·
Memberi kontribusi pada pengajaran bahasa—guru
dapat memahami mengapa penutur dialek tertentu cenderung membuat ‘kesalahan’
ketika menggunakan Bahasa Indonesia baku, karena struktur sintaksis dialek
mereka berbeda.
·
Mendukung pengembangan pemrosesan bahasa alami
(Natural Language Processing/NLP) untuk bahasa Indonesia dan dialeknya —
penelitian menunjukkan bahwa kurangnya data mengenai dialek dan variasi membuat
sistem NLP kurang optimal. arXiv
12.2. Pengaruh Sosial dan Regional terhadap Sintaksis
Dimensi Regional
Regionalitas adalah salah satu unsur utama dalam variasi bahasa. Dialek
regional muncul karena faktor historis, pemisahan geografis, interaksi bahasa
antar wilayah, dan evolusi internal penutur. Lembaga bahasa menegaskan bahwa
dialek regional (“dialek areal”) adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
penutur di wilayah tertentu, dan perbedaan ini meliputi fonologi, morfologi,
sintaksis. Balaibahasaprovinsimaluku+1
Sebagai contoh, penelitian “Variasi Bahasa – Balai Bahasa Provinsi Maluku”
menyebut bahwa variasi sintaksis dapat muncul dalam dialek karena perbedaan
susunan kalimat, pilihan unsur, atau konstruksi yang khas wilayah. Balaibahasaprovinsimaluku+1
Penelitian pada dialek Biak, misalnya, menyoroti bahwa dalam dialek Biak Utara
terdapat variasi sintaksis dibanding dialek yang lebih terpengaruh luar. Sastra Papua
Oleh karena itu, pengaruh regional terhadap sintaksis memungkinkan munculnya
pola sintaksis yang khas, bahkan berbeda signifikan dengan susunan yang
dianggap ‘standar’.
Dimensi Sosial
Variasi sosial atau sosiolek adalah ragam bahasa yang digunakan oleh
kelompok sosial tertentu yang berbeda menurut usia, pendidikan, pekerjaan,
jenis kelamin, status ekonomi, dan sebagainya. Balaibahasaprovinsimaluku+1
Dalam aspek sintaksis, ini berarti bahwa kelompok sosial tertentu mungkin
memilih susunan kalimat yang berbeda, memanfaatkan konstruksi yang lebih
ringkas, atau menggunakan partikel/frasa khas dalam komunikasi informal.
Sebagai contoh:
·
Penutur muda cenderung menggunakan kalimat
eliptis (“Gak bisa lah, nanti aja”) dibanding struktur baku formal (“Saya tidak
bisa, kita lakukan nanti”).
·
Penutur dengan pendidikan tinggi mungkin
mengikuti pola sintaksis baku lebih konsisten, sedangkan penutur dengan latar
sosial lain mungkin memilih ragam yang lebih bebas.
Menurut imbuhan narabahasa, penguasaan sintaksis penting untuk memahami
ragam-bahasa karena unsur seperti susunan kata dalam frasa, klausa, atau
kalimat dapat berubah tergantung ragam. Nara Bahasa
Hal ini berarti bahwa analisis sintaksis harus mempertimbangkan faktor sosial
agar tidak dianggap ‘keliru’ ketika ragam informal atau dialek dipakai.
Interaksi Sosial-Regional dan Sintaksis
Sosial dan regional tidak berdiri sendiri; seringkali terjadi interaksi
antara lokasi geografis dan status sosial. Sebagai contoh, dialek wilayah
pesisir mungkin memiliki struktur sintaksis yang berbeda dan digunakan oleh
penutur yang tingkat pendidikannya atau aktivitas sosialnya berbeda. Hal ini
memperkaya variasi sintaksis yang muncul.
Penelitian dialektologi menunjukkan bahwa variasi sintaksis adalah bagian dari
variasi bahasa yang meliputi morfologi, leksikon, dan fonologi. eprints.undip+1
Misalnya, variabel sosiolek dalam Bahasa Indonesia mencakup perubahan dalam
morfologi (prefiks/sufiks), susunan frasa, dan bahkan urutan klausa.
Dampak terhadap Pemakaian Bahasa dan Pembelajaran
Adanya pengaruh sosial-regional terhadap sintaksis memiliki sejumlah
implikasi praktis:
·
Dalam
pendidikan bahasa Indonesia. Guru dan pengajar harus menyadari
bahwa siswa yang berasal dari wilayah dengan dialek yang berbeda mungkin
memiliki susunan kalimat yang berbeda dari Bahasa Indonesia baku, sehingga
pendampingan diperlukan agar siswa memahami perbedaan dan menggunakan ragam
baku ketika diperlukan.
·
Dalam
penerjemahan dan komunikatif antar-wilayah. Bila seseorang dari
satu dialek berkomunikasi dengan penutur dari daerah lain, perbedaan sintaksis
bisa menimbulkan salah tafsir atau dianggap ‘tidak baku’.
·
Dalam
pelestarian dialek dan penelitian bahasa. Struktur sintaksis
dialek bisa menjadi indikator perubahan bahasa (language change) di wilayah
tertentu dan membantu dokumentasi dialek.
·
Dalam
teknologi bahasa (NLP). Sistem otomatis pengolahan bahasa perlu
memperhitungkan variasi sintaksis karena model yang hanya dibangun atas ragam
baku dapat gagal mengenali konstruksi kalimat dialek atau sosial-ragam. (lihat
Aji et al., 2022) arXiv
Tantangan dan Prospek
Beberapa tantangan yang muncul dalam penelitian sintaksis dalam variasi
bahasa dan dialek adalah:
·
Data
yang memadai. Banyak studi masih terfokus pada fonologi dan
leksikon dialek, sementara analisis sintaksis secara mendalam (frasa-klausa,
konstruksi kompleks) masih terbatas.
·
Identifikasi
struktur yang berlaku dalam konteks informal. Ragam non-baku
sering memakai struktur yang fleksibel atau eliptis, sehingga menuntut analisis
yang sensitif terhadap konteks.
·
Perubahan
cepat dalam masyarakat urban dan digital. Dialek dan ragam
sosial berubah dengan cepat, terutama lewat media sosial, sehingga struktur
sintaksis pun bisa bergeser.
·
Teknologi
dan dokumentasi. Untuk memperkuat penelitian, dibutuhkan
dokumentasi audio/skrip ragam berbagai kelompok sosial dan wilayah agar
struktur sintaksis bisa dianalisis secara komparatif.
Di sisi prospek, penelitian sintaksis ragam bahasa dan dialek menawarkan
peluang besar, antara lain:
·
Pembentukan model tipologi sintaksis dialek
Indonesia yang lebih sistematis.
·
Pemanfaatan data ragam dalam pengajaran dan literasi
ragam bahasa di sekolah.
·
Integrasi ragam dialek ke dalam aplikasi
teknologi bahasa (speech recognition, machine translation) untuk konteks
Indonesia yang sangat plural.
Penutup
Analisis sintaksis dalam konteks variasi bahasa dan dialek (bagian 12.1)
serta pengaruh sosial-regional terhadap struktur sintaksis (bagian 12.2)
menggarisbawahi bahwa tata kalimat bukanlah satu hal baku yang sama di seluruh
penutur. Susunan kata, frasa, klausa dapat berbeda tergantung wilayah, kelompok
sosial, usia, register, dan kontak bahasa. Bagi “Pusat Referensi Linguistik”,
pemahaman terhadap keragaman sintaksis ini sangat penting: bukan hanya untuk
menilai ragam baku, tetapi juga untuk memahami kekayaan linguistik ragam bahasa
Indonesia dan dialeknya. Dengan demikian, penelitian, pengajaran, dan
dokumentasi bahasa Indonesia menjadi lebih inklusif dan responsif terhadap
realitas penggunaan di masyarakat.
Referensi
Aji, H. A., Winata, G. I., Koto, F., Cahyawijaya, S., Romadhony, A.,
Mahendra, R., Kurniawan, K., Moeljadi, D., Baldwin, T., Lau, J. H., &
Ruder, S. (2022). One country, 700+ languages: NLP challenges for
under-represented languages and dialects in Indonesia. arXiv. https://arxiv.org/abs/2203.13357
arXiv
Chaer, A., & Agustina, L. (2014). Linguistik
Umum (ed. revisi). Rineka Cipta. (cited in KBI: “gaya bahasa,
susunan kalimat, dan sebagainya…”) Kongres Bahasa Indonesia
Febriyanti Sunaryo, D., Nuryanti, F., Nurchasanah, T., & Varisca, Z. H.
(2024). The dynamic of dialect variation in language learning. Jurnal Tunas Pendidikan,
7(1). https://doi.org/10.52060/pgsd.v7i1.1884 ejournal.ummuba.ac.id
Iskandar, D., Pujiono, M., & Abdul Samad, I. (2023). The profile of
Acehnese variation: Sociolinguistic analysis. International Journal of Comparative Literature and
Translation Studies. https://doi.org/10.4668/ijclts.v11i1.4668 AIAC Journals
Kurniawan, J. N. D., & Subiyanto, A. (2023). Analytical causative
construction in Banyumasan dialect and West Kalimantan Hakka dialect: A
linguistic typology study. Lingua
Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa, 17(1).
https://doi.org/10.24036/ld.v17i1.119188 Journal UNP
Lestari, D. A., Akbarjono, A., & Heriadi, M. (2025). Quantifying dialect
relatedness in Serawai (Bengkulu, Indonesia): A 200-item lexicostatistical
study. JPI: Jurnal Pustaka
Indonesia, 5(3). https://doi.org/10.62159/jpi.v5i3.392 siducat.org
“Mengupas sintaksis: kunci mendalami ragam bahasa Indonesia.” (2023, November
20). Narabahasa.
https://narabahasa.id/berita/mengupas-sintaksis-kunci-mendalami-ragam-bahasa-indonesia/
Nara Bahasa
Nitrit Kawasari, M. (2025). Variasi penggunaan bahasa Jawa: perbedaan unsur
kebahasaan berupa fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. ePrints Undip. eprints.undip
“Variasi Bahasa – Balai Bahasa Provinsi Maluku.” (2018, July 3). Balai Bahasa Provinsi Maluku.
https://balaibahasaprovinsimaluku.kemdikbud.go.id/2018/07/variasi-bahasa/
Balaibahasaprovinsimaluku
“Pengertian dan medan telaah sintaksis.” (2016, April 8). Bangga Berbahasa Indonesia.
https://blog.unnes.ac.id/meinafebri/2016/04/08/pengertian-dan-medan-telaah-sintaksis/
UNNES Blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar