Minggu, 07 Desember 2025

SINTAKSIS DALAM VARIASI BAHASA DAN DIALEK

12.1. Sintaksis dalam Variasi Bahasa dan Dialek

Pengantar Variasi Bahasa dan Dialek

Dalam kajian sosiolinguistik dan dialektologi, istilah variasi bahasa mencakup perubahan atau perbedaan bentuk bahasa yang digunakan oleh kelompok penutur yang berbeda baik secara wilayah, sosial, usia, atau register. Sebagai contoh, lembaga Balai Bahasa Provinsi Maluku menyebut bahwa “dialek” adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur di wilayah tertentu, yang ditandai oleh ciri-ciri bersama seperti susunan kalimat, gaya berbicara, serta fitur morfologi dan sintaksis. Balaibahasaprovinsimaluku+2Kongres Bahasa Indonesia+2
Dalam kajian mengenai sintaksis, maka yang menjadi perhatian adalah bagaimana susunan kata, frasa, klausa, dan kalimat dapat berbeda-beda antar ragam bahasa atau antar dialek suatu bahasa.

Apa yang Dimaksud dengan Sintaksis dalam Konteks Variasi

Secara umum, sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari pengaturan dan hubungan antar kata, frasa, klausa dalam kalimat, atau antar satuan yang lebih besar dalam bahasa. UNNES Blog+1
Ketika kita mengaitkannya dengan variasi bahasa dan dialek, maka fokusnya adalah pada bagaimana struktur sintaksis—seperti urutan unsur (subjek-predikat-objek = SPO), pemakaian klausa koordinatif atau subordinatif, prefiks/sufiks yang memengaruhi pola frasa, serta konstruksi khusus (misalnya kausalitas, pasifitas) —bisa bervariasi antar ragam/penutur. Misalnya, dalam dialek suatu daerah, bisa muncul susunan kalimat yang berbeda dari ragam baku karena faktor region atau sosial.

Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) 

Contoh Variasi Sintaksis di Indonesia

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dialek atau ragam non-baku dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah memiliki struktur sintaksis yang berbeda dari ragam baku. Sebagai contoh, penelitian yang dikutip dalam prosiding menunjukkan bahwa dalam dialek Medan, susunan kalimat penjual memakai struktur yang berbeda dibanding Bahasa Indonesia baku. Jurnal UNS
Misalnya:

·         Baku: “Coba kakak cek yang ini barangnya bagus, Kak.”

·         Dialek Medan: “Cak kak cek la ini barang bagus, Kak.” Jurnal UNS
Perbedaan terletak pada penempatan unsur-kalimat (misalnya “la” sebagai partikel, pergeseran urutan kata), penghilangan atau perubahan preposisi, serta penggunaan partikel khas dialek.

Contoh lain: penelitian “Analytical Causative Construction in Banyumasan Dialect and West Kalimantan Hakka Dialect” menunjukkan bahwa konstruksi kausatif (menyebabkan) dalam dialek Banyumasan (Austronesia) dan dialek Hakka (Sino-Tibet) berbeda secara tipologi. Journal UNP
Dengan demikian, variasi sintaksis bukan hanya soal kosakata atau lafal, tetapi juga susunan internal kalimat dan relasi antar unsur kalimat.

Penyebab Variasi Sintaksis

Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya variasi sintaksis dalam dialek atau ragam bahasa antara lain:

·         Faktor wilayah (geografi). Dialek regional sering mengembangkan pola susunan kalimat sendiri. Misalnya, variasi dialek sosial maupun regional di dalam bahasa Jawa ditemukan adanya perbedaan morfologi dan sintaksis antar kelompok usia atau antar wilayah. eprints.undip

·         Faktor sosial. Golongan sosial, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin penutur dapat mempengaruhi pilihan struktur sintaksis. Misalnya, ragam ‘anak muda’ bisa menggunakan kalimat yang lebih tumpang tindih (elliptical), susunan yang tidak baku dibanding ragam formal. Lembaga bahasa menyebut bahwa variasi sosial mencakup susunan kalimat, gaya bahasa, dan sebagainya. Balaibahasaprovinsimaluku+1

·         Kontak bahasa. Bila suatu komunitas menggunakan lebih dari satu bahasa atau dialek, maka konstruksi sintaksis bisa dipengaruhi (interferensi) dari bahasa lain atau dialek lain—misalnya dalam studi code-switching bilingual. Machung Journal

·         Faktor register dan konteks penggunaan. Ragam lisan informal cenderung memiliki struktur lebih sederhana, pragmatis, kalimat tersingkat, dibanding ragam tertulis atau formal yang menjaga struktur baku.

Implikasi Analisis Sintaksis Ragam Bahasa dan Dialek

Menganalisis sintaksis dalam variasi bahasa atau dialek memiliki beberapa manfaat:

·         Memahami karakteristik kalimat yang muncul dalam ragam non-baku sehingga dapat menjadi dokumen linguistik bagi pelestarian dialek.

·         Memberi kontribusi pada pengajaran bahasa—guru dapat memahami mengapa penutur dialek tertentu cenderung membuat ‘kesalahan’ ketika menggunakan Bahasa Indonesia baku, karena struktur sintaksis dialek mereka berbeda.

·         Mendukung pengembangan pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing/NLP) untuk bahasa Indonesia dan dialeknya — penelitian menunjukkan bahwa kurangnya data mengenai dialek dan variasi membuat sistem NLP kurang optimal. arXiv

12.2. Pengaruh Sosial dan Regional terhadap Sintaksis

Dimensi Regional

Regionalitas adalah salah satu unsur utama dalam variasi bahasa. Dialek regional muncul karena faktor historis, pemisahan geografis, interaksi bahasa antar wilayah, dan evolusi internal penutur. Lembaga bahasa menegaskan bahwa dialek regional (“dialek areal”) adalah variasi bahasa yang digunakan oleh penutur di wilayah tertentu, dan perbedaan ini meliputi fonologi, morfologi, sintaksis. Balaibahasaprovinsimaluku+1
Sebagai contoh, penelitian “Variasi Bahasa – Balai Bahasa Provinsi Maluku” menyebut bahwa variasi sintaksis dapat muncul dalam dialek karena perbedaan susunan kalimat, pilihan unsur, atau konstruksi yang khas wilayah. Balaibahasaprovinsimaluku+1
Penelitian pada dialek Biak, misalnya, menyoroti bahwa dalam dialek Biak Utara terdapat variasi sintaksis dibanding dialek yang lebih terpengaruh luar. Sastra Papua
Oleh karena itu, pengaruh regional terhadap sintaksis memungkinkan munculnya pola sintaksis yang khas, bahkan berbeda signifikan dengan susunan yang dianggap ‘standar’.

Dimensi Sosial

Variasi sosial atau sosiolek adalah ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu yang berbeda menurut usia, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, status ekonomi, dan sebagainya. Balaibahasaprovinsimaluku+1
Dalam aspek sintaksis, ini berarti bahwa kelompok sosial tertentu mungkin memilih susunan kalimat yang berbeda, memanfaatkan konstruksi yang lebih ringkas, atau menggunakan partikel/frasa khas dalam komunikasi informal. Sebagai contoh:

·         Penutur muda cenderung menggunakan kalimat eliptis (“Gak bisa lah, nanti aja”) dibanding struktur baku formal (“Saya tidak bisa, kita lakukan nanti”).

·         Penutur dengan pendidikan tinggi mungkin mengikuti pola sintaksis baku lebih konsisten, sedangkan penutur dengan latar sosial lain mungkin memilih ragam yang lebih bebas.
Menurut imbuhan narabahasa, penguasaan sintaksis penting untuk memahami ragam-bahasa karena unsur seperti susunan kata dalam frasa, klausa, atau kalimat dapat berubah tergantung ragam. Nara Bahasa
Hal ini berarti bahwa analisis sintaksis harus mempertimbangkan faktor sosial agar tidak dianggap ‘keliru’ ketika ragam informal atau dialek dipakai.

Interaksi Sosial-Regional dan Sintaksis

Sosial dan regional tidak berdiri sendiri; seringkali terjadi interaksi antara lokasi geografis dan status sosial. Sebagai contoh, dialek wilayah pesisir mungkin memiliki struktur sintaksis yang berbeda dan digunakan oleh penutur yang tingkat pendidikannya atau aktivitas sosialnya berbeda. Hal ini memperkaya variasi sintaksis yang muncul.
Penelitian dialektologi menunjukkan bahwa variasi sintaksis adalah bagian dari variasi bahasa yang meliputi morfologi, leksikon, dan fonologi. eprints.undip+1
Misalnya, variabel sosiolek dalam Bahasa Indonesia mencakup perubahan dalam morfologi (prefiks/sufiks), susunan frasa, dan bahkan urutan klausa.

Dampak terhadap Pemakaian Bahasa dan Pembelajaran

Adanya pengaruh sosial-regional terhadap sintaksis memiliki sejumlah implikasi praktis:

·         Dalam pendidikan bahasa Indonesia. Guru dan pengajar harus menyadari bahwa siswa yang berasal dari wilayah dengan dialek yang berbeda mungkin memiliki susunan kalimat yang berbeda dari Bahasa Indonesia baku, sehingga pendampingan diperlukan agar siswa memahami perbedaan dan menggunakan ragam baku ketika diperlukan.

·         Dalam penerjemahan dan komunikatif antar-wilayah. Bila seseorang dari satu dialek berkomunikasi dengan penutur dari daerah lain, perbedaan sintaksis bisa menimbulkan salah tafsir atau dianggap ‘tidak baku’.

·         Dalam pelestarian dialek dan penelitian bahasa. Struktur sintaksis dialek bisa menjadi indikator perubahan bahasa (language change) di wilayah tertentu dan membantu dokumentasi dialek.

·         Dalam teknologi bahasa (NLP). Sistem otomatis pengolahan bahasa perlu memperhitungkan variasi sintaksis karena model yang hanya dibangun atas ragam baku dapat gagal mengenali konstruksi kalimat dialek atau sosial-ragam. (lihat Aji et al., 2022) arXiv

Tantangan dan Prospek

Beberapa tantangan yang muncul dalam penelitian sintaksis dalam variasi bahasa dan dialek adalah:

·         Data yang memadai. Banyak studi masih terfokus pada fonologi dan leksikon dialek, sementara analisis sintaksis secara mendalam (frasa-klausa, konstruksi kompleks) masih terbatas.

·         Identifikasi struktur yang berlaku dalam konteks informal. Ragam non-baku sering memakai struktur yang fleksibel atau eliptis, sehingga menuntut analisis yang sensitif terhadap konteks.

·         Perubahan cepat dalam masyarakat urban dan digital. Dialek dan ragam sosial berubah dengan cepat, terutama lewat media sosial, sehingga struktur sintaksis pun bisa bergeser.

·         Teknologi dan dokumentasi. Untuk memperkuat penelitian, dibutuhkan dokumentasi audio/skrip ragam berbagai kelompok sosial dan wilayah agar struktur sintaksis bisa dianalisis secara komparatif.

Di sisi prospek, penelitian sintaksis ragam bahasa dan dialek menawarkan peluang besar, antara lain:

·         Pembentukan model tipologi sintaksis dialek Indonesia yang lebih sistematis.

·         Pemanfaatan data ragam dalam pengajaran dan literasi ragam bahasa di sekolah.

·         Integrasi ragam dialek ke dalam aplikasi teknologi bahasa (speech recognition, machine translation) untuk konteks Indonesia yang sangat plural.

 

Penutup

Analisis sintaksis dalam konteks variasi bahasa dan dialek (bagian 12.1) serta pengaruh sosial-regional terhadap struktur sintaksis (bagian 12.2) menggarisbawahi bahwa tata kalimat bukanlah satu hal baku yang sama di seluruh penutur. Susunan kata, frasa, klausa dapat berbeda tergantung wilayah, kelompok sosial, usia, register, dan kontak bahasa. Bagi “Pusat Referensi Linguistik”, pemahaman terhadap keragaman sintaksis ini sangat penting: bukan hanya untuk menilai ragam baku, tetapi juga untuk memahami kekayaan linguistik ragam bahasa Indonesia dan dialeknya. Dengan demikian, penelitian, pengajaran, dan dokumentasi bahasa Indonesia menjadi lebih inklusif dan responsif terhadap realitas penggunaan di masyarakat.

Referensi

Aji, H. A., Winata, G. I., Koto, F., Cahyawijaya, S., Romadhony, A., Mahendra, R., Kurniawan, K., Moeljadi, D., Baldwin, T., Lau, J. H., & Ruder, S. (2022). One country, 700+ languages: NLP challenges for under-represented languages and dialects in Indonesia. arXiv. https://arxiv.org/abs/2203.13357 arXiv
Chaer, A., & Agustina, L. (2014). Linguistik Umum (ed. revisi). Rineka Cipta. (cited in KBI: “gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya…”) Kongres Bahasa Indonesia
Febriyanti Sunaryo, D., Nuryanti, F., Nurchasanah, T., & Varisca, Z. H. (2024). The dynamic of dialect variation in language learning. Jurnal Tunas Pendidikan, 7(1). https://doi.org/10.52060/pgsd.v7i1.1884 ejournal.ummuba.ac.id
Iskandar, D., Pujiono, M., & Abdul Samad, I. (2023). The profile of Acehnese variation: Sociolinguistic analysis. International Journal of Comparative Literature and Translation Studies. https://doi.org/10.4668/ijclts.v11i1.4668 AIAC Journals
Kurniawan, J. N. D., & Subiyanto, A. (2023). Analytical causative construction in Banyumasan dialect and West Kalimantan Hakka dialect: A linguistic typology study. Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa, 17(1). https://doi.org/10.24036/ld.v17i1.119188 Journal UNP
Lestari, D. A., Akbarjono, A., & Heriadi, M. (2025). Quantifying dialect relatedness in Serawai (Bengkulu, Indonesia): A 200-item lexicostatistical study. JPI: Jurnal Pustaka Indonesia, 5(3). https://doi.org/10.62159/jpi.v5i3.392 siducat.org
“Mengupas sintaksis: kunci mendalami ragam bahasa Indonesia.” (2023, November 20). Narabahasa. https://narabahasa.id/berita/mengupas-sintaksis-kunci-mendalami-ragam-bahasa-indonesia/ Nara Bahasa
Nitrit Kawasari, M. (2025). Variasi penggunaan bahasa Jawa: perbedaan unsur kebahasaan berupa fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. ePrints Undip. eprints.undip
“Variasi Bahasa – Balai Bahasa Provinsi Maluku.” (2018, July 3). Balai Bahasa Provinsi Maluku. https://balaibahasaprovinsimaluku.kemdikbud.go.id/2018/07/variasi-bahasa/ Balaibahasaprovinsimaluku
“Pengertian dan medan telaah sintaksis.” (2016, April 8). Bangga Berbahasa Indonesia. https://blog.unnes.ac.id/meinafebri/2016/04/08/pengertian-dan-medan-telaah-sintaksis/ UNNES Blog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...