14.1. Pendekatan Sintaksis dalam Pengajaran Bahasa Kedua
Sintaksis merupakan salah satu cabang utama linguistik yang berfokus pada
struktur kalimat dan hubungan antarkata dalam membentuk makna (Kridalaksana,
2010). Dalam konteks pengajaran bahasa kedua (B2), pemahaman terhadap sintaksis
menjadi sangat penting karena mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam
membentuk kalimat yang gramatikal dan komunikatif. Penguasaan struktur
sintaktis membantu pembelajar memahami aturan penataan unsur bahasa seperti
subjek, predikat, objek, dan keterangan sehingga mereka dapat berkomunikasi
secara efektif.
Pendekatan sintaksis dalam pengajaran bahasa kedua tidak hanya menekankan
pada hafalan aturan tata bahasa, tetapi juga pada kemampuan mengidentifikasi
dan menggunakan pola-pola sintaktis dalam konteks nyata (Richards &
Rodgers, 2014). Pendekatan ini mengintegrasikan teori linguistik struktural dan
fungsional, di mana guru membantu siswa memahami fungsi tiap unsur kalimat
berdasarkan konteks penggunaannya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), misalnya,
pendekatan sintaktis digunakan untuk memperkenalkan pola dasar S-P-O-K
(Subjek–Predikat–Objek–Keterangan). Guru dapat menunjukkan variasi kalimat
berdasarkan struktur tersebut, seperti perbandingan antara “Saya makan nasi”
dan “Nasi saya makan.” Pendekatan ini membantu siswa memahami fleksibilitas struktur
kalimat bahasa Indonesia yang tidak selalu bersifat kaku seperti dalam bahasa
Inggris.
| Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) |
14.2. Metode dan Strategi Pengajaran Sintaksis
Metode pengajaran sintaksis umumnya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
dan karakteristik siswa. Beberapa metode yang sering digunakan antara lain
metode deduktif, induktif, dan kontekstual.
Metode deduktif menekankan pada penjelasan teori terlebih dahulu sebelum
memberikan latihan. Guru menjelaskan aturan pembentukan kalimat, kemudian siswa
menerapkannya melalui latihan-latihan (Brown, 2007). Sebaliknya, metode
induktif mengajak siswa untuk menemukan sendiri pola sintaktis melalui analisis
contoh kalimat. Metode ini dianggap lebih efektif dalam menumbuhkan kesadaran
gramatikal alami.
Selain itu, pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) juga
relevan dalam pengajaran sintaksis. Dalam pendekatan ini, struktur kalimat
dipelajari melalui konteks nyata seperti teks berita, percakapan, atau karya
sastra. Hal ini membantu siswa memahami bahwa sintaksis bukan sekadar
seperangkat aturan formal, tetapi juga sarana untuk membangun makna sosial dan
budaya (Halliday, 2014).
Guru dapat menggunakan strategi “sentence combining” (penggabungan kalimat)
untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Melalui kegiatan ini, siswa diajak
menggabungkan dua atau lebih kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks yang
koheren, sehingga mereka belajar mengenali fungsi klausa dan konjungsi secara
alami (Oshima & Hogue, 2006).
14.3. Pengajaran Sintaksis Melalui Latihan Terstruktur
Latihan terstruktur merupakan cara efektif untuk memperkuat pemahaman
sintaksis. Latihan ini dapat berupa kegiatan mengisi bagian kalimat yang
hilang, menyusun kalimat acak, atau menganalisis kesalahan sintaktis dalam
teks.
Menurut Tarigan (2011), latihan terstruktur membantu pembelajar
menginternalisasi pola-pola gramatikal tanpa harus terus-menerus mengandalkan
penjelasan teori. Misalnya, siswa diminta untuk menyusun kalimat dari potongan
kata seperti “pergi – ke
pasar – ibu” menjadi “Ibu
pergi ke pasar.” Aktivitas seperti ini melatih intuisi sintaktis
dan membantu mereka memahami fungsi masing-masing unsur.
Guru juga dapat menggunakan teknik transformation
drills, yakni meminta siswa mengubah kalimat aktif menjadi pasif
atau sebaliknya. Latihan ini menumbuhkan kesadaran bahwa perubahan posisi unsur
kalimat mempengaruhi makna dan struktur sintaktis. Selain itu, kegiatan error analysis (analisis
kesalahan) juga penting karena memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami
dan memperbaiki kesalahan struktur yang sering muncul, terutama akibat
interferensi bahasa pertama.
14.4. Penggunaan Media dan Teknologi dalam Pengajaran Sintaksis
Perkembangan teknologi informasi memberikan peluang besar untuk meningkatkan
efektivitas pengajaran sintaksis. Media digital seperti learning management system (LMS),
aplikasi tata bahasa, dan perangkat analisis linguistik dapat digunakan untuk
memvisualisasikan struktur kalimat dan memberikan umpan balik otomatis (Beatty,
2010).
Aplikasi seperti “Grammarly” atau “ProWritingAid” misalnya, dapat membantu
siswa mendeteksi kesalahan struktur dalam tulisan mereka. Dalam konteks bahasa
Indonesia, platform seperti “KBBI Daring” dan “Tatabahasa.id” menyediakan
penjelasan dan latihan interaktif mengenai struktur kalimat.
Guru juga dapat menggunakan teknologi corpus
linguistics untuk memperkenalkan analisis data autentik. Dengan
perangkat seperti AntConc
atau Sketch Engine,
siswa dapat mengamati frekuensi dan pola sintaktis yang muncul dalam teks
nyata. Pendekatan berbasis korpus ini memungkinkan pembelajaran berbasis
penemuan (data-driven learning), di mana siswa belajar langsung dari contoh
penggunaan bahasa dalam konteks alami (Biber et al., 1998).
Selain itu, media audiovisual seperti film, video YouTube edukatif, atau
podcast dapat digunakan untuk memperlihatkan variasi struktur kalimat dalam
konteks komunikasi nyata. Dengan demikian, pembelajaran sintaksis menjadi lebih
menarik, aplikatif, dan berorientasi pada komunikasi.
14.5. Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Sintaksis
Pendekatan komunikatif menempatkan sintaksis dalam konteks penggunaan bahasa
yang bermakna. Fokusnya bukan hanya pada kebenaran struktur kalimat, tetapi
juga pada kemampuan siswa untuk menggunakan struktur tersebut secara fungsional
dalam berkomunikasi (Littlewood, 1981).
Dalam pendekatan ini, kegiatan seperti role
play, dialogue
completion, dan information
gap dapat digunakan untuk melatih penerapan struktur kalimat secara
kontekstual. Misalnya, siswa diminta memainkan peran sebagai pembeli dan
penjual dengan menggunakan kalimat imperatif dan interogatif.
Dengan demikian, mereka tidak hanya memahami teori tentang bentuk kalimat,
tetapi juga dapat menggunakan bentuk tersebut secara tepat sesuai fungsi
komunikatifnya. Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan
komunikasi autentik, bukan sekadar sebagai sumber informasi.
14.6. Problematika Sintaksis dalam Pembelajaran Bahasa
Salah satu tantangan utama dalam pembelajaran sintaksis adalah kesulitan
siswa dalam memahami perbedaan antara struktur formal dan makna kontekstual.
Menurut Chaer (2015), banyak pembelajar bahasa Indonesia maupun asing yang
mengalami kesalahan karena terlalu berfokus pada bentuk kalimat tanpa
mempertimbangkan fungsi komunikatifnya.
Masalah lain adalah interferensi bahasa pertama (L1 interference), di mana
pola sintaktis bahasa ibu terbawa ke dalam bahasa kedua. Misalnya, penutur
bahasa Inggris sering kali menggunakan struktur “I already eat” saat berbicara
bahasa Indonesia karena memproyeksikan pola subject-verb
dari bahasa asalnya.
Selain itu, kurangnya latihan dan konteks autentik membuat siswa hanya
menghafal aturan tanpa mampu menggunakannya secara komunikatif. Guru perlu
menggabungkan pendekatan analitis dan komunikatif agar pembelajaran sintaksis
tidak bersifat mekanis, tetapi juga bermakna.
14.7. Interferensi Bahasa Pertama
Interferensi bahasa pertama merupakan fenomena umum yang memengaruhi
pembelajaran sintaksis bahasa kedua. Lado (1957) menjelaskan bahwa kesalahan
gramatikal sering muncul akibat transfer negatif dari bahasa ibu ke bahasa
target. Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing,
interferensi dapat terjadi pada urutan kata, penggunaan afiks, atau konstruksi
pasif.
Misalnya, penutur bahasa Jepang yang cenderung menempatkan predikat di akhir
kalimat (“Saya nasi makan”) mungkin kesulitan menyesuaikan diri dengan struktur
S-P-O bahasa Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, guru perlu memberikan latihan
kontrasif antara struktur bahasa pertama dan bahasa target (Ellis, 2008).
Selain itu, pendekatan error
correction feedback terbukti efektif dalam mengurangi pengaruh
interferensi. Guru memberikan umpan balik eksplisit dan implisit atas kesalahan
struktur siswa, disertai penjelasan tentang perbedaan aturan antara dua bahasa.
Dengan demikian, siswa dapat memperbaiki kesalahan secara sadar dan bertahap.
Kesimpulan
Penerapan sintaksis dalam pengajaran bahasa merupakan aspek fundamental yang
berpengaruh terhadap kompetensi komunikatif siswa. Melalui pendekatan sintaktis
yang terintegrasi dengan metode komunikatif, penggunaan media teknologi, dan
latihan terstruktur, pembelajar dapat menguasai struktur kalimat secara alami
dan bermakna.
Penguasaan sintaksis bukan hanya persoalan tata bahasa formal, tetapi juga
tentang kemampuan menggunakan bahasa secara efektif dalam konteks sosial yang
nyata. Oleh karena itu, guru bahasa perlu menggabungkan teori linguistik dengan
praktik komunikatif agar pengajaran sintaksis menjadi lebih relevan dan
kontekstual.
Daftar Pustaka
Beatty, K. (2010). Teaching
and researching computer-assisted language learning (2nd ed.).
Pearson Education.
Biber, D., Conrad, S., & Reppen, R. (1998). Corpus linguistics: Investigating language structure
and use. Cambridge University Press.
Brown, H. D. (2007). Principles
of language learning and teaching (5th ed.). Pearson Education.
Chaer, A. (2015). Linguistik
umum. Rineka Cipta.
Ellis, R. (2008). The
study of second language acquisition (2nd ed.). Oxford University
Press.
Halliday, M. A. K. (2014). Halliday’s
introduction to functional grammar (4th ed.). Routledge.
Kridalaksana, H. (2010). Kamus
linguistik (4th ed.). Gramedia Pustaka Utama.
Lado, R. (1957). Linguistics
across cultures: Applied linguistics for language teachers.
University of Michigan Press.
Littlewood, W. (1981). Communicative
language teaching: An introduction. Cambridge University Press.
Oshima, A., & Hogue, A. (2006). Writing
academic English (4th ed.). Pearson Longman.
Richards, J. C., & Rodgers, T. S. (2014). Approaches and methods in language teaching
(3rd ed.). Cambridge University Press.
Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran
sintaksis. Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar