Senin, 08 Desember 2025

PENERAPAN SINTAKSIS DALAM PENGAJARAN BAHASA

14.1. Pendekatan Sintaksis dalam Pengajaran Bahasa Kedua

Sintaksis merupakan salah satu cabang utama linguistik yang berfokus pada struktur kalimat dan hubungan antarkata dalam membentuk makna (Kridalaksana, 2010). Dalam konteks pengajaran bahasa kedua (B2), pemahaman terhadap sintaksis menjadi sangat penting karena mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam membentuk kalimat yang gramatikal dan komunikatif. Penguasaan struktur sintaktis membantu pembelajar memahami aturan penataan unsur bahasa seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan sehingga mereka dapat berkomunikasi secara efektif.

Pendekatan sintaksis dalam pengajaran bahasa kedua tidak hanya menekankan pada hafalan aturan tata bahasa, tetapi juga pada kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan pola-pola sintaktis dalam konteks nyata (Richards & Rodgers, 2014). Pendekatan ini mengintegrasikan teori linguistik struktural dan fungsional, di mana guru membantu siswa memahami fungsi tiap unsur kalimat berdasarkan konteks penggunaannya.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), misalnya, pendekatan sintaktis digunakan untuk memperkenalkan pola dasar S-P-O-K (Subjek–Predikat–Objek–Keterangan). Guru dapat menunjukkan variasi kalimat berdasarkan struktur tersebut, seperti perbandingan antara “Saya makan nasi” dan “Nasi saya makan.” Pendekatan ini membantu siswa memahami fleksibilitas struktur kalimat bahasa Indonesia yang tidak selalu bersifat kaku seperti dalam bahasa Inggris.

Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) 

14.2. Metode dan Strategi Pengajaran Sintaksis

Metode pengajaran sintaksis umumnya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Beberapa metode yang sering digunakan antara lain metode deduktif, induktif, dan kontekstual.

Metode deduktif menekankan pada penjelasan teori terlebih dahulu sebelum memberikan latihan. Guru menjelaskan aturan pembentukan kalimat, kemudian siswa menerapkannya melalui latihan-latihan (Brown, 2007). Sebaliknya, metode induktif mengajak siswa untuk menemukan sendiri pola sintaktis melalui analisis contoh kalimat. Metode ini dianggap lebih efektif dalam menumbuhkan kesadaran gramatikal alami.

Selain itu, pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) juga relevan dalam pengajaran sintaksis. Dalam pendekatan ini, struktur kalimat dipelajari melalui konteks nyata seperti teks berita, percakapan, atau karya sastra. Hal ini membantu siswa memahami bahwa sintaksis bukan sekadar seperangkat aturan formal, tetapi juga sarana untuk membangun makna sosial dan budaya (Halliday, 2014).

Guru dapat menggunakan strategi “sentence combining” (penggabungan kalimat) untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Melalui kegiatan ini, siswa diajak menggabungkan dua atau lebih kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks yang koheren, sehingga mereka belajar mengenali fungsi klausa dan konjungsi secara alami (Oshima & Hogue, 2006).

14.3. Pengajaran Sintaksis Melalui Latihan Terstruktur

Latihan terstruktur merupakan cara efektif untuk memperkuat pemahaman sintaksis. Latihan ini dapat berupa kegiatan mengisi bagian kalimat yang hilang, menyusun kalimat acak, atau menganalisis kesalahan sintaktis dalam teks.

Menurut Tarigan (2011), latihan terstruktur membantu pembelajar menginternalisasi pola-pola gramatikal tanpa harus terus-menerus mengandalkan penjelasan teori. Misalnya, siswa diminta untuk menyusun kalimat dari potongan kata seperti “pergi – ke pasar – ibu” menjadi “Ibu pergi ke pasar.” Aktivitas seperti ini melatih intuisi sintaktis dan membantu mereka memahami fungsi masing-masing unsur.

Guru juga dapat menggunakan teknik transformation drills, yakni meminta siswa mengubah kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya. Latihan ini menumbuhkan kesadaran bahwa perubahan posisi unsur kalimat mempengaruhi makna dan struktur sintaktis. Selain itu, kegiatan error analysis (analisis kesalahan) juga penting karena memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami dan memperbaiki kesalahan struktur yang sering muncul, terutama akibat interferensi bahasa pertama.

14.4. Penggunaan Media dan Teknologi dalam Pengajaran Sintaksis

Perkembangan teknologi informasi memberikan peluang besar untuk meningkatkan efektivitas pengajaran sintaksis. Media digital seperti learning management system (LMS), aplikasi tata bahasa, dan perangkat analisis linguistik dapat digunakan untuk memvisualisasikan struktur kalimat dan memberikan umpan balik otomatis (Beatty, 2010).

Aplikasi seperti “Grammarly” atau “ProWritingAid” misalnya, dapat membantu siswa mendeteksi kesalahan struktur dalam tulisan mereka. Dalam konteks bahasa Indonesia, platform seperti “KBBI Daring” dan “Tatabahasa.id” menyediakan penjelasan dan latihan interaktif mengenai struktur kalimat.

Guru juga dapat menggunakan teknologi corpus linguistics untuk memperkenalkan analisis data autentik. Dengan perangkat seperti AntConc atau Sketch Engine, siswa dapat mengamati frekuensi dan pola sintaktis yang muncul dalam teks nyata. Pendekatan berbasis korpus ini memungkinkan pembelajaran berbasis penemuan (data-driven learning), di mana siswa belajar langsung dari contoh penggunaan bahasa dalam konteks alami (Biber et al., 1998).

Selain itu, media audiovisual seperti film, video YouTube edukatif, atau podcast dapat digunakan untuk memperlihatkan variasi struktur kalimat dalam konteks komunikasi nyata. Dengan demikian, pembelajaran sintaksis menjadi lebih menarik, aplikatif, dan berorientasi pada komunikasi.

14.5. Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Sintaksis

Pendekatan komunikatif menempatkan sintaksis dalam konteks penggunaan bahasa yang bermakna. Fokusnya bukan hanya pada kebenaran struktur kalimat, tetapi juga pada kemampuan siswa untuk menggunakan struktur tersebut secara fungsional dalam berkomunikasi (Littlewood, 1981).

Dalam pendekatan ini, kegiatan seperti role play, dialogue completion, dan information gap dapat digunakan untuk melatih penerapan struktur kalimat secara kontekstual. Misalnya, siswa diminta memainkan peran sebagai pembeli dan penjual dengan menggunakan kalimat imperatif dan interogatif.

Dengan demikian, mereka tidak hanya memahami teori tentang bentuk kalimat, tetapi juga dapat menggunakan bentuk tersebut secara tepat sesuai fungsi komunikatifnya. Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan komunikasi autentik, bukan sekadar sebagai sumber informasi.

14.6. Problematika Sintaksis dalam Pembelajaran Bahasa

Salah satu tantangan utama dalam pembelajaran sintaksis adalah kesulitan siswa dalam memahami perbedaan antara struktur formal dan makna kontekstual. Menurut Chaer (2015), banyak pembelajar bahasa Indonesia maupun asing yang mengalami kesalahan karena terlalu berfokus pada bentuk kalimat tanpa mempertimbangkan fungsi komunikatifnya.

Masalah lain adalah interferensi bahasa pertama (L1 interference), di mana pola sintaktis bahasa ibu terbawa ke dalam bahasa kedua. Misalnya, penutur bahasa Inggris sering kali menggunakan struktur “I already eat” saat berbicara bahasa Indonesia karena memproyeksikan pola subject-verb dari bahasa asalnya.

Selain itu, kurangnya latihan dan konteks autentik membuat siswa hanya menghafal aturan tanpa mampu menggunakannya secara komunikatif. Guru perlu menggabungkan pendekatan analitis dan komunikatif agar pembelajaran sintaksis tidak bersifat mekanis, tetapi juga bermakna.

14.7. Interferensi Bahasa Pertama

Interferensi bahasa pertama merupakan fenomena umum yang memengaruhi pembelajaran sintaksis bahasa kedua. Lado (1957) menjelaskan bahwa kesalahan gramatikal sering muncul akibat transfer negatif dari bahasa ibu ke bahasa target. Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing, interferensi dapat terjadi pada urutan kata, penggunaan afiks, atau konstruksi pasif.

Misalnya, penutur bahasa Jepang yang cenderung menempatkan predikat di akhir kalimat (“Saya nasi makan”) mungkin kesulitan menyesuaikan diri dengan struktur S-P-O bahasa Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, guru perlu memberikan latihan kontrasif antara struktur bahasa pertama dan bahasa target (Ellis, 2008).

Selain itu, pendekatan error correction feedback terbukti efektif dalam mengurangi pengaruh interferensi. Guru memberikan umpan balik eksplisit dan implisit atas kesalahan struktur siswa, disertai penjelasan tentang perbedaan aturan antara dua bahasa. Dengan demikian, siswa dapat memperbaiki kesalahan secara sadar dan bertahap.

 

Kesimpulan

Penerapan sintaksis dalam pengajaran bahasa merupakan aspek fundamental yang berpengaruh terhadap kompetensi komunikatif siswa. Melalui pendekatan sintaktis yang terintegrasi dengan metode komunikatif, penggunaan media teknologi, dan latihan terstruktur, pembelajar dapat menguasai struktur kalimat secara alami dan bermakna.

Penguasaan sintaksis bukan hanya persoalan tata bahasa formal, tetapi juga tentang kemampuan menggunakan bahasa secara efektif dalam konteks sosial yang nyata. Oleh karena itu, guru bahasa perlu menggabungkan teori linguistik dengan praktik komunikatif agar pengajaran sintaksis menjadi lebih relevan dan kontekstual.

 

Daftar Pustaka

Beatty, K. (2010). Teaching and researching computer-assisted language learning (2nd ed.). Pearson Education.
Biber, D., Conrad, S., & Reppen, R. (1998). Corpus linguistics: Investigating language structure and use. Cambridge University Press.
Brown, H. D. (2007). Principles of language learning and teaching (5th ed.). Pearson Education.
Chaer, A. (2015). Linguistik umum. Rineka Cipta.
Ellis, R. (2008). The study of second language acquisition (2nd ed.). Oxford University Press.
Halliday, M. A. K. (2014). Halliday’s introduction to functional grammar (4th ed.). Routledge.
Kridalaksana, H. (2010). Kamus linguistik (4th ed.). Gramedia Pustaka Utama.
Lado, R. (1957). Linguistics across cultures: Applied linguistics for language teachers. University of Michigan Press.
Littlewood, W. (1981). Communicative language teaching: An introduction. Cambridge University Press.
Oshima, A., & Hogue, A. (2006). Writing academic English (4th ed.). Pearson Longman.
Richards, J. C., & Rodgers, T. S. (2014). Approaches and methods in language teaching (3rd ed.). Cambridge University Press.
Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran sintaksis. Angkasa.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...