Oleh: Tim Pusat Referensi Linguistik
13.1. Isu-Isu Kontemporer dalam Sintaksis
Lanskap studi sintaksis modern telah
mengalami transformasi signifikan sejak kemunculan kerangka generatif. Saat
ini, bidang ini tidak hanya berkutat pada deskripsi struktur kalimat, tetapi
telah merambah ke pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang sifat dasar kemampuan
berbahasa manusia. Isu-isu kontemporer dalam sintaksis berkisar pada upaya
untuk memahami hakekat
fakultas bahasa—sistem kognitif yang diduga bawaan (innate)
yang memungkinkan akuisisi dan penggunaan bahasa (Chomsky, 1995). Pergeseran
ini ditandai dengan transisi dari model-model yang kaya aturan dan
representasi, seperti Government
and Binding Theory, menuju kerangka yang lebih sederhana dan
elegan, yaitu Teori
Minimalis (Minimalist Program). Program minimalis tidak
hanya mendominasi wacana sintaksis teoritis tetapi juga memicu debat yang
produktif mengenai batas-batas antara sintaksis dengan modul kognitif lainnya, seperti
semantik, fonologi, dan sistem sensorimotor.
Isu-isu utama yang dihadapi sintaksis
kontemporer meliputi: (1) Tingkat abstraksi mana yang diperlukan untuk
menjelaskan fakta linguistik? (2) Sejauh mana properti sintaksis dapat
dijelaskan oleh prinsip-prinsip komputasi yang efisien yang bukan khusus untuk
bahasa (prinsip-prinsip eksternal)? dan (3) Bagaimana sintaksis berinteraksi
secara tepat waktu (online) dengan sistem performansi lainnya selama produksi
dan pemahaman ujaran? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadikan sintaksis
kontemporer sebagai bidang yang dinamis, yang terus-menerus menyempurnakan
model-modelnya berdasarkan bukti empiris yang baru dan tantangan teoretis
internal.
Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com)
13.2. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Teori Minimalis
Dicetuskan oleh Noam Chomsky pada awal
1990-an, Teori Minimalis merupakan sebuah "program" penelitian yang
bertujuan untuk menyederhanakan aparatus teoretis tata bahasa generatif.
Alih-alih sekumpulan aturan yang kaku, Minimalis adalah sebuah pendekatan yang
didorong oleh pertanyaan mendasar: Seberapa
sederhana dan optimal sistem bahasa manusia itu? (Chomsky,
1995). Pertanyaan ini memunculkan beberapa prinsip dasar:
1.
Tata Bahasa sebagai Sistem yang Optimal: Minimalis
beranggapan bahwa fakultas bahasa adalah solusi optimal terhadap kondisi yang
dipaksakan oleh sistem antarmuka (interface)—yakni, sistem pemikiran-konseptual
(semantik) dan sistem sensorimotor (fonologi). Sintaksis bertugas membangun
struktur yang dapat "dibaca" atau ditafsirkan secara sempurna oleh
kedua sistem ini.
2.
Pendekuran Ekonomi (Economy): Prinsip ini
menyatakan bahwa derivasi sintaksis (proses pembentukan struktur) dan
representasi struktural harus sesederhana dan sehemat mungkin. Operasi
sintaksis hanya boleh berlaku jika diperlukan, dan di antara beberapa derivasi
yang mungkin, yang terpilih adalah yang paling efisien (yang menggunakan
langkah paling sedikit atau sumber daya komputasi paling kecil).
3.
Pemerolehan Fitur (Feature Valuation) dan Keutuhan Interpretif: Unit dasar
dalam komputasi sintaksis adalah fitur.
Kata-kata masuk ke dalam derivasi dengan membawa seperangkat fitur (misalnya,
fitur [±Tunggal], [±Lampau], [±Nominatif]). Komputasi sintaksis didorong oleh
kebutuhan untuk "memeriksa" atau "menilai" fitur-fitur ini
agar struktur yang dihasilkan dapat ditafsirkan secara sempurna di antarmuka.
Fitur yang tidak terinterpretasi (uninterpretable features) harus dihilangkan
selama derivasi, jika tidak, derivasi akan gagal (crash).
13.3. Struktur Frasa Minimalis
Teori Minimalis merepresentasikan
struktur frasa dengan cara yang lebih sederhana dan universal dibandingkan
model X-Bar yang lebih lama. Meskipun mempertahankan gagasan tentang inti (head) dan proyeksi,
representasinya sering kali disederhanakan.
1.
Struktur Merge: Operasi sintaksis paling dasar adalah Merge (Penggabungan).
Operasi ini mengambil dua objek sintaksis (α dan β) dan menggabungkannya untuk
membentuk objek baru {α, β}. Ini adalah operasi rekursif yang membangun
struktur biner dari bawah ke atas (bottom-up). Sebagai contoh, menggabungkan baca (V) dengan buku (N)
menghasilkan Frasa Verba (VP) {baca,
buku}.
2.
Tata Bahasa Universal dan Struktur Frasa: Minimalis
berhipotesis bahwa perbedaan struktur frasa antar bahasa tidaklah mendasar.
Perbedaan urutan kata, seperti urutan Verba-Objek (VO) dalam bahasa Indonesia
versus Objek-Verba (OV) dalam bahasa Jepang, dijelaskan melalui properti fitur
dari inti frasa dan operasi tambahan seperti Move (Pergerakan),
bukan melalui perbedaan dalam aturan struktur frasa itu sendiri (Carnie, 2021).
3.
Fase (Phase): Untuk membatasi kompleksitas komputasi, Chomsky (2001)
memperkenalkan konsep fase.
Fase adalah unit sintaksis seperti Frasa Kerja (vP) dan Frasa Penanda
Waktu-Tense (CP) yang dikirim atau "dibekukan" dan dikirim ke
antarmuka semantik dan fonologis secara bertahap, bukan menunggu seluruh
kalimat selesai. Ini menjelaskan mengapa proses sintaksis tertentu tampaknya
terbatas dalam domain tertentu di dalam kalimat.
13.4. Fitur dan Operasi dalam Teori Minimalis
Komputasi sintaksis dalam Minimalis
digerakkan oleh fitur dan serangkaian operasi yang terbatas.
1.
Jenis-Jenis Fitur: Fitur diklasifikasikan menjadi:
o Fitur Interpretabel
vs. Tak-Terinterpretabel: Fitur interpretabel (misalnya, fitur semantik pada nomina
seperti [±Manusia]) berkontribusi pada makna. Fitur tak-terinterpretabel
(misalnya, fitur kasus pada nomina atau fitur φ-[person, number, gender] pada
verba) hanya berfungsi sebagai pemicu sintaksis dan harus dihilangkan.
o Fitur Pribadi
(Privative) vs. Fitur Biner: Beberapa fitur ada atau tidak ada (pribadi), sementara yang
lain memiliki nilai [+ atau -].
2.
Operasi-Operasi Kunci:
o External Merge: Penggabungan
dua elemen yang independen, misalnya menggabungkan verba dengan objeknya.
o Internal Merge
(Move): Penggabungan ulang sebuah elemen yang sudah menjadi bagian
dari struktur. Inilah yang menghasilkan fenomena seperti pertanyaan (Buku apa yang __ kamu baca?)
di mana buku apa berpindah
dari posisi objek).
o Agree (Persetujuan): Operasi di mana
sebuah probe (pemeriksa)
dengan fitur tak-terinterpretasi mencari goal (sasaran) dalam domainnya yang
memiliki fitur interpretabel yang cocok untuk memeriksa dan menghapus fitur
tak-terinterpretasi tersebut. Misalnya, Tense (Probe) mencari Subjek (Goal)
untuk memeriksa fitur person dan number.
13.5. Kritik dan Tantangan dalam Teori Minimalis
Meskipun berpengaruh besar, Teori
Minimalis menghadapi berbagai kritik dan tantangan, baik dari luar maupun dalam
linguistik generatif.
1.
Tingkat Abstraksi yang Tinggi: Banyak analisis
Minimalis yang sangat abstrak dan sulit diverifikasi melalui data linguistik
yang diamati. Kritik dari linguistik fungsional dan kognitif menilai bahwa
Minimalis mengabaikan fungsi komunikatif dan basis penggunaan bahasa
(usage-based) dalam membentuk gramatikalitas (Goldberg, 2006).
2.
Kecukupan Penjelas (Explanatory Adequacy): Sementara
Minimalis bertujuan untuk menjelaskan akuisisi bahasa, beberapa ahli
mempertanyakan apakah model yang sangat abstrak dan mengandalkan fitur biner
yang halus benar-benar dapat dipelajari oleh anak-anak tanpa pengetahuan bawaan
yang sangat spesifik.
3.
Variasi dan Universalitas: Menjelaskan
variasi yang luas di antara bahasa-bahasa dunia dengan alat teoretis yang
minimal tetap menjadi tantangan besar. Hipotesis bahwa variasi dapat direduksi
menjadi perbedaan dalam leksikon (kumpulan kata dan fiturnya) dianggap oleh
sebagian orang sebagai penyederhanaan yang berlebihan (Newmeyer, 2005).
4.
Integrasi dengan Bukti Empiris Lain: Tantangan besar
bagi Minimalis dan sintaksis teoritis pada umumnya adalah mengintegrasikan
temuan dari bidang lain, seperti psikolinguistik dan neurolinguistik.
Bukti tentang pemrosesan bahasa secara real-time atau lokalisasi neural untuk
fungsi gramatikal belum selalu selaras dengan klaim teoretis Minimalis (Embick
& Poeppel, 2015).
5.
Keterjangkauan Komputasi (Computational Tractability): Meski bertujuan
untuk efisiensi, model Minimalis sering kali menghasilkan ruang hipotesis yang
sangat besar selama proses derivasi, yang menimbulkan pertanyaan tentang
bagaimana otak manusia dapat mengelola komputasi semacam itu dengan begitu
cepat dan lancar.
Kesimpulan
Teori Minimalis telah mendefinisikan
ulang agenda penelitian dalam sintaksis teoritis selama tiga dekade terakhir.
Dengan fokusnya pada kesederhanaan, optimalitas, dan interaksi sistem, program
ini telah memicu investigasi mendalam tentang sifat dasar fakultas bahasa.
Meskipun menghadapi kritik yang sah mengenai tingkat abstraksinya dan
keterkaitannya dengan bukti empiris dari disiplin ilmu lain, kerangka ini terus
menjadi kekuatan pendorong yang produktif dalam linguistik.
Masa depan sintaksis kemungkinan akan
melibatkan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara elegansi teoretis model
Minimalis dan kompleksitas kekayaan data linguistik serta temuan dari ilmu
kognitif. Integrasi yang lebih dalam dengan psikolinguistik, neurolinguistik, dan
linguistik korpus bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk
mengembangkan teori sintaksis yang tidak hanya elegan secara internal tetapi
juga dapat dipertahankan secara empiris dan komputasi. Dengan demikian, isu-isu
kontemporer dalam sintaksis mencerminkan kedewasaan bidang ini, yang
terus-menerus melakukan introspeksi dan perbaikan diri dalam upayanya untuk
mengungkap salah satu misteri terbesar manusia: bahasa.
Daftar Pustaka
Carnie, A. (2021). Syntax: A generative introduction (4th
ed.). Wiley-Blackwell.
Chomsky, N. (1995). The Minimalist Program.
MIT Press.
Chomsky, N. (2001). Derivation by phase.
In M. Kenstowicz (Ed.), Ken
Hale: A life in language (pp. 1–52). MIT Press.
Embick, D., & Poeppel, D. (2015).
Towards a computational(ist) neurobiology of language: Correlational,
integrated and explanatory neurolinguistics. Language, Cognition and Neuroscience, 30(4),
357–366.
Goldberg, A. E. (2006). Constructions at work: The nature
of generalization in language. Oxford University Press.
Newmeyer, F. J. (2005). Possible and probable languages: A
generative perspective on linguistic typology. Oxford University
Press.
Adger, D. (2003). Core syntax: A minimalist approach.
Oxford University Press.
Bošković, Ž. (2016).
What is sent to the sensory-motor interface? The Linguistic Review, 33(4), 535–559.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar