Oleh: Tim Pusat Referensi Linguistik
9.1. Peranan Kasus dalam Sintaksis
Dalam kajian sintaksis, konsep kasus (case)
memegang peranan fundamental sebagai sistem penanda gramatikal yang menunjukkan
hubungan antara unsur-unsur dalam sebuah kalimat. Kasus menentukan fungsi
gramatikal sebuah nomina atau pronomina dalam relasinya dengan verba atau
dengan unsur nomina lainnya. Meskipun dalam bahasa Indonesia sistem kasus tidak
sekompleks bahasa-bahasa infleksional seperti Latin atau Rusia, pemahaman
tentang kasus tetap essential untuk menganalisis struktur kalimat secara
mendalam.
Secara linguistik, kasus didefinisikan
sebagai sistem morfologis atau sintaksis yang menandai hubungan dependensi
gramatikal antara nomina dan unsur-unsur lain dalam klausa (Blake, 2001).
Sistem kasus berfungsi sebagai "peta relasi" yang memandu penutur dan
pendengar dalam mengidentifikasi siapa melakukan apa kepada siapa dalam sebuah
kalimat. Dalam kalimat "Ibu memberikan hadiah kepada adik", sistem
kasus (walaupun tidak tampak secara morfologis jelas) membantu kita memahami
bahwa "Ibu" berfungsi sebagai agen, "hadiah" sebagai tema,
dan "adik" sebagai penerima.
| Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) |
Teori Kasus dalam
Linguistik Modern
Dalam kerangka teori Generatif Grammar,
Noam Chomsky (1981) mengemukakan Theory
of Case yang menjadi pilar penting dalam sintaksis modern.
Teori ini menyatakan bahwa setiap frasa nomina (NP/DP) dalam posisi argumental
harus mendapat Abstract
Case (kasus abstrak) yang diberikan oleh elemen pemberi
kasus (case assigner). Konsep ini menjelaskan mengapa dalam bahasa Inggris kita
mengatakan "She loves him" bukan "*She loves he" - karena
objek harus mendapat kasus akusatif.
Menurut Woolford (2006), terdapat
beberapa pendekatan dalam menganalisis kasus:
1.
Pendekatan Struktural: Kasus ditentukan oleh posisi sintaksis
2.
Pendekatan Leksikal: Kasus ditentukan oleh properti
leksikal verba
3.
Pendekatan Semantik: Kasus berkaitan dengan peran semantik
Jenis-Jenis Kasus
dalam Bahasa-Bahasa Dunia
Blake (2001) mengklasifikasikan kasus
menjadi beberapa jenis utama:
1.
Kasus Gramatikal: Menunjukkan fungsi sintaksis (nominatif, akusatif, genitif)
2.
Kasus Semantik: Menunjukkan peran semantik (instrumental, lokatif, benefaktif)
3.
Kasus Struktural: Ditetapkan berdasarkan konfigurasi struktural
4.
Kasus Inherent: Ditetapkan berdasarkan properti leksikal predikat
9.2. Peranan Kasus dalam Struktur Kalimat
Kasus dan
Identifikasi Fungsi Gramatikal
Dalam bahasa-bahasa yang memiliki sistem
kasus yang berkembang baik seperti bahasa Jerman atau Rusia, kasus berperan
sebagai penanda utama fungsi gramatikal. Perhatikan contoh dalam bahasa Jerman:
·
Der Mann sieht den Jungen [Sang laki-laki melihat anak
laki-laki itu]
o Der Mann (nominatif)
sebagai subjek
o den Jungen (akusatif)
sebagai objek
·
Den Mann sieht der Junge [Anak laki-laki itu melihat sang
laki-laki]
o Den Mann (akusatif)
sebagai objek
o der Junge (nominatif)
sebagai subjek
Contoh ini menunjukkan bagaimana sistem
kasus memungkinkan fleksibilitas urutan kata tanpa mengaburkan makna
gramatikal.
Sistem Kasus dalam
Bahasa Indonesia
Meskipun bahasa Indonesia tidak memiliki
sistem kasus morfologis yang kompleks, terdapat beberapa manifestasi kasus yang
penting:
1.
Kasus melalui Preposisi:
o Ibu membelikan hadiah
untuk adik (benefaktif)
o Dia menulis dengan
pena (instrumental)
o Buku itu ditaruh di
atas meja (lokatif)
2.
Kasus melalui Urutan Kata:
o Polisi menangkap
pencuri (S-V-O)
o Pencuri ditangkap
polisi (S-V-A)
3.
Kasus dalam Konstruksi Pasif:
o Buku dibaca siswa (subjek
mendapat kasus nominatif)
o Siswa membaca buku (objek mendapat
kasus akusatif)
Analisis Kasus dalam
Teori Generatif
Dalam Principles and Parameters
framework, Chomsky (1981) mengajukan Case Filter yang menyatakan bahwa
setiap NP/DP yang terrealisasi secara fonologis harus mendapat kasus. Konsep
ini menjelaskan berbagai fenomena sintaksis:
1.
ECM (Exceptional Case Marking):
o They believe [him to
be intelligent]
o Verba believe memberikan
kasus akusatif kepada him
2.
Konstruksi Pasif:
o He was seen __
o Posisi objek tidak
mendapat kasus sehingga NP harus berpindah ke posisi subjek
Kasus dan Hierarki
Theta
Berdasarkan penelitian Van Valin (2001),
terdapat korelasi sistematis antara kasus gramatikal dan hierarki peran theta:
Hierarki Theta: Agen > Penerima
> Pengalaman > Tema > Lokatif
Hubungan ini menjelaskan preferensi
alokasi kasus nominatif kepada argumen dengan peran theta yang lebih tinggi
dalam hierarki.
Kasus dalam Bahasa
Bertipe Ergatif
Sistem kasus tidak selalu mengikuti pola
nominatif-akusatif. Dalam bahasa bertipe ergatif seperti Basque atau Bahasa Samoa,
sistem kasus beroperasi berbeda:
·
Pola Akusatif: Subjek transitif dan intransitif sama (nominatif), objek
berbeda (akusatif)
·
Pola Ergatif: Subjek intransitif dan objek transitif sama (absolutif),
subjek transitif berbeda (ergatif)
Fungsi Komunikatif Kasus
Menurut Comrie (1989), sistem kasus
memiliki beberapa fungsi komunikatif penting:
1.
Fungsi Disambiguasi: Membedakan fungsi gramatikal dalam
konteks urutan kata yang fleksibel
2.
Fungsi Koreferensial: Menandai hubungan koreferensial dalam
konstruksi kompleks
3.
Fungsi Informasional: Mengatur aliran informasi dan
topikalisasi
Perkembangan Historis
Sistem Kasus
Penelitian oleh Harris dan Campbell
(1995) menunjukkan bahwa sistem kasus mengalami evolusi historis yang menarik:
1.
Gramatikalisasi: Kata-kata leksikal berevolusi menjadi penanda kasus
2.
Erosi Morfologis: Sistem kasus morfologis dapat mengalami penyederhanaan
3.
Kompensasi Sintaksis: Bahasa mengembangkan strategi
sintaksis untuk menggantikan kasus morfologis
Kasus dalam
Pemerolehan Bahasa
Studi oleh Slobin (1985) tentang
pemerolehan bahasa menunjukkan bahwa anak-anak mengembangkan pemahaman tentang
sistem kasus melalui beberapa tahap:
1.
Tahap Prakasus: Tidak ada penanda kasus
2.
Tahap Kasus Diferensial: Penggunaan kasus terbatas pada konteks
tertentu
3.
Tahap Kasus Dewasa: Penggunaan sistem kasus yang lengkap dan produktif
Implikasi
Psikolinguistik
Penelitian psikolinguistik oleh
Bornkessel-Schlesewsky dan Schlesewsky (2009) mengungkap bahwa pemrosesan kasus
di otak melibatkan mekanisme yang kompleks:
1.
Pemrosesan Early: Deteksi cepat terhadap penanda kasus
2.
Integrasi Informasi: Integrasi informasi kasus dengan
informasi leksikal
3.
Pemecahan Ambiguitas: Penyelesaian ambiguitas berbasis kasus
Aplikasi Analisis
Kasus
Pemahaman tentang sistem kasus memiliki
aplikasi praktis dalam:
1.
Pengajaran Bahasa Asing: Membantu pembelajar memahami struktur
gramatikal bahasa target
2.
Terapi Bahasa: Membantu dalam diagnosis dan treatment gangguan bahasa
3.
Pengembangan Teknologi Bahasa: Meningkatkan
kinerja parser sintaksis dalam NLP
Kesimpulan
Sistem kasus memainkan peran sentral
dalam organisasi struktur kalimat across bahasa-bahasa dunia. Meskipun
realisasi morfologis kasus bervariasi antar bahasa, prinsip-prinsip dasar yang
mendasarinya menunjukkan universalitas dalam sistem bahasa manusia.
Dalam bahasa Indonesia, sistem kasus
meskipun tidak tampak secara morfologis kaya, tetap beroperasi melalui
mekanisme preposisi, urutan kata, dan konstruksi gramatikal lainnya. Pemahaman
mendalam tentang kasus tidak hanya essential untuk analisis linguistik teoritis
tetapi juga memiliki aplikasi praktis dalam pengajaran bahasa, terapi wicara,
dan pengembangan teknologi pemrosesan bahasa alami.
Studi tentang kasus terus berkembang,
dengan penelitian terbaru mengintegrasikan temuan dari neurolinguistik dan
psikolinguistik untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana otak manusia
memproses dan merepresentasikan informasi gramatikal tentang relasi sintaksis.
Daftar Pustaka
Blake, B. J. (2001). Case (2nd ed.).
Cambridge University Press.
Bornkessel-Schlesewsky, I., & Schlesewsky,
M. (2009). Processing
syntax and morphology: A neurocognitive perspective. Oxford
University Press.
Chomsky, N. (1981). Lectures on government and binding.
Foris Publications.
Comrie, B. (1989). Language universals and linguistic
typology (2nd ed.). University of Chicago Press.
Harris, A. C., & Campbell, L.
(1995). Historical
syntax in cross-linguistic perspective. Cambridge University Press.
Slobin, D. I. (1985). The crosslinguistic study of
language acquisition. Lawrence Erlbaum Associates.
Van Valin, R. D. (2001). An introduction to syntax.
Cambridge University Press.
Woolford, E. (2006). Lexical case,
inherent case, and argument structure. Linguistic
Inquiry, 37(1), 111-130.
Kridalaksana, H.
(2008). Kelas kata
dalam bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar