Oleh: Tim Pusat Referensi Linguistik
8.1. Perjanjian (Agreement) dan Kongruensi (Concord)
Dalam sistem bahasa manusia, terdapat
mekanisme gramatikal yang memastikan bahwa unsur-unsur dalam sebuah frasa atau
kalimat "selaras" atau "sepakat" satu sama lain. Mekanisme
ini dikenal dengan dua istilah yang sering dipertukarkan namun memiliki nuansa
perbedaan: perjanjian
(agreement) dan kongruensi (concord). Pemahaman
terhadap kedua konsep ini penting untuk menganalisis bagaimana bahasa
menciptakan kohesi gramatikal dan menyampaikan informasi secara sistematis.
Secara umum, kongruensi (concord) mengacu
pada keselarasan gramatikal antarunsur dalam satu frasa berdasarkan
kategori-kategori seperti genus (gender), numerus (number), dan kasus (case).
Sementara perjanjian
(agreement) adalah hubungan gramatikal antara kata kerja
(verba) dengan subjeknya dalam sebuah klausa (Corbett, 2006). Dalam pandangan
yang lebih luas, kongruensi sering dipandang sebagai bagian dari sistem
perjanjian yang lebih besar.
| Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) |
Landasan Teoretis
Agreement dan Concord
Dalam linguistik modern, sistem
agreement dipahami sebagai hubungan ketergantungan gramatikal di mana
sifat-sifat gramatikal dari satu konstituen (yang disebut target) ditentukan oleh
sifat-sifat gramatikal dari konstituen lain (yang disebut controller) (Steele,
2016). Misalnya, dalam frasa "buku-buku itu", kata
"buku-buku" sebagai controller menentukan bentuk kata "itu"
sebagai target.
Sistem agreement beroperasi berdasarkan
tiga komponen utama:
1.
Kategori yang disepakati (features): gender, number,
person, case
2.
Unsur yang menentukan (controller): biasanya nomina atau
pronomina
3.
Unsur yang disesuaikan (target): bisa berupa adjektiva,
verba, determiner
Jenis-Jenis
Kongruensi dalam Bahasa
Baker (2008) mengidentifikasi beberapa
pola kongruensi yang universal dalam bahasa-bahasa dunia:
1.
Kongruensi Nomina-Adjektiva: Keselarasan antara
nomina dan adjektiva yang memodifikasinya
2.
Kongruensi Subjek-Verba: Keselarasan antara subjek dan verba
dalam klausa
3.
Kongruensi Objek-Verba: Keselarasan antara objek dan verba
dalam beberapa bahasa
4.
Kongruensi dalam Frasa Nomina: Keselarasan antar
semua unsur dalam frasa nomina
8.2. Kongruensi Kata Sifat dan Nomina
Mekanisme Kongruensi
Nomina-Adjektiva
Kongruensi antara kata sifat (adjektiva)
dan nomina merupakan salah satu bentuk kongruensi yang paling umum ditemui
dalam bahasa-bahasa dunia. Mekanisme ini mensyaratkan bahwa adjektiva yang
memodifikasi sebuah nomina harus menyesuaikan diri dengan kategori gramatikal
nomina tersebut, terutama dalam hal gender, number, dan kasus.
Dalam bahasa Indonesia, kongruensi
adjektiva-nomina relatif sederhana karena tidak melibatkan gender gramatikal
dan kasus. Namun, sistem ini tetap menunjukkan pola yang sistematis:
Pola Kongruensi dalam
Bahasa Indonesia
1.
Kongruensi Numerus:
o buku bagus (tunggal)
o buku-buku bagus (jamak)
Perhatikan bahwa
adjektiva "bagus" tidak berubah bentuk meskipun nomina yang
dimodifikasi berubah dari tunggal ke jamak. Ini menunjukkan bahwa dalam bahasa
Indonesia, kongruensi numerus bersifat fakultatif dan tidak sepenuhnya
diwajibkan oleh sistem gramatikal.
2.
Posisi Adjektiva:
o rumah besar (posisi
mengikuti)
o yang besar (dengan
partikel 'yang')
Perbandingan dengan
Bahasa Lain
Untuk memahami kompleksitas kongruensi
adjektiva-nomina, mari bandingkan dengan bahasa lainnya:
Bahasa Inggris:
·
a big house (tunggal)
·
big houses (jamak)
·
Adjektiva tidak berubah bentuk untuk number
Bahasa Spanyol:
·
casa blanca [feminin tunggal]
·
casas blancas [feminin jamak]
·
libro blanco [maskulin tunggal]
·
libros blancos [maskulin jamak]
Bahasa Rusia:
·
новый дом [novyj dom - maskulin tunggal nominatif]
·
нового дома [novovo doma - maskulin tunggal genitif]
·
новая книга [novaja kniga - feminin tunggal nominatif]
Analisis Teoretis
Kongruensi Adjektiva-Nomina
Dalam kerangka Generatif Grammar,
kongruensi adjektiva-nomina dianalisis sebagai hasil dari operasi sintaksis
yang disebut feature
checking (Chomsky, 1995). Adjektiva memperoleh fitur
gramatikalnya melalui hubungan struktural dengan nomina dalam frasa determinan
(DP).
Struktur hierarkis untuk frasa
"buku-buku bagus itu" dapat direpresentasikan sebagai:
DP / \ D NP / / \ [itu] N AP / \ | [buku-buku] A | [bagus]
Dalam struktur ini, adjektiva
"bagus" berada dalam posisi spesifier NP dan harus menyelaraskan
fitur numerusnya dengan kepala N "buku-buku".
Variasi
Cross-Linguistik dalam Kongruensi
Menurut Corbett (2006), terdapat
beberapa tipe kongruensi adjektiva-nomina dalam bahasa-bahasa dunia:
1.
Kongruensi Penuh: Adjektiva menyelaraskan semua kategori dengan nomina
o Contoh: bahasa Rusia,
Jerman, Arab
2.
Kongruensi Parsial: Adjektiva hanya menyelaraskan sebagian kategori
o Contoh: bahasa
Prancis (hanya gender dan number)
3.
Kongruensi Terbatas: Adjektiva hanya menyelaraskan dalam konteks
tertentu
o Contoh: bahasa
Indonesia (hanya melalui partikel 'yang')
4.
Tidak Ada Kongruensi: Adjektiva tidak pernah berubah bentuk
o Contoh: bahasa
Inggris, Mandarin
Fungsi Pragmatis
Kongruensi
Beyond fungsi gramatikal, kongruensi
adjektiva-nomina juga memiliki fungsi pragmatis dalam wacana:
1.
Fungsi Kohesif: Kongruensi menciptakan hubungan yang erat antara adjektiva dan
nomina yang dimodifikasi, membantu pembaca/pendengar mengidentifikasi hubungan
modifikasi dengan tepat.
2.
Fungsi Disambiguasi: Dalam bahasa dengan sistem kasus yang
kompleks, kongruensi membantu mengidentifikasi fungsi gramatikal setiap unsur
dalam kalimat.
3.
Fungsi Informasional: Kongruensi membantu dalam pengemasan
informasi dengan menandai batas-batas frasa dan hubungan hierarkis antar
konstituen.
Pemerolehan dan
Pengajaran Kongruensi
Proses pemerolehan sistem kongruensi
dalam bahasa pertama menunjukkan kompleksitas kognitif dari fenomena ini.
Anak-anak melalui beberapa tahap dalam menguasai sistem kongruensi:
1.
Tahap Prakongruensi: Tidak ada penanda kongruensi
2.
Tahap Kongruensi Parsial: Penggunaan kongruensi yang tidak
konsisten
3.
Tahap Kongruensi Dewasa: Penggunaan kongruensi yang tepat dan
konsisten
Dalam pengajaran bahasa asing, sistem
kongruensi sering menjadi tantangan utama bagi pembelajar, terutama ketika
bahasa target memiliki sistem kongruensi yang lebih kompleks daripada bahasa
pertama mereka.
Implikasi Teoretis
Studi tentang kongruensi
adjektiva-nomina memiliki implikasi penting bagi teori linguistik:
1.
Arsitektur Gramatikal: Kongruensi mendukung pandangan bahwa
gramatikal terdiri dari modul-modul yang saling berinteraksi.
2.
Antarmuka Sintaksis-Morfologi: Kongruensi
menunjukkan hubungan erat antara struktur sintaksis dan realisasi morfologis.
3.
Universal Bahasa: Pola-pola kongruensi yang ditemukan dalam berbagai bahasa
menunjukkan prinsip-prinsip universal dalam organisasi sistem linguistik.
Kesimpulan
Kongruensi antara kata sifat dan nomina
merupakan mekanisme gramatikal yang fundamental dalam banyak bahasa dunia.
Meskipun bahasa Indonesia memiliki sistem kongruensi yang relatif sederhana
dibandingkan dengan bahasa-bahasa infleksional seperti Rusia atau Arab,
pemahaman tentang fenomena ini tetap crucial untuk analisis linguistik yang
komprehensif.
Studi tentang kongruensi tidak hanya
relevan untuk deskripsi gramatikal, tetapi juga memberikan wawasan tentang cara
kerja pikiran manusia dalam memproses dan menghasilkan bahasa. Mekanisme ini
menunjukkan bagaimana bahasa menciptakan struktur yang sistematis dan dapat
diprediksi melalui hubungan-hubungan gramatikal yang teratur.
Daftar Pustaka
Baker, M. C. (2008). The syntax of agreement and concord.
Cambridge University Press.
Chomsky, N. (1995). The Minimalist Program.
MIT Press.
Corbett, G. G. (2006). Agreement. Cambridge
University Press.
Kridalaksana, H. (2008). Kelas kata dalam bahasa Indonesia (Edisi
Kedua). Gramedia Pustaka Utama.
Sneddon, J. N. (1996). Indonesian: A comprehensive grammar.
Routledge.
Steele, S.
(2016). Agreement
and anti-agreement: A syntax-lexicon interface approach. Springer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar