Abstrak
Pemerolehan bahasa merupakan proses kompleks di
mana manusia, khususnya anak-anak, mulai menguasai sistem bahasa dalam
lingkungan sosial mereka. Sementara itu, hubungan antara bahasa dan berpikir
menjadi salah satu topik sentral dalam kajian psikolinguistik dan kognisi:
Apakah bahasa memengaruhi berpikir atau sebaliknya? Artikel ini bertujuan untuk
mengeksplorasi (1) mekanisme dan tahap-tahap pemerolehan bahasa, serta (2)
bagaimana bahasa dan berpikir saling berkaitan—melalui teori dan hasil
penelitian terkini. Dengan memadukan kajian teori dan ilustrasi konkrit, artikel
ini diharap menjadi referensi berguna bagi dosen, mahasiswa, dan peneliti
pendidikan bahasa.
Kata
kunci: pemerolehan bahasa, psikolinguistik, bahasa dan
berpikir, hipotesis Sapir-Whorf, interaksi bahasa-kognisi

Dasar Psikolinguistik - Aco Nasir, S.Pd.I., M.Pd. | CV. Cemerlang Publishing
Pendahuluan
Bahasa adalah ciri khas manusia yang paling
kompleks dan universal. Kemampuan untuk memperoleh bahasa dengan cepat dan
efisien oleh anak-anak menjadi salah satu misteri yang memicu lahirnya bidang
psikolinguistik — yaitu kajian tentang bagaimana manusia memperoleh, memahami,
dan menghasilkan bahasa serta bagaimana pikiran dan otak manusia mendukung
proses tersebut (Britannica, n.d.). Encyclopedia Britannica
Di sisi lain, bahasa bukan hanya sistem simbol tetapi juga sarana berpikir:
bagaimana seseorang menyusun konsep, memecahkan masalah, dan memahami dunia may
be terkait erat dengan bahasa yang mereka miliki. Pertanyaan klasik muncul:
Apakah bahasa membentuk berpikir (linguistic determinism/relativity) atau
berpikir lebih dulu lalu terwujud dalam bahasa? Artikel ini membahas dua fokus
utama tersebut—pemerolehan bahasa dan hubungan bahasa-berpikir—sebagai bagian
tak terpisahkan dari studi psikolinguistik modern.
Pemerolehan
Bahasa
Definisi dan Hakikat
Pemerolehan bahasa (language acquisition)
merujuk pada proses bagaimana manusia — terutama anak-anak — mulai menguasai
bahasa pertama (L1) maupun kemudian bahasa kedua (L2). Proses ini melibatkan
berbagai aspek: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, serta pragmatik.
Sebagai bagian dari psikolinguistik, pemerolehan bahasa juga melihat aspek
kognitif dan neurologis yang mendasarinya (Britannica, n.d.). Encyclopedia Britannica
Contoh: penelitian pada anak usia 0-2 tahun menunjukkan bahwa meski lingkungan
mereka beragam (bahasa Indonesia dan bahasa daerah), anak tetap melewati
tahap-tahap fonologis dan morfologis sesuai rentang umur yang normal. Jurnal Universitas Sebelas Maret
Tahap‐Tahap Pemerolehan
Secara umum, tahap-tahap pemerolehan bahasa
pada anak meliputi:
1.
Tahap pra-linguistik –
bayi menggertak (babbling), mengenali bunyi ibu atau lingkungan.
2.
Tahap satu kata (holofrasis)
– anak mulai mengeluarkan satu kata untuk menyampaikan makna lebih luas:
misalnya “mama” yang berarti “mama datang”.
3.
Tahap dua kata – anak
mulai menggabungkan dua kata sederhana seperti “mama pergi”, menunjukkan
pemahaman struktur sederhana.
4.
Tahap kalimat sederhana dan kompleks
– mulai menggunakan morfologi dan sintaksis yang lebih rumit.
Contoh konkret: Anak usia 18 bulan berkata “mama pergi” tanpa pelatihan formal,
menunjukkan bahwa pemerolehan tidak hanya melalui pengajaran langsung tetapi
melalui interaksi dan paparan bahasa.
Teori Utama Pemerolehan Bahasa
Beberapa teori penting meliputi:
·
Teori Nativis (Noam
Chomsky) yang mengusulkan adanya perangkat bawaan (Language Acquisition Device,
LAD) dan tata bahasa universal (Universal Grammar). Anak-anak dilahirkan dengan
predisposisi untuk mengetahui struktur dasar bahasa.
·
Teori Behavioris yang
menekankan penguatan (reinforcement) dan imitasi melalui stimulus-respons.
·
Teori Konstruksionis / Koneksi
yang menganggap pemerolehan bahasa sebagai akibat dari urutan input linguistik
dan koneksi neural berdasarkan frekuensi dan konteks.
Sebagai ilustrasi, meskipun anak tidak diedukasi secara formal untuk memahami
kalimat pasif, eksperimen menunjukkan bahwa kalimat pasif memerlukan waktu
lebih lama untuk pemrosesan daripada kalimat aktif — menandakan adanya struktur
internal yang mendasari proses bahasa. Encyclopedia Britannica+1
Faktor yang Mempengaruhi
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemerolehan
bahasa antara lain:
·
Paparan bahasa: kuantitas
dan kualitas input bahasa yang ditemui anak. Contoh: orang tua yang sering
berbicara kepada anak dengan kalimat lengkap dan kontekstual meningkatkan
kecepatan pemerolehan.
·
Interaksi sosial: peran
lingkungan, teman sebaya, dan interaksi orang tua–anak sangat penting. Contoh:
penelitian “Talking Toddler: The Psycholinguistic Dynamic of Early Language
Acquisition” menunjukkan bahwa interaksi sosial memfasilitasi pertumbuhan
bahasa anak. E-Journal Unisba Blitar
·
Faktor kognitif/neurobiologis:
kemampuan memori, perhatian, dan maturitas neurologis anak.
·
Multibahasa / lingkungan bilingual:
anak yang tumbuh dalam lingkungan bilingual melewati tahap pemerolehan yang
sama namun mungkin dengan kecepatan atau urutan yang sedikit berbeda.
Implikasi Pendidikan
Bagi pendidik dan guru bahasa, memahami
mekanisme pemerolehan bahasa membantu mendesain lingkungan pembelajaran yang
kondusif: seperti memberikan input yang bermakna, interaksi aktif, konteks
nyata, serta mendorong eksplorasi bahasa anak. Contoh: alih-metode dari
pengajaran tatabahasa formal ke pengajaran berbasis konteks dan eksplorasi
bahasa dalam situasi nyata.
Bahasa dan Berpikir
Hubungan Dasar
Hubungan antara bahasa dan berpikir telah
menjadi topik klasik dalam linguistik, psikologi kognitif, dan filsafat. Salah
satu pertanyaan utama: apakah bahasa menentukan cara kita berpikir (linguistic
determinism) ataukah berpikir independen dari bahasa namun berinteraksi secara
fleksibel (linguistic relativity)? bbwpublisher.com+1
Contoh: artikel “Language is for thought and communication” mengemukakan bahwa
bahasa merupakan bagian integral dari baik pemikiran manusia-khusus maupun
komunikasi. glossa-journal.org
Teori Utama
·
Hipotesis Sapir-Whorf (Relativitas
Linguistik & Determinisme Linguistik): menyatakan bahwa
struktur bahasa yang digunakan seseorang memengaruhi — atau bahkan menentukan —
cara orang berpikir dan memandang dunia. Misalnya, pembicara bahasa dengan
pengkategorian waktu yang berbeda mungkin memiliki persepsi waktu yang berbeda.
Verywell Mind+1
·
Pandangan Moduler / Universalitas
Kognitif: menyatakan bahwa meskipun bahasa mempengaruhi
pemrosesan kognitif secara online,
struktur konsep dasar tetap sama antar manusia tanpa dipengaruhi secara ekstrem
oleh bahasa yang berbeda. Sebagai kajian: “Relations Between Language and
Thought” menyimpulkan bahwa representasi linguistik memiliki efek pemrosesan
secara daring (online) tetapi tidak merombak representasi konseptual inti. OUP Academic
·
Pendekatan Interaktif/Kognitif:
Bahasa dan berpikir saling mempengaruhi secara dua arah — bahasa memfasilitasi
pemikiran yang kompleks dan pemikiran juga memengaruhi bentuk bahasa. Sebagai
contoh: penelitian “Language and Thought: Interconnectedness in the Cognitive
Approach” menunjukkan adanya pengaruh timbal-balik antara struktur bahasa dan
proses kognitif. mjstjournal.com
Ilustrasi Kontekstual
·
Contoh klasifikasi warna:
Studi lintas-bahasa menunjukkan bahwa pembicara bahasa tertentu yang memiliki
lebih banyak kategori warna dalam sistem leksikalnya cenderung lebih cepat
membedakan warna dibanding pembicara bahasa lain. Ini menjadi salah satu bukti
bahwa bahasa dapat memfasilitasi perhatian dan pemrosesan kognitif terkait
persepsi.
·
Contoh orientasi spasial:
Pembicara bahasa yang sering menggunakan arah absolut (misalnya “utara”,
“selatan”) dibanding relatif (“kiri”, “kanan”) memiliki kecenderungan berpikir
secara spasial berbeda.
·
Contoh dalam pendidikan bahasa:
Seseorang belajar bahasa kedua; penggunaan bahasa target berpengaruh terhadap
cara orang berpikir dalam bahasa tersebut — misalnya pemikiran “time” dalam
bahasa Inggris (past–present–future) mungkin berbeda dibanding pemikiran dalam
bahasa lain yang tidak menekankan tenses secara eksplisit.
Implikasi untuk Pendidikan dan Penelitian
·
Dalam pembelajaran bahasa:
Guru perlu memahami bahwa bahasa bukan hanya simbol tatabahasa, tetapi juga
kerangka berpikir. Maka, pengajaran bahasa yang efektif harus mempertimbangkan
bagaimana siswa berpikir dan bagaimana bahasa target dapat memfasilitasi pola
berpikir baru.
·
Dalam penelitian kognitif:
Peneliti dapat mengeksplorasi bagaimana variasi bahasa berkontribusi terhadap
variasi kognisi—misalnya dalam persepsi, memori, kategori.
·
Dalam konteks multikultural dan
multilingual: Memahami bahwa siswa dengan latar belakang bahasa
berbeda membawa pola berpikir yang bisa berbeda; pendidikan bahasa harus
sensitif terhadap hal ini.
Pembahasan
Integratif
Pemerolehan bahasa dan hubungan antara bahasa
dan berpikir sebenarnya saling berkaitan: proses pemerolehan bahasa menyediakan
landasan bagi bagaimana individu mulai berpikir dalam bahasa, dan struktur
bahasa yang dikuasai memengaruhi bagaimana berpikir tersebut berlangsung.
Misalnya, ketika seorang anak mulai menguasai konstruksi kalimat pasif, bukan
hanya kemampuan tatabahasa yang berkembang tetapi juga kemampuan berpikir
abstrak (misalnya berpikir tentang agen, pasien, tindakan).
Contoh konkret: Anak yang sudah lancar menggunakan kalimat pasif (“Bola
dilempar oleh ayah”) menunjukkan bahwa ia mulai mengorganisasi pikirannya lebih
kompleks—mengidentifikasi subjek, objek, agen, dan aksi. Hal ini menunjukkan
bahwa pemerolehan struktur sintaksis bukan sekadar penguasaan bahasa tetapi
perkembangan berpikir.
Dengan demikian, dalam proses pembelajaran bahasa (baik L1 maupun L2), guru dan
pendidik sebaiknya tidak hanya fokus pada aspek linguistik formal tetapi juga
pada aspek kognitif dan metakognitif—bagaimana siswa berpikir menggunakan
bahasa, bagaimana mereka merefleksikan makna, bagaimana mereka menggunakan
bahasa untuk berpikir.
Simpulan
Kajian tentang pemerolehan bahasa dan
hubungan bahasa-berpikir memberikan wawasan penting dalam psikolinguistik dan
pendidikan bahasa. Pemerolehan bahasa pada anak melibatkan tahapan-tahapan yang
dipengaruhi oleh input, interaksi, dan mekanisme kognitif/neurologis. Sementara
itu, bahasa dan berpikir saling terkait: bahasa memfasilitasi berpikir dan
berpikir juga membentuk bahasa, meskipun bahasa tidak secara mutlak menentukan
struktur pikiran manusia. Bagi pendidik dan peneliti, memahami dua aspek ini
memungkinkan perancangan pembelajaran bahasa yang lebih holistik—tidak hanya
mengajarkan tatabahasa tetapi juga membangun kerangka berpikir.
Untuk penelitian lanjutan, disarankan dilakukan studi longitudinal dan
lintas-bahasa yang meneliti bagaimana pemerolehan bahasa pada anak memengaruhi
pola pikir dan bagaimana perbedaan struktur bahasa antar-budaya memengaruhi
kognisi.
Daftar Pustaka
Alieva, N. (2020). The connection of language and thinking. European
Proceedings, 0-50. doi:10.15405/epsbs.2020.10.05.10. European Proceedings
Britannica. (n.d.). Psycholinguistics:
Language acquisition, cognitive processes & speech perception.
Retrieved from https://www.britannica.com/science/psycholinguistics
Encyclopedia Britannica
“Language is for thought and communication”. (2022). Glossa: A journal of general linguistics, 7(1). Wiltschko,
M. glossa-journal.org
“Language learning from positive evidence, reconsidered: A simplicity-based
approach.” (2013). Hsu, A. S., Chater, N., & Vitányi, P. M. B. arXiv. arXiv
Naibaho, L. (2023). Child language acquisition: A study on psycholinguistics. MIJR: Multidisciplinary International Journal
of Research, 1(2), 59-70. publishing.impola.co.id
Research on the influence of human language on the formation and development of
thinking. (2024). Communications in
Humanities Research, 45, 149-156. Ewa Direct
“The relationship between language and thought: How does language shape human
perception of the world?” (2023). Literature
and Linguistics Journal, 2(2), 12-19. gprjournals.org+1
Turkevych, O. (2019). Processes of
acquisition a second language and learning a foreign language: Terminology
standardisation and harmonization. Psycholinguistics, 25-2, 307-322. psycholing-journal.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar