Selasa, 18 November 2025

Pemerolehan Bahasa dan Hubungannya dengan Berpikir: Tinjauan Psikolinguistik


Abstrak

Pemerolehan bahasa merupakan proses kompleks di mana manusia, khususnya anak-anak, mulai menguasai sistem bahasa dalam lingkungan sosial mereka. Sementara itu, hubungan antara bahasa dan berpikir menjadi salah satu topik sentral dalam kajian psikolinguistik dan kognisi: Apakah bahasa memengaruhi berpikir atau sebaliknya? Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi (1) mekanisme dan tahap-tahap pemerolehan bahasa, serta (2) bagaimana bahasa dan berpikir saling berkaitan—melalui teori dan hasil penelitian terkini. Dengan memadukan kajian teori dan ilustrasi konkrit, artikel ini diharap menjadi referensi berguna bagi dosen, mahasiswa, dan peneliti pendidikan bahasa.

Kata kunci: pemerolehan bahasa, psikolinguistik, bahasa dan berpikir, hipotesis Sapir-Whorf, interaksi bahasa-kognisi

 

Dasar Psikolinguistik - Aco Nasir, S.Pd.I., M.Pd. | CV. Cemerlang Publishing

Pendahuluan

Bahasa adalah ciri khas manusia yang paling kompleks dan universal. Kemampuan untuk memperoleh bahasa dengan cepat dan efisien oleh anak-anak menjadi salah satu misteri yang memicu lahirnya bidang psikolinguistik — yaitu kajian tentang bagaimana manusia memperoleh, memahami, dan menghasilkan bahasa serta bagaimana pikiran dan otak manusia mendukung proses tersebut (Britannica, n.d.). Encyclopedia Britannica
Di sisi lain, bahasa bukan hanya sistem simbol tetapi juga sarana berpikir: bagaimana seseorang menyusun konsep, memecahkan masalah, dan memahami dunia may be terkait erat dengan bahasa yang mereka miliki. Pertanyaan klasik muncul: Apakah bahasa membentuk berpikir (linguistic determinism/relativity) atau berpikir lebih dulu lalu terwujud dalam bahasa? Artikel ini membahas dua fokus utama tersebut—pemerolehan bahasa dan hubungan bahasa-berpikir—sebagai bagian tak terpisahkan dari studi psikolinguistik modern.

 

Pemerolehan Bahasa

Definisi dan Hakikat

Pemerolehan bahasa (language acquisition) merujuk pada proses bagaimana manusia — terutama anak-anak — mulai menguasai bahasa pertama (L1) maupun kemudian bahasa kedua (L2). Proses ini melibatkan berbagai aspek: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, serta pragmatik. Sebagai bagian dari psikolinguistik, pemerolehan bahasa juga melihat aspek kognitif dan neurologis yang mendasarinya (Britannica, n.d.). Encyclopedia Britannica
Contoh: penelitian pada anak usia 0-2 tahun menunjukkan bahwa meski lingkungan mereka beragam (bahasa Indonesia dan bahasa daerah), anak tetap melewati tahap-tahap fonologis dan morfologis sesuai rentang umur yang normal. Jurnal Universitas Sebelas Maret

Tahap‐Tahap Pemerolehan

Secara umum, tahap-tahap pemerolehan bahasa pada anak meliputi:

1.      Tahap pra-linguistik – bayi menggertak (babbling), mengenali bunyi ibu atau lingkungan.

2.      Tahap satu kata (holofrasis) – anak mulai mengeluarkan satu kata untuk menyampaikan makna lebih luas: misalnya “mama” yang berarti “mama datang”.

3.      Tahap dua kata – anak mulai menggabungkan dua kata sederhana seperti “mama pergi”, menunjukkan pemahaman struktur sederhana.

4.      Tahap kalimat sederhana dan kompleks – mulai menggunakan morfologi dan sintaksis yang lebih rumit.
Contoh konkret: Anak usia 18 bulan berkata “mama pergi” tanpa pelatihan formal, menunjukkan bahwa pemerolehan tidak hanya melalui pengajaran langsung tetapi melalui interaksi dan paparan bahasa.

Teori Utama Pemerolehan Bahasa

Beberapa teori penting meliputi:

·         Teori Nativis (Noam Chomsky) yang mengusulkan adanya perangkat bawaan (Language Acquisition Device, LAD) dan tata bahasa universal (Universal Grammar). Anak-anak dilahirkan dengan predisposisi untuk mengetahui struktur dasar bahasa.

·         Teori Behavioris yang menekankan penguatan (reinforcement) dan imitasi melalui stimulus-respons.

·         Teori Konstruksionis / Koneksi yang menganggap pemerolehan bahasa sebagai akibat dari urutan input linguistik dan koneksi neural berdasarkan frekuensi dan konteks.
Sebagai ilustrasi, meskipun anak tidak diedukasi secara formal untuk memahami kalimat pasif, eksperimen menunjukkan bahwa kalimat pasif memerlukan waktu lebih lama untuk pemrosesan daripada kalimat aktif — menandakan adanya struktur internal yang mendasari proses bahasa. Encyclopedia Britannica+1

Faktor yang Mempengaruhi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa antara lain:

·         Paparan bahasa: kuantitas dan kualitas input bahasa yang ditemui anak. Contoh: orang tua yang sering berbicara kepada anak dengan kalimat lengkap dan kontekstual meningkatkan kecepatan pemerolehan.

·         Interaksi sosial: peran lingkungan, teman sebaya, dan interaksi orang tua–anak sangat penting. Contoh: penelitian “Talking Toddler: The Psycholinguistic Dynamic of Early Language Acquisition” menunjukkan bahwa interaksi sosial memfasilitasi pertumbuhan bahasa anak. E-Journal Unisba Blitar

·         Faktor kognitif/neurobiologis: kemampuan memori, perhatian, dan maturitas neurologis anak.

·         Multibahasa / lingkungan bilingual: anak yang tumbuh dalam lingkungan bilingual melewati tahap pemerolehan yang sama namun mungkin dengan kecepatan atau urutan yang sedikit berbeda.

Implikasi Pendidikan

Bagi pendidik dan guru bahasa, memahami mekanisme pemerolehan bahasa membantu mendesain lingkungan pembelajaran yang kondusif: seperti memberikan input yang bermakna, interaksi aktif, konteks nyata, serta mendorong eksplorasi bahasa anak. Contoh: alih-metode dari pengajaran tatabahasa formal ke pengajaran berbasis konteks dan eksplorasi bahasa dalam situasi nyata.

 

Bahasa dan Berpikir

Hubungan Dasar

Hubungan antara bahasa dan berpikir telah menjadi topik klasik dalam linguistik, psikologi kognitif, dan filsafat. Salah satu pertanyaan utama: apakah bahasa menentukan cara kita berpikir (linguistic determinism) ataukah berpikir independen dari bahasa namun berinteraksi secara fleksibel (linguistic relativity)? bbwpublisher.com+1
Contoh: artikel “Language is for thought and communication” mengemukakan bahwa bahasa merupakan bagian integral dari baik pemikiran manusia-khusus maupun komunikasi. glossa-journal.org

Teori Utama

·         Hipotesis Sapir-Whorf (Relativitas Linguistik & Determinisme Linguistik): menyatakan bahwa struktur bahasa yang digunakan seseorang memengaruhi — atau bahkan menentukan — cara orang berpikir dan memandang dunia. Misalnya, pembicara bahasa dengan pengkategorian waktu yang berbeda mungkin memiliki persepsi waktu yang berbeda. Verywell Mind+1

·         Pandangan Moduler / Universalitas Kognitif: menyatakan bahwa meskipun bahasa mempengaruhi pemrosesan kognitif secara online, struktur konsep dasar tetap sama antar manusia tanpa dipengaruhi secara ekstrem oleh bahasa yang berbeda. Sebagai kajian: “Relations Between Language and Thought” menyimpulkan bahwa representasi linguistik memiliki efek pemrosesan secara daring (online) tetapi tidak merombak representasi konseptual inti. OUP Academic

·         Pendekatan Interaktif/Kognitif: Bahasa dan berpikir saling mempengaruhi secara dua arah — bahasa memfasilitasi pemikiran yang kompleks dan pemikiran juga memengaruhi bentuk bahasa. Sebagai contoh: penelitian “Language and Thought: Interconnectedness in the Cognitive Approach” menunjukkan adanya pengaruh timbal-balik antara struktur bahasa dan proses kognitif. mjstjournal.com

Ilustrasi Kontekstual

·         Contoh klasifikasi warna: Studi lintas-bahasa menunjukkan bahwa pembicara bahasa tertentu yang memiliki lebih banyak kategori warna dalam sistem leksikalnya cenderung lebih cepat membedakan warna dibanding pembicara bahasa lain. Ini menjadi salah satu bukti bahwa bahasa dapat memfasilitasi perhatian dan pemrosesan kognitif terkait persepsi.

·         Contoh orientasi spasial: Pembicara bahasa yang sering menggunakan arah absolut (misalnya “utara”, “selatan”) dibanding relatif (“kiri”, “kanan”) memiliki kecenderungan berpikir secara spasial berbeda.

·         Contoh dalam pendidikan bahasa: Seseorang belajar bahasa kedua; penggunaan bahasa target berpengaruh terhadap cara orang berpikir dalam bahasa tersebut — misalnya pemikiran “time” dalam bahasa Inggris (past–present–future) mungkin berbeda dibanding pemikiran dalam bahasa lain yang tidak menekankan tenses secara eksplisit.

Implikasi untuk Pendidikan dan Penelitian

·         Dalam pembelajaran bahasa: Guru perlu memahami bahwa bahasa bukan hanya simbol tatabahasa, tetapi juga kerangka berpikir. Maka, pengajaran bahasa yang efektif harus mempertimbangkan bagaimana siswa berpikir dan bagaimana bahasa target dapat memfasilitasi pola berpikir baru.

·         Dalam penelitian kognitif: Peneliti dapat mengeksplorasi bagaimana variasi bahasa berkontribusi terhadap variasi kognisi—misalnya dalam persepsi, memori, kategori.

·         Dalam konteks multikultural dan multilingual: Memahami bahwa siswa dengan latar belakang bahasa berbeda membawa pola berpikir yang bisa berbeda; pendidikan bahasa harus sensitif terhadap hal ini.

 

Pembahasan Integratif

Pemerolehan bahasa dan hubungan antara bahasa dan berpikir sebenarnya saling berkaitan: proses pemerolehan bahasa menyediakan landasan bagi bagaimana individu mulai berpikir dalam bahasa, dan struktur bahasa yang dikuasai memengaruhi bagaimana berpikir tersebut berlangsung. Misalnya, ketika seorang anak mulai menguasai konstruksi kalimat pasif, bukan hanya kemampuan tatabahasa yang berkembang tetapi juga kemampuan berpikir abstrak (misalnya berpikir tentang agen, pasien, tindakan).
Contoh konkret: Anak yang sudah lancar menggunakan kalimat pasif (“Bola dilempar oleh ayah”) menunjukkan bahwa ia mulai mengorganisasi pikirannya lebih kompleks—mengidentifikasi subjek, objek, agen, dan aksi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerolehan struktur sintaksis bukan sekadar penguasaan bahasa tetapi perkembangan berpikir.
Dengan demikian, dalam proses pembelajaran bahasa (baik L1 maupun L2), guru dan pendidik sebaiknya tidak hanya fokus pada aspek linguistik formal tetapi juga pada aspek kognitif dan metakognitif—bagaimana siswa berpikir menggunakan bahasa, bagaimana mereka merefleksikan makna, bagaimana mereka menggunakan bahasa untuk berpikir.

 

Simpulan

Kajian tentang pemerolehan bahasa dan hubungan bahasa-berpikir memberikan wawasan penting dalam psikolinguistik dan pendidikan bahasa. Pemerolehan bahasa pada anak melibatkan tahapan-tahapan yang dipengaruhi oleh input, interaksi, dan mekanisme kognitif/neurologis. Sementara itu, bahasa dan berpikir saling terkait: bahasa memfasilitasi berpikir dan berpikir juga membentuk bahasa, meskipun bahasa tidak secara mutlak menentukan struktur pikiran manusia. Bagi pendidik dan peneliti, memahami dua aspek ini memungkinkan perancangan pembelajaran bahasa yang lebih holistik—tidak hanya mengajarkan tatabahasa tetapi juga membangun kerangka berpikir.
Untuk penelitian lanjutan, disarankan dilakukan studi longitudinal dan lintas-bahasa yang meneliti bagaimana pemerolehan bahasa pada anak memengaruhi pola pikir dan bagaimana perbedaan struktur bahasa antar-budaya memengaruhi kognisi.

 

Daftar Pustaka

Alieva, N. (2020). The connection of language and thinking. European Proceedings, 0-50. doi:10.15405/epsbs.2020.10.05.10. European Proceedings
Britannica. (n.d.). Psycholinguistics: Language acquisition, cognitive processes & speech perception. Retrieved from https://www.britannica.com/science/psycholinguistics Encyclopedia Britannica
“Language is for thought and communication”. (2022). Glossa: A journal of general linguistics, 7(1). Wiltschko, M. glossa-journal.org
“Language learning from positive evidence, reconsidered: A simplicity-based approach.” (2013). Hsu, A. S., Chater, N., & Vitányi, P. M. B. arXiv. arXiv
Naibaho, L. (2023). Child language acquisition: A study on psycholinguistics. MIJR: Multidisciplinary International Journal of Research, 1(2), 59-70. publishing.impola.co.id
Research on the influence of human language on the formation and development of thinking. (2024). Communications in Humanities Research, 45, 149-156. Ewa Direct
“The relationship between language and thought: How does language shape human perception of the world?” (2023). Literature and Linguistics Journal, 2(2), 12-19. gprjournals.org+1
Turkevych, O. (2019). Processes of acquisition a second language and learning a foreign language: Terminology standardisation and harmonization. Psycholinguistics, 25-2, 307-322. psycholing-journal.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...