Sabtu, 29 November 2025

Kategori Gramatikal dan Fungsi Sintaksis

Pengantar

Dalam kajian linguistik, khususnya pada tingkat kalimat dan klausa, dua konsep penting yang sering dijumpai adalah kategori gramatikal (atau kategori sintaktis) dan fungsi sintaksis (atau fungsi gramatikal). Keduanya merupakan pijakan untuk memahami bagaimana unsur-kata dalam suatu kalimat bekerja dan berinteraksi—apa yang dilakukan oleh suatu kata atau frasa, dan bagaimana posisi serta maknanya dalam struktur kalimat. Kajian mengenai kategori dan fungsi ini penting untuk membangun pemahaman yang sistematis tentang tata bahasa Indonesia, termasuk dalam aplikasi multimedia interaktif yang Anda susun.

Pada bagian berikut, kita akan membahas secara bertahap: (1) apa yang dimaksud dengan kategori gramatikal, kemudian (2) apa yang dimaksud dengan fungsi sintaksis, bagaimana keduanya saling terkait, dilengkapi dengan contoh dan implikasi pedagogis.

 

Sintaksis Pengantar Linguistik dan Struktur Kalimat | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) 

2.1 Kategori Gramatikal

Definisi dan ruang lingkup

Kategori gramatikal—sering pula disebut kategori sintaktis atau kelas kata—adalah kelompok-kelas kata atau frasa yang memiliki bentuk dan perilaku (fungsi, distribusi) yang sama atau mirip, dalam suatu bahasa. Dengan kata lain, kategori tersebut merupakan “tempat” atau “kelas” di mana unsur-kata ditempatkan menurut bagaimana ia berfungsi dalam kalimat. Sebagai contoh: nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, preposisi, konjungsi, numeralia, dan sebagainya. Sebagaimana dinyatakan oleh Pradestania & Aulia Umami (2022) bahwa “kategori sintaksis merupakan jenis pada kata atau frasa yang mengisi fungsi-sintaksis” (Pradestania & Umami, 2022 dalam Pradestania & Umami, 2022). SciSpace+3jurnal.uns.ac.id+3journal-stiayappimakassar.ac.id+3

Dalam konteks bahasa Indonesia, misalnya menurut Supriyadi (2014) disebutkan bahwa “empat kategori sintaksis utama adalah (a) verba atau kata kerja, (b) nomina atau kata benda, (c) adjektiva atau kata sifat, dan (d) adverbial atau kata keterangan”. repository.ung.ac.id+2deepublishstore.com+2

Kategori utama dalam Bahasa Indonesia

Meski terdapat variasi penggolongan, sejumlah kategori kerap dianggap “utama” dalam analisis kalimat dasar bahasa Indonesia, antara lain:

·         Nomina (N): kata benda atau nama, atau frasa yang berfungsi seperti kata benda. Contoh: anak, buku, kucing, kebahagiaan.

·         Verba (V): kata kerja, yang menyatakan proses, kegiatan, perbuatan. Contoh: membaca, bermain, pergi, tidur.

·         Adjektiva (A): kata sifat, menyatakan kualitas atau keadaan. Contoh: besar, cantik, cepat, bahagia.

·         Adverbia (Adv): kata keterangan, menyatakan keadaan, cara, waktu, intensitas, arah, dan lain-lain. Contoh: dengan cepat, sangat, di sana, nanti.

Kategori-kategori tambahan yang sering muncul dalam analisis linguistik bahasa Indonesia meliputi:

·         Numeralia (Num): kata bilangan, jumlah, ukuran. Contoh: tiga, dua setengah, banyak, sedikit.

·         Preposisi (Prep)/Frasa preposisional: unsur yang mengawali frase keterangan, misalnya: di atas, ke dalam, dari.

·         Konjungsi (Konj): kata penghubung antar unsur atau klausa, misalnya: dan, tetapi, sebab, karena.

·         Pronomina (Pron): kata ganti, misalnya: dia, mereka, ini, itu.

Misalnya, dalam penelitian Andayani & Jupriono (2024) ditemukan bahwa dalam kalimat dasar bahasa Indonesia, pola kategori sintaktis meliputi frase nomina + frase nomina (FN + FN), frase nomina + frase verba (FN + FV), frase nomina + frase ajektiva (FN + FA), frase nomina + frase numeralia (FN + FNu), dan frase nomina + frase preposisi (FN + FPr) (Andayani & Jupriono, 2024). aksiologi.org

Fungsi kategori dalam analisis sintaksis

Kategori gramatikal penting karena:

1.      Membantu kita mengidentifikasi unsur-kata atau frasa dalam kalimat: misalnya, apakah suatu kata berfungsi sebagai nomina, atau sebagai verba;

2.      Menentukan bagaimana suatu unsur dapat mengisi fungsi sintaksis: misalnya, subjek sering diisi oleh nomina atau pronomina; predikat biasanya diisi oleh verba atau frasa verba; objek, pelengkap, atau keterangan dapat diisi oleh nomina, adjektiva, frasa preposisional, dan sebagainya. Sebagaimana dikatakan bahwa fungsi sintaksis merupakan “kotak kosong” yang harus diisi oleh kategori tertentu. SciSpace+1

3.      Memfasilitasi pemahaman struktur kalimat: dengan mengetahui kategori tiap unsur, kita juga bisa memahami pola urutan unsur dalam kalimat.

Contoh penerapan kategori

Contoh kalimat sederhana:

“Anak itu membaca buku di perpustakaan.”
Dalam kalimat ini:

·         “Anak itu” → frasa nomina (kategori nomina) sebagai subjek.

·         “membaca” → verba sebagai predikat.

·         “buku” → nomina sebagai objek.

·         “di perpustakaan” → frasa preposisional (preposisi + nomina) sebagai keterangan tempat.

Analisis kategori membantu kita memahami peran masing-masing unsur.

Implikasi untuk pembelajaran multimedia interaktif

Dalam buku atau modul multimedia interaktif, pengenalan kategori gramatikal bisa diwujudkan melalui aktivitas seperti:

·         Pengelompokan kata ke dalam kategori (nomina, verba, adjektiva, adverbia, numeralia, dll).

·         Penandaan kategori dalam kalimat-contoh dengan warna atau ikon berbeda.

·         Latihan interaktif: “Klik kategori unsur yang ditandai” atau “Seret kata ke kategori yang sesuai”.

·         Hubungan kategori dengan fungsi: setelah kategori dikenali, peserta didik dapat diajak memahami fungsi sintaksis dari unsur itu—sehingga tidak hanya tahu “ini nomina”, tetapi juga “ini menjadi subjek”.

Dengan demikian, kategori gramatikal bukan sekadar klasifikasi statis tetapi bagian integral dari pemahaman struktur kalimat yang dinamis.

 

2.2 Fungsi Sintaksis

Definisi dan ruang lingkup

Fungsi sintaksis, atau fungsi gramatikal, adalah tempat atau posisi dalam struktur kalimat yang harus diisi oleh suatu unsur (kata atau frasa). Unsur tersebut kemudian mendapatkan makna dari posisinya dalam kalimat. Fungsi-fungsi ini antara lain: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Sebagaimana dijelaskan oleh Andayani & Jupriono (2024): “fungsi sintaktis … meliputi subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom atau Pel), dan keterangan (Ket)”. aksiologi.org+2repository.uhamka.ac.id+2 Dalam penelitian lain disebut pula: “fungsi sintaksis merupakan struktur pada sintaksis yang diisi kategori tertentu” (Pradestania & Umami, 2022). jurnal.uns.ac.id

Fungsi sintaksis dapat diibaratkan sebagai “kotak-posisi” dalam kalimat yang masing-masing memiliki peran tertentu, misalnya: subjek sebagai siapa yang melakukan, predikat sebagai apa yang dilakukan, objek sebagai yang dikenai tindakan, dan seterusnya.

Fungsi utama dalam Bahasa Indonesia

Beberapa fungsi penting dalam kalimat dasar bahasa Indonesia adalah:

·         Subjek (S): unsur yang menjadi topik atau pelaku/kepunyaan dalam kalimat.

·         Predikat (P): unsur yang menjelaskan apa yang terjadi pada subjek (perbuatan, keadaan, identitas).

·         Objek (O): unsur yang dikenai perbuatan oleh predikat (umumnya diisi oleh nomina) dalam kalimat transitif.

·         Pelengkap (Pel atau Kom): unsur yang melengkapi predikat bila predikat memerlukan pelengkapan agar makna kalimat lengkap (misalnya “menjadi pengusaha”, “termasuk anggota”).

·         Keterangan (K): unsur yang memberikan informasi tambahan seperti tempat, waktu, cara, sebab, alat, dan sebagainya.

Sebagai contoh, dalam kajian oleh Kusumaningrum et al. (2023) ditemukan fungsi-fungsi ini dalam analisis teks cerita anak: “Fungsi kalimat sintaksis … meliputi subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.” journal-stiayappimakassar.ac.id

Pola fungsi dalam kalimat dasar

Analisis terhadap kalimat dasar bahasa Indonesia menunjukkan bahwa terdapat pola-pola fungsi yang lazim, antara lain (mengutip Andayani & Jupriono, 2024): SP, SPK, SPPel, SPO, SPOPel, dan SPOK. aksiologi.org Berikut uraian pola tersebut:

·         SP: Subjek + Predikat. Contoh: “Dia jujur.” (S = dia; P = jujur)

·         SPK: Subjek + Predikat + Keterangan. Contoh: “Ia diam di kamar.” (S = Ia; P = diam; K = di kamar)

·         SPPel: Subjek + Predikat + Pelengkap. Contoh: “Anak pertamanya telah menjadi pengusaha.” (S = anak pertamanya; P = telah menjadi; Pel = pengusaha)

·         SPO: Subjek + Predikat + Objek. Contoh: “Ayah mengecilkan volume TV.” (S = Ayah; P = mengecilkan; O = volume TV)

·         SPOPel: Subjek + Predikat + Objek + Pelengkap. Contoh: “Dona membuatkan temannya kue kering.” (S = Dona; P = membuatkan; O = temannya; Pel = kue kering)

·         SPOK: Subjek + Predikat + Objek + Keterangan. Contoh: “Pak Doni memasukkan tangannya ke dalam saku celana.” (S = Pak Doni; P = memasukkan; O = tangannya; K = ke dalam saku celana)

Dengan mengetahui pola-fungsi ini, kita dapat menganalisis kalimat-dasar dan mengenali struktur pokoknya (fungsi-fungsi inti) sebelum memperluas ke struktur kompleks.

Hubungan antara kategori dan fungsi

Penting untuk memahami bahwa fungsi sintaksis itu seperti “wadah” (posisi), sementara kategori gramatikal adalah “jenis” unsur yang mengisi wadah tersebut. Dengan demikian:

·         Fungsi (misalnya: Subjek) menunggu pengisi yang sesuai kategori (biasanya nomina/pronomina).

·         Predikat biasanya diisi oleh verba atau frasa verba (kategori verba).

·         Objek: nomina atau frasa nomina.

·         Pelengkap: bisa nomina, adjektiva, atau frasa preposisional.

·         Keterangan: bisa adverbia, frasa adverbial, frasa preposisional (kategori adverbia, preposisi).

Sebagaimana dikemukakan: “Fungsi sintaksis merupakan kotak kosong yang berisikan sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peran tertentu.” SciSpace+1

Dengan demikian, analisis kalimat yang baik mencakup tiga aspek: kategori (apa jenis unsurnya), fungsi (apa posisinya dalam kalimat), dan peran semantis (apa maknanya atau kontribusinya terhadap makna kalimat).

Contoh penerapan fungsi sintaksis

Mari kita lihat contoh kalimat dan analisis fungsi-kategorinya:

1.      “Gaga mengajak Kiki main bersama.” (Contoh dari Kusumaningrum et al., 2023) journal-stiayappimakassar.ac.id

o    Subjek (S) = Gaga (kategori: nomina)

o    Predikat (P) = mengajak (kategori: verba)

o    Objek (O) = Kiki (nomina)

o    Pelengkap (Pel) = main bersama (frasa verba)
→ Pola: S-P-O-Pel

2.      “Kiki mengajak Gaga ke rumahnya.”

o    Subjek = Kiki (nomina)

o    Predikat = mengajak (verba)

o    Objek = Gaga (nomina)

o    Keterangan (K) = ke rumahnya (frasa preposisional)
→ Pola: S-P-O-K

Dari dua contoh tersebut tampak bahwa fungsi-fungsi itu bekerja sebagai bagian struktur kalimat dan kategori unsur yang mengisi fungsi menunjukkan jenis katanya.

Implikasi pedagogis dan multimedia interaktif

Untuk buku atau modul multimedia interaktif, pemahaman fungsi sintaksis bisa diperkaya dengan aktivitas-aktivitas seperti:

·         Latihan identifikasi fungsi: “Tandai unsur yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan.”

·         Latihan pola kalimat: siswa diberi kalimat lalu diminta menuliskan pola fungsi (S-P, S-P-O, S-P-O-K, dan lain-lain).

·         Visualisasi “wadah fungsi” dan “kategori pengisi”: misalnya dibuat grafik atau animasi yang menunjukkan kotak fungsi (S, P, O, Pel, K) dan diisi oleh kartu kategori (nomina, verba, adjektiva, dll).

·         Interaktif “susun kalimat”: peserta diberi kartu kategori dan ditugaskan menyusunnya ke dalam pola fungsi tertentu, lalu memeriksa apakah kalimat yang terbentuk valid secara tata bahasa.

Dengan demikian fungsi sintaksis tidak hanya ditampilkan sebagai daftar abstrak tetapi diintegrasikan secara interaktif agar peserta didik memahami betul bagaimana unsur-kata bekerja dalam kalimat.

 

Kesimpulan

Analisis kategori gramatikal dan fungsi sintaksis adalah dua pilar penting dalam memahami struktur kalimat bahasa Indonesia. Kategori gramatikal memberi “jenis” bagi unsur-kata atau frasa, sedangkan fungsi sintaksis memberi “posisi” dan “peran” dalam kalimat. Keduanya saling terkait: kategori menentukan jenis unsur yang masuk ke fungsi-fungsi, dan fungsi menetapkan bagaimana unsur itu berkontribusi terhadap makna kalimat.

Dalam kontek pembelajaran berbasis multimedia interaktif, pengenalan kategori dan fungsi ini dapat dibuat menjadi sangat konkret, interaktif, dan visual — misalnya dengan penandaan warna kategori, pemetaan fungsi, latihan pola, dan aktivitas susun-kata/kalimat. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya memahami definisi tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam analisis kalimat.

Semoga artikel ini menjadi bagian yang bermanfaat dalam buku Anda Bahasa Indonesia Berbasis Multimedia Interaktif, khususnya untuk bagian Bab 2 (Kategori Gramatikal dan Fungsi Sintaksis). Bila Anda menginginkan bagian tambahan—misalnya “Peran Semantis dalam Fungsi Sintaksis”, atau “Analisis Frasa dan Klausa dari Perspektif Fungsi & Kategori”—saya siap membantu.

 

Daftar Pustaka

Andayani, A., & Jupriono, D. (2024). Fungsi dan Kategori Sintaktis Kalimat Dasar Bahasa Indonesia. TANDA: Jurnal Kajian Budaya, Bahasa dan Sastra, 4(4).
Kusumaningrum, N. L., dkk. (2023). Fungsi, kategori, dan peran sintaksis pada teks cerita anak yang berjudul “Berbeda Itu Tak Apa” pada Buku Ajar Bahasa Indonesia Kelas Satu Sekolah Dasar Kurikulum Merdeka. Student Research Journal, 1(2).
Pradestania, K. A., & Umami, S. A. (2022). Analisis sintaksis: fungsi, kategori dan peran. Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS), 1-9.
Supriyadi, M. P. d. (2014). Sintaksis Bahasa Indonesia. UNG Repository.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...