Abstrak
Bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2)
memiliki peran penting dalam proses pembelajaran bahasa, baik dalam konteks
pendidikan formal maupun nonformal. Hubungan antara keduanya tidak selalu
bersifat kompetitif, melainkan saling melengkapi dalam mengembangkan kemampuan
komunikasi, keterampilan membaca dan menulis, serta penguasaan tata bahasa dan
kosakata. Artikel ini membahas peranan B1 dan B2 dalam enam aspek utama
pembelajaran bahasa, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi, persiapan
penggunaan bahasa dalam konteks khusus, peningkatan keterampilan membaca dan
menulis, pengembangan kosakata dan tata bahasa, peningkatan keterampilan
mendengarkan dan berbicara, serta persiapan menghadapi ujian atau sertifikasi
bahasa. Dengan mengacu pada teori pemerolehan bahasa kedua (Krashen, 1982;
Ellis, 2015) dan teori transfer linguistik (Odlin, 1989), tulisan ini
menegaskan bahwa penguasaan B1 berfungsi sebagai landasan konseptual bagi
pembelajaran B2, sementara penguasaan B2 memperkaya kompetensi linguistik dan
komunikatif peserta didik.
Kata
kunci: bahasa pertama, bahasa kedua, pembelajaran bahasa,
kompetensi komunikatif, transfer linguistik
Dasar Psikolinguistik - Aco Nasir, S.Pd.I., M.Pd. | CV. Cemerlang Publishing
Pendahuluan
Bahasa merupakan alat utama manusia dalam
berpikir dan berinteraksi sosial. Dalam konteks pendidikan, penguasaan bahasa
tidak hanya berarti kemampuan mengucapkan kata, tetapi juga mencakup kemampuan
memahami makna, membangun wacana, dan menyesuaikan tuturan dengan konteks
sosial-budaya.
Setiap individu memperoleh bahasa pertama (B1)
secara alami sejak lahir melalui interaksi dengan lingkungan keluarga dan
masyarakat (Brown, 2000). Setelah itu, individu mulai mempelajari bahasa kedua (B2)—biasanya
bahasa nasional atau bahasa asing—melalui proses formal (di sekolah) maupun
informal (lingkungan sosial).
Hubungan antara B1 dan B2 dalam pembelajaran
bahasa bersifat kompleks. Di satu sisi, B1 dapat membantu pemerolehan B2
melalui proses transfer positif,
di mana pengetahuan linguistik dan kognitif dari B1 digunakan untuk memahami
struktur B2 (Odlin, 1989). Namun di sisi lain, B1 juga dapat menjadi penghambat
jika terjadi interferensi negatif,
misalnya dalam pelafalan atau struktur kalimat (Ellis, 2015).
Dalam pendidikan multibahasa seperti di
Indonesia, memahami peranan B1 dan B2 menjadi kunci keberhasilan dalam
pembelajaran bahasa daerah, bahasa Indonesia, maupun bahasa asing seperti
Inggris dan Arab.
1. Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi
Bahasa pertama memiliki peran fundamental
dalam membentuk dasar komunikasi anak. Melalui B1, anak belajar menyampaikan
ide, memahami maksud orang lain, dan mengembangkan kesadaran pragmatik. Ketika
anak belajar bahasa kedua, kemampuan komunikatif yang telah terbentuk dari B1
menjadi modal penting untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma komunikasi
dalam B2 (Canale & Swain, 1980).
Menurut Krashen (1982), pemerolehan bahasa
kedua yang efektif terjadi ketika pembelajar mampu menggunakan bahasa untuk
tujuan komunikasi nyata, bukan sekadar mempelajari aturan tata bahasa. Dalam
hal ini, B1 membantu pembelajar membangun konteks makna, sedangkan B2
memperluas kemampuan mereka berinteraksi lintas budaya.
Ilustrasi:
Seorang siswa yang berbahasa ibu Mandar (B1) dan belajar bahasa Indonesia (B2)
akan lebih cepat memahami struktur percakapan formal, karena ia telah memiliki
konsep tentang giliran bicara, sapaan sopan, dan strategi bertanya dari B1-nya.
2. Persiapan untuk Penggunaan Bahasa dalam Konteks
Khusus
B2 sering kali dipelajari untuk tujuan
tertentu, seperti pendidikan, bisnis, atau pariwisata. Dalam konteks ini, B1
berperan sebagai kerangka konseptual yang memudahkan siswa memahami fungsi
bahasa dalam situasi spesifik.
Menurut Hutchinson dan Waters (1987), English for Specific Purposes (ESP)
menekankan pentingnya keterkaitan antara kemampuan B1 dan B2. Misalnya, siswa
yang telah memiliki kemampuan deskripsi dan penjelasan dalam B1 akan lebih
mudah belajar menulis laporan ilmiah dalam B2.
Ilustrasi:
Mahasiswa kedokteran yang berbahasa ibu Indonesia dan belajar bahasa Inggris
(B2) menggunakan pengetahuan B1-nya untuk memahami struktur logika dalam
laporan medis berbahasa Inggris.
3. Peningkatan Keterampilan Membaca dan Menulis
Kemampuan membaca dan menulis dalam B1 menjadi
dasar penting bagi perkembangan literasi dalam B2. Teori Cognitive Academic Language Proficiency (CALP) dari Cummins
(1981) menjelaskan bahwa keterampilan akademik dalam B1 dapat ditransfer ke B2,
terutama dalam hal pemahaman teks kompleks dan struktur argumentatif.
Anak yang sudah terampil membaca dalam B1 akan
lebih mudah memahami struktur kalimat, tanda baca, dan makna kontekstual dalam
B2. Sebaliknya, pembelajar B2 yang memiliki literasi rendah dalam B1 akan
mengalami kesulitan dalam memahami teks yang kompleks.
Ilustrasi:
Siswa SMP yang terbiasa membaca teks naratif dalam bahasa Indonesia (B1) akan
lebih cepat memahami teks naratif bahasa Inggris (B2) karena telah mengenali
struktur umum seperti orientation, complication, dan resolution.
4. Pengembangan Kosakata dan Tata Bahasa yang Lebih
Lanjut
Bahasa pertama menyediakan kerangka konseptual
dan sintaktis yang digunakan untuk memahami bahasa kedua. Menurut Ellis (2015),
pembelajar sering menggunakan analogi B1 untuk menebak makna atau membentuk
struktur B2. Proses ini disebut interlingual
transfer.
Kosakata dalam B1 juga berperan sebagai
“jembatan semantik” dalam pembelajaran B2. Misalnya, konsep “air” dalam B1
membantu memahami kata “water” dalam B2. Namun, jika pembelajar terlalu
mengandalkan padanan langsung, bisa terjadi kesalahan semantik, misalnya
penggunaan kata “actually” sebagai terjemahan dari “aktual” yang berbeda makna
dalam bahasa Inggris.
Ilustrasi:
Dalam pembelajaran bahasa Arab, siswa yang memahami konsep struktur
subjek-predikat dalam B1 akan lebih mudah memahami jumlah ismiyyah dan jumlah
fi’liyyah dalam bahasa Arab, meskipun bentuk gramatikalnya berbeda.
5. Peningkatan Keterampilan Mendengarkan dan
Berbicara
Keterampilan mendengarkan dan berbicara
merupakan aspek paling nyata dari penguasaan bahasa. Dalam pemerolehan B2,
kemampuan fonologis yang terbentuk dalam B1 sangat berpengaruh terhadap
pelafalan dan persepsi bunyi (Flege, 1995).
Jika sistem bunyi B1 sangat berbeda dengan B2,
pembelajar cenderung mengalami kesulitan mengenali dan mengucapkan fonem
tertentu. Namun, paparan yang intensif dan latihan fonetik dapat mengurangi
hambatan ini.
Ilustrasi:
Penutur B1 bahasa Indonesia sering kesulitan mengucapkan bunyi “th” dalam
bahasa Inggris (“think”, “that”), karena fonem tersebut tidak ada dalam sistem
bunyi bahasa Indonesia. Melalui latihan artikulasi terarah, hambatan fonologis
ini dapat dikurangi.
Selain itu, B1 membantu pembelajar memahami
pola intonasi dan tekanan dalam percakapan, yang dapat diterapkan dalam B2
untuk menyampaikan emosi atau maksud tertentu.
6. Persiapan untuk Ujian dan Sertifikasi Bahasa
Dalam konteks akademik dan profesional,
pembelajaran B2 sering diarahkan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi seperti
TOEFL, IELTS, JLPT, atau DELF. Penguasaan B1 berperan dalam membantu strategi
belajar, pemahaman instruksi, serta pengorganisasian ide saat menulis atau
berbicara.
Menurut Bachman dan Palmer (1996),
keberhasilan dalam ujian bahasa tidak hanya ditentukan oleh kompetensi
linguistik, tetapi juga oleh kemampuan metakognitif, yaitu kesadaran akan
strategi berbahasa yang diperoleh dari B1.
Ilustrasi:
Siswa yang terbiasa menulis esai argumentatif dalam B1 akan lebih siap
menghadapi ujian TOEFL Writing Section,
karena telah memahami struktur umum seperti pendahuluan, argumentasi, dan
kesimpulan.
Dengan demikian, B1 bukan hambatan dalam
menghadapi ujian bahasa asing, tetapi justru sumber strategi berpikir dan
berbahasa yang memperkuat kemampuan dalam B2.
Diskusi: Sinergi dan Tantangan dalam Pemanfaatan B1
dan B2
Dalam praktik pembelajaran bahasa, hubungan
antara B1 dan B2 perlu dikelola dengan seimbang. Guru bahasa perlu memahami
bahwa penggunaan B1 secara strategis dapat membantu pemahaman konsep B2 (Cook,
2001). Namun, penggunaan B1 yang berlebihan dapat menghambat imersi dan
mengurangi eksposur alami terhadap B2.
Pendekatan translanguaging
(García & Wei, 2014) memberikan solusi inovatif: pembelajar diizinkan
menggunakan kedua bahasa secara dinamis untuk membangun makna. Dengan demikian,
B1 tidak dipandang sebagai gangguan, melainkan bagian dari identitas linguistik
yang memperkaya pembelajaran B2.
Ilustrasi
kelas:
Guru bahasa Inggris di SMP di Polewali Mandar menggunakan kombinasi bahasa
Indonesia (B1) dan Inggris (B2) dalam menjelaskan konsep tata bahasa. Guru
menjelaskan dalam B1, kemudian memberi contoh dalam B2, dan meminta siswa
membuat kalimat serupa. Pendekatan ini terbukti meningkatkan partisipasi dan
pemahaman siswa.
Kesimpulan
Bahasa pertama dan bahasa kedua memiliki
peranan yang saling mendukung dalam pembelajaran bahasa. Penguasaan B1
menyediakan dasar konseptual, kognitif, dan emosional yang mempermudah
pemerolehan B2. Sementara itu, pembelajaran B2 memperkaya kemampuan komunikasi,
menumbuhkan kesadaran antarbudaya, dan membuka peluang akademik serta
profesional.
Melalui pendekatan psikolinguistik dan
pedagogis, guru diharapkan mampu memanfaatkan potensi B1 dalam meningkatkan
efektivitas pembelajaran B2 tanpa mengabaikan pentingnya eksposur dan praktik
komunikasi nyata. Dengan demikian, pembelajar tidak hanya menguasai bahasa
secara struktural, tetapi juga mampu menggunakannya secara fungsional dan
kontekstual.
Daftar
Pustaka
Bachman, L. F., & Palmer, A. S. (1996). Language testing in practice: Designing and
developing useful language tests. Oxford University Press.
Bialystok, E. (2001). Bilingualism in development: Language, literacy, and cognition.
Cambridge University Press.
Brown, H. D. (2000). Principles of language learning and teaching (4th ed.).
Longman.
Canale, M., & Swain, M. (1980).
Theoretical bases of communicative approaches to second language teaching and
testing. Applied Linguistics, 1(1),
1–47.
Cook, V. (2001). Using the first language in the classroom. Canadian Modern Language Review, 57(3),
402–423.
Cummins, J. (1981). The role of primary language development in promoting
educational success for language minority students. California State
Department of Education.
Ellis, R. (2015). Understanding second language acquisition (2nd ed.). Oxford
University Press.
Flege, J. E. (1995). Second-language speech
learning: Theory, findings, and problems. In W. Strange (Ed.), Speech perception and linguistic experience
(pp. 233–277). York Press.
García, O., & Wei, L. (2014). Translanguaging: Language, bilingualism and
education. Palgrave Macmillan.
Hutchinson, T., & Waters, A. (1987). English for specific purposes: A
learning-centred approach. Cambridge University Press.
Krashen, S. D. (1982). Principles and practice in second language acquisition.
Pergamon Press.
Odlin, T. (1989). Language transfer: Cross-linguistic influence in language
learning. Cambridge University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar