Jumat, 28 November 2025

Peranan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) dalam Pembelajaran Bahasa

Abstrak

Bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) memiliki peran penting dalam proses pembelajaran bahasa, baik dalam konteks pendidikan formal maupun nonformal. Hubungan antara keduanya tidak selalu bersifat kompetitif, melainkan saling melengkapi dalam mengembangkan kemampuan komunikasi, keterampilan membaca dan menulis, serta penguasaan tata bahasa dan kosakata. Artikel ini membahas peranan B1 dan B2 dalam enam aspek utama pembelajaran bahasa, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi, persiapan penggunaan bahasa dalam konteks khusus, peningkatan keterampilan membaca dan menulis, pengembangan kosakata dan tata bahasa, peningkatan keterampilan mendengarkan dan berbicara, serta persiapan menghadapi ujian atau sertifikasi bahasa. Dengan mengacu pada teori pemerolehan bahasa kedua (Krashen, 1982; Ellis, 2015) dan teori transfer linguistik (Odlin, 1989), tulisan ini menegaskan bahwa penguasaan B1 berfungsi sebagai landasan konseptual bagi pembelajaran B2, sementara penguasaan B2 memperkaya kompetensi linguistik dan komunikatif peserta didik.

Kata kunci: bahasa pertama, bahasa kedua, pembelajaran bahasa, kompetensi komunikatif, transfer linguistik

 

Dasar Psikolinguistik - Aco Nasir, S.Pd.I., M.Pd. | CV. Cemerlang Publishing

Pendahuluan

Bahasa merupakan alat utama manusia dalam berpikir dan berinteraksi sosial. Dalam konteks pendidikan, penguasaan bahasa tidak hanya berarti kemampuan mengucapkan kata, tetapi juga mencakup kemampuan memahami makna, membangun wacana, dan menyesuaikan tuturan dengan konteks sosial-budaya.

Setiap individu memperoleh bahasa pertama (B1) secara alami sejak lahir melalui interaksi dengan lingkungan keluarga dan masyarakat (Brown, 2000). Setelah itu, individu mulai mempelajari bahasa kedua (B2)—biasanya bahasa nasional atau bahasa asing—melalui proses formal (di sekolah) maupun informal (lingkungan sosial).

Hubungan antara B1 dan B2 dalam pembelajaran bahasa bersifat kompleks. Di satu sisi, B1 dapat membantu pemerolehan B2 melalui proses transfer positif, di mana pengetahuan linguistik dan kognitif dari B1 digunakan untuk memahami struktur B2 (Odlin, 1989). Namun di sisi lain, B1 juga dapat menjadi penghambat jika terjadi interferensi negatif, misalnya dalam pelafalan atau struktur kalimat (Ellis, 2015).

Dalam pendidikan multibahasa seperti di Indonesia, memahami peranan B1 dan B2 menjadi kunci keberhasilan dalam pembelajaran bahasa daerah, bahasa Indonesia, maupun bahasa asing seperti Inggris dan Arab.

 

1. Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi

Bahasa pertama memiliki peran fundamental dalam membentuk dasar komunikasi anak. Melalui B1, anak belajar menyampaikan ide, memahami maksud orang lain, dan mengembangkan kesadaran pragmatik. Ketika anak belajar bahasa kedua, kemampuan komunikatif yang telah terbentuk dari B1 menjadi modal penting untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma komunikasi dalam B2 (Canale & Swain, 1980).

Menurut Krashen (1982), pemerolehan bahasa kedua yang efektif terjadi ketika pembelajar mampu menggunakan bahasa untuk tujuan komunikasi nyata, bukan sekadar mempelajari aturan tata bahasa. Dalam hal ini, B1 membantu pembelajar membangun konteks makna, sedangkan B2 memperluas kemampuan mereka berinteraksi lintas budaya.

Ilustrasi:
Seorang siswa yang berbahasa ibu Mandar (B1) dan belajar bahasa Indonesia (B2) akan lebih cepat memahami struktur percakapan formal, karena ia telah memiliki konsep tentang giliran bicara, sapaan sopan, dan strategi bertanya dari B1-nya.

 

2. Persiapan untuk Penggunaan Bahasa dalam Konteks Khusus

B2 sering kali dipelajari untuk tujuan tertentu, seperti pendidikan, bisnis, atau pariwisata. Dalam konteks ini, B1 berperan sebagai kerangka konseptual yang memudahkan siswa memahami fungsi bahasa dalam situasi spesifik.

Menurut Hutchinson dan Waters (1987), English for Specific Purposes (ESP) menekankan pentingnya keterkaitan antara kemampuan B1 dan B2. Misalnya, siswa yang telah memiliki kemampuan deskripsi dan penjelasan dalam B1 akan lebih mudah belajar menulis laporan ilmiah dalam B2.

Ilustrasi:
Mahasiswa kedokteran yang berbahasa ibu Indonesia dan belajar bahasa Inggris (B2) menggunakan pengetahuan B1-nya untuk memahami struktur logika dalam laporan medis berbahasa Inggris.

 

3. Peningkatan Keterampilan Membaca dan Menulis

Kemampuan membaca dan menulis dalam B1 menjadi dasar penting bagi perkembangan literasi dalam B2. Teori Cognitive Academic Language Proficiency (CALP) dari Cummins (1981) menjelaskan bahwa keterampilan akademik dalam B1 dapat ditransfer ke B2, terutama dalam hal pemahaman teks kompleks dan struktur argumentatif.

Anak yang sudah terampil membaca dalam B1 akan lebih mudah memahami struktur kalimat, tanda baca, dan makna kontekstual dalam B2. Sebaliknya, pembelajar B2 yang memiliki literasi rendah dalam B1 akan mengalami kesulitan dalam memahami teks yang kompleks.

Ilustrasi:
Siswa SMP yang terbiasa membaca teks naratif dalam bahasa Indonesia (B1) akan lebih cepat memahami teks naratif bahasa Inggris (B2) karena telah mengenali struktur umum seperti orientation, complication, dan resolution.

 

4. Pengembangan Kosakata dan Tata Bahasa yang Lebih Lanjut

Bahasa pertama menyediakan kerangka konseptual dan sintaktis yang digunakan untuk memahami bahasa kedua. Menurut Ellis (2015), pembelajar sering menggunakan analogi B1 untuk menebak makna atau membentuk struktur B2. Proses ini disebut interlingual transfer.

Kosakata dalam B1 juga berperan sebagai “jembatan semantik” dalam pembelajaran B2. Misalnya, konsep “air” dalam B1 membantu memahami kata “water” dalam B2. Namun, jika pembelajar terlalu mengandalkan padanan langsung, bisa terjadi kesalahan semantik, misalnya penggunaan kata “actually” sebagai terjemahan dari “aktual” yang berbeda makna dalam bahasa Inggris.

Ilustrasi:
Dalam pembelajaran bahasa Arab, siswa yang memahami konsep struktur subjek-predikat dalam B1 akan lebih mudah memahami jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah dalam bahasa Arab, meskipun bentuk gramatikalnya berbeda.

 

5. Peningkatan Keterampilan Mendengarkan dan Berbicara

Keterampilan mendengarkan dan berbicara merupakan aspek paling nyata dari penguasaan bahasa. Dalam pemerolehan B2, kemampuan fonologis yang terbentuk dalam B1 sangat berpengaruh terhadap pelafalan dan persepsi bunyi (Flege, 1995).

Jika sistem bunyi B1 sangat berbeda dengan B2, pembelajar cenderung mengalami kesulitan mengenali dan mengucapkan fonem tertentu. Namun, paparan yang intensif dan latihan fonetik dapat mengurangi hambatan ini.

Ilustrasi:
Penutur B1 bahasa Indonesia sering kesulitan mengucapkan bunyi “th” dalam bahasa Inggris (“think”, “that”), karena fonem tersebut tidak ada dalam sistem bunyi bahasa Indonesia. Melalui latihan artikulasi terarah, hambatan fonologis ini dapat dikurangi.

Selain itu, B1 membantu pembelajar memahami pola intonasi dan tekanan dalam percakapan, yang dapat diterapkan dalam B2 untuk menyampaikan emosi atau maksud tertentu.

 

6. Persiapan untuk Ujian dan Sertifikasi Bahasa

Dalam konteks akademik dan profesional, pembelajaran B2 sering diarahkan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi seperti TOEFL, IELTS, JLPT, atau DELF. Penguasaan B1 berperan dalam membantu strategi belajar, pemahaman instruksi, serta pengorganisasian ide saat menulis atau berbicara.

Menurut Bachman dan Palmer (1996), keberhasilan dalam ujian bahasa tidak hanya ditentukan oleh kompetensi linguistik, tetapi juga oleh kemampuan metakognitif, yaitu kesadaran akan strategi berbahasa yang diperoleh dari B1.

Ilustrasi:
Siswa yang terbiasa menulis esai argumentatif dalam B1 akan lebih siap menghadapi ujian TOEFL Writing Section, karena telah memahami struktur umum seperti pendahuluan, argumentasi, dan kesimpulan.

Dengan demikian, B1 bukan hambatan dalam menghadapi ujian bahasa asing, tetapi justru sumber strategi berpikir dan berbahasa yang memperkuat kemampuan dalam B2.

 

Diskusi: Sinergi dan Tantangan dalam Pemanfaatan B1 dan B2

Dalam praktik pembelajaran bahasa, hubungan antara B1 dan B2 perlu dikelola dengan seimbang. Guru bahasa perlu memahami bahwa penggunaan B1 secara strategis dapat membantu pemahaman konsep B2 (Cook, 2001). Namun, penggunaan B1 yang berlebihan dapat menghambat imersi dan mengurangi eksposur alami terhadap B2.

Pendekatan translanguaging (García & Wei, 2014) memberikan solusi inovatif: pembelajar diizinkan menggunakan kedua bahasa secara dinamis untuk membangun makna. Dengan demikian, B1 tidak dipandang sebagai gangguan, melainkan bagian dari identitas linguistik yang memperkaya pembelajaran B2.

Ilustrasi kelas:
Guru bahasa Inggris di SMP di Polewali Mandar menggunakan kombinasi bahasa Indonesia (B1) dan Inggris (B2) dalam menjelaskan konsep tata bahasa. Guru menjelaskan dalam B1, kemudian memberi contoh dalam B2, dan meminta siswa membuat kalimat serupa. Pendekatan ini terbukti meningkatkan partisipasi dan pemahaman siswa.

 

Kesimpulan

Bahasa pertama dan bahasa kedua memiliki peranan yang saling mendukung dalam pembelajaran bahasa. Penguasaan B1 menyediakan dasar konseptual, kognitif, dan emosional yang mempermudah pemerolehan B2. Sementara itu, pembelajaran B2 memperkaya kemampuan komunikasi, menumbuhkan kesadaran antarbudaya, dan membuka peluang akademik serta profesional.

Melalui pendekatan psikolinguistik dan pedagogis, guru diharapkan mampu memanfaatkan potensi B1 dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran B2 tanpa mengabaikan pentingnya eksposur dan praktik komunikasi nyata. Dengan demikian, pembelajar tidak hanya menguasai bahasa secara struktural, tetapi juga mampu menggunakannya secara fungsional dan kontekstual.

 

Daftar Pustaka

Bachman, L. F., & Palmer, A. S. (1996). Language testing in practice: Designing and developing useful language tests. Oxford University Press.

Bialystok, E. (2001). Bilingualism in development: Language, literacy, and cognition. Cambridge University Press.

Brown, H. D. (2000). Principles of language learning and teaching (4th ed.). Longman.

Canale, M., & Swain, M. (1980). Theoretical bases of communicative approaches to second language teaching and testing. Applied Linguistics, 1(1), 1–47.

Cook, V. (2001). Using the first language in the classroom. Canadian Modern Language Review, 57(3), 402–423.

Cummins, J. (1981). The role of primary language development in promoting educational success for language minority students. California State Department of Education.

Ellis, R. (2015). Understanding second language acquisition (2nd ed.). Oxford University Press.

Flege, J. E. (1995). Second-language speech learning: Theory, findings, and problems. In W. Strange (Ed.), Speech perception and linguistic experience (pp. 233–277). York Press.

García, O., & Wei, L. (2014). Translanguaging: Language, bilingualism and education. Palgrave Macmillan.

Hutchinson, T., & Waters, A. (1987). English for specific purposes: A learning-centred approach. Cambridge University Press.

Krashen, S. D. (1982). Principles and practice in second language acquisition. Pergamon Press.

Odlin, T. (1989). Language transfer: Cross-linguistic influence in language learning. Cambridge University Press.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paradigma Linguistik Terapan

1. Perdebatan mengenai definisi linguistik terapan Bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) telah lama mengalami perdebatan interna...