1. Akademisi pertama di Amerika Serikat dan Inggris yang menyandang gelar profesor linguistik terapan
Dalam sejarah awal disiplin
linguistik terapan (applied linguistics), penentuan “profesor” pertama yang
menyandang gelar resmi dalam bidang ini agak sulit dipastikan secara universal
— namun beberapa nama terkemuka dapat dicatat. Misalnya di Inggris, Henry G.
Widdowson menjadi Chair of Applied Linguistics di Institute of
Education, University of London pada tahun 1977. Wikipedia Sementara di AS,
institusi seperti Center for Applied Linguistics (CAL) yang didirikan pada
tahun 1959 di Washington D.C. oleh Charles A. Ferguson menunjukkan bahwa
wilayah AS juga memiliki lembaga awal yang memfokuskan pada applied
linguistics. CAL+2CAL+2
Walaupun tidak selalu disebutkan secara eksplisit “profesor applied
linguistics” pertama di AS, misalnya di University of California, Los Angeles
(UCLA) terdapat seorang yang disebut sebagai “Professor, Department of Applied
Linguistics and TESL” yakni Russell N. Campbell (PhD 1964) yang kemudian
menjadi Professor Emeritus. UCLA International Institute
Jadi, secara ringkas: di Inggris Henry G. Widdowson adalah salah satu yang
pertama memegang kursi (chair) dalam applied linguistics; di AS tidak ada
dokumentasi publik yang secara tegas menunjukkan “profesor applied linguistics”
pertama secara unik, namun institusi seperti CAL dan individu-profesor di
bidang TESL/Applied Linguistics menunjukkan bahwa bidang ini mulai mapan di AS
pada 1960-an hingga 1970-an.
| Linguistik Terapan Jilid Pertama - Aco Nasir | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com) |
2. Perspektif
Amerika Utara dianggap perlu untuk melengkapi pandangan Peter Strevens tentang
linguistik terapan
Peter Strevens adalah salah satu
tokoh awal dalam linguistik terapan yang mengemukakan definisi dan pengembangan
bidang tersebut. Dalam karya-nya disebut bahwa istilah “applied linguistics”
adalah “Anglo-American coinage” dan bahwa istilah tersebut “has been used in
Britain since the establishment of the University of Edinburgh’s School of
Applied Linguistics in 1956, and in the United States of America since the
establishment of the Center of Applied Linguistics in Washington, D.C. in
1957.” Peter Lang+1
Namun demikian, perspektif Strevens yang menekankan tradisi Inggris dan AS saja
dianggap perlu dilengkapi oleh perspektif Amerika Utara secara lebih luas
(termasuk Kanada, maupun konteks riset dan praktik di AS sendiri) karena:
- Riset dan institusi di AS berkembang pesat pasca Perang Dunia II
(misalnya kebutuhan pengajaran bahasa asing, bahasa bagi militer, dan
kebijakan bahasa) yang menjadikan AS sebagai pusat penting bagi applied
linguistics. CAL+1
- Praktik linguistik terapan di Amerika Utara meliputi konteks
bilingualisme, migrasi, pembelajaran bahasa sebagai L2/ESL yang berbeda
dari tradisi Eropa, sehingga menambahkan variasi metodologis dan tematis
yang melengkapi kerangka Strevens.
- Afrika Utara, Amerika Latin dan Asia sering mengadopsi kerangka riset
yang dikembangkan di Amerika Utara sehingga pengaruh Amerika Utara sebagai
“komplementer” terhadap pandangan Strevens menjadi penting untuk melihat
dinamika global linguistik terapan.
Dengan demikian, meskipun Strevens menyediakan landasan konseptual penting, perspektif Amerika Utara (termasuk praktik, institusi, orientasi riset) perlu dilihat sebagai pelengkap agar gambaran perkembangan linguistik terapan menjadi lebih utuh dan global.
3. Anekdot
tentang definisi “anjing” dalam konteks linguistik terapan
Dalam literatur mengenai applied
linguistics terdapat sebuah anekdot yang dikutip oleh Strevens (melalui artikel
“Linguistics in Applied Linguistics: a historical overview” oleh Harris) yang
menjelaskan bagaimana definisi disiplin bisa seperti “apa itu anjing (dog)”.
Konteksnya: seorang leksikograf (kamus) bertanya kepada sekelompok biolog
tentang definisi “dog”, dan biolog tersebut setelah penelitian panjang
menyimpulkan bahwa: “a dog is an animal recognised by another dog as being a
dog.” Kemudian analognya: para peneliti dalam applied linguistics (yang
dianggap sebagai applied linguists oleh sesama applied linguists) menghadapi
pertanyaan serupa — “apa itu applied linguistics?” — namun tidak sepakat. ERIC+1
Anekdot ini menggambarkan tantangan definisi dalam suatu disiplin: bahwa
meskipun kita mungkin dapat mendukung bahwa “orang yang menyebut dirinya
applied linguist dan diakui oleh orang lain sebagai applied linguist” maka ia
adalah applied linguist, namun definisi tersebut tidak memuaskan secara
konseptual. Anekdot “anjing” (dog) menjadi metafora untuk bagaimana definisi
bisa bersifat sirkular, berpusat pada pengakuan internal komunitas, bukan
deskripsi objektif yang komprehensif.
Dalam konteks linguistik terapan, anekdot ini mengingatkan bahwa definisi
bidang ini (applied linguistics) sangat tergantung pada konteks historis,
institusional, dan tradisi riset—sehingga penting memahami bahwa definisi “apa
itu linguistik terapan” tidak sederhana.
4. Bagaimana
paradigma dominan dalam suatu disiplin ilmu memengaruhi definisi dan pendekatan
dalam bidang tersebut?
Paradigma dominan dalam suatu
disiplin (misalnya paradigma struktural, generatif, komunikatif, kritikal)
memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana disiplin itu didefinisikan,
bagaimana pendekatannya dibangun, dan apa yang dianggap sebagai “masalah” yang
relevan. Dalam konteks linguistik terapan, pengaruh paradigma dominan dapat
dilihat beberapa aspek berikut:
- Penentuan fokus masalah: Misalnya, ketika paradigma
struktural linguistik (bahwa bahasa terdiri dari struktur fonologi,
morfologi, sintaksis) mendominasi, maka applied linguistics awal sangat
tertuju pada pengajaran bahasa asing dengan metode struktural atau
behavioristik (audiolingualism). Harris (2008) mencatat bahwa pada awalnya
bidang ini memang sangat terkait dengan pengajaran bahasa asing (L2) dalam
tradisi Anglo-Amerika. Universidad de La Rioja+1
- Terminologi dan status disiplin: Paradigma bahwa ilmu
(science) lebih unggul daripada humanisme menjelaskan salah satu alasan
munculnya istilah “applied linguistics” — sebagai cara untuk menegaskan
bahwa pengajaran bahasa atau aktivitas praktis lainnya adalah “ilmiah”.
Mackey (1966) menyebut bahwa istilah itu muncul karena orang ingin dikenal
sebagai ilmuwan bukan humanis. Peter Lang
- Metodologi dan akal konsep: Ketika paradigma
komunikatif (communicative competence) muncul dalam 1970-an/1980-an,
instrument penelitian dalam applied linguistics berubah: lebih banyak
penelitian wacana (discourse analysis), interaksi sosial, kebijakan
bahasa, bukan hanya pengajaran tatabahasa. Hal ini mempengaruhi definisi
bidang: bukan semata “teaching foreign language” tapi “problem‐solving in real world language issues”. (Harris, 2008) Universidad de La Rioja
- Cakupan dan legitimasi bidang: Paradigma dominan juga
mempengaruhi apa yang dianggap menjadi “linguistik terapan”. Bila
paradigma dominan adalah pengajaran L2 di dunia Anglo‐Amerika, maka bidang dan publikasi akan terfokus di area tersebut;
bila paradigma bergeser ke kebijakan bahasa, teknologi bahasa atau
forensik, maka definisi dan praktik disiplin pun meluas. Hal ini berarti
bahwa paradigma dominan menentukan batas-apa yang dianggap “terapan” atau
“problem bahasa nyata”.
- Bahasa dan komunitas riset: Paradigma dominan yang
berasal dari satu komunitas (misalnya Anglo-Amerika) membawa standar,
bahasa publikasi, dan jaringan yang kemudian menjadi acuan global. Ini
mempengaruhi siapa yang berkontribusi dan bagaimana penelitian dilihat.
Karena itu, pendekatan dalam applied linguistics di negara lain kadang
harus “mengadaptasi” paradigma dominan agar diterima dalam literatur
internasional.
Karena itu, memahami paradigma
dominan dalam disiplin adalah kunci untuk memahami bagaimana definisi
linguistik terapan terbentuk, bagaimana bidang itu berkembang, dan bagaimana
kita bisa memikirkan alternatif atau pluralitas paradigma dalam konteks global.
Penutup
Melalui pembahasan di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
- Sejarah awal linguistik terapan menunjukkan bahwa yang pertama-pertama
memegang jabatan atau kursi khusus dalam applied linguistics muncul di
Inggris (seperti Widdowson) dan di AS institusi seperti CAL mulai
memfasilitasi bidang tersebut.
- Perspektif Amerika Utara merupakan komplementer penting terhadap
pandangan awal seperti yang dikemukakan oleh Strevens, karena menambahkan
konteks riset, institusi, dan praktik yang lebih luas.
- Anekdot “anjing” (dog) dalam literatur menunjukkan betapa sulitnya mendefinisikan
sebuah disiplin dan bagaimana definisi dapat bergantung pada komunitas
riset dan pengakuan internal.
- Paradigma dominan memengaruhi definisi, fokus, metodologi, dan
jaringan dalam suatu disiplin — sehingga dalam linguistik terapan kita
perlu menyadari bagaimana paradigma (pengajaran L2, komunikatif, kebijakan
bahasa, teknologi bahasa) telah membentuk apa yang kita anggap sebagai
“linguistik terapan”.
Bagi blog Pusat Referensi Linguistik, bab ini menyediakan pemahaman historis dan konseptual yang mendalam — yang penting agar pembaca tidak hanya memahami “apa itu linguistik terapan” tetapi juga “bagaimana dan mengapa” bidang itu berkembang sebagaimana ia terjadi.
Daftar Pustaka
Harris, T. (2008). Linguistics in
applied linguistics: A historical overview. Journal of English Studies,
72. https://doi.org/10.18172/jes.72 (publicaciones.unirioja.es)
Strevens, P. (1977). Special-Purpose Language Learning: A Perspective. Language
Teaching, 10(3), 145-163. https://doi.org/10.1017/S0261444800003402
(cambridge.org)
Thắng, N. T. (2016). Understanding applied linguistics. Dalat University
Journal of Science, 6(1). https://doi.org/10.37569/DalatUniversity.6.1.30(2016)
(dlu.edu.vn)
Center for Applied Linguistics. (n.d.). Our history. Retrieved from https://www.cal.org/who-we-are/our-history/
(cal.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar