Pendahuluan
Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu
linguistik yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat, termasuk
bagaimana bahasa digunakan dalam berbagai konteks sosial. Menurut Wardhaugh dan
Fuller (2021), sosiolinguistik berfokus pada variasi bahasa, perubahan bahasa,
serta bagaimana faktor sosial seperti kelas, gender, usia, dan latar belakang
budaya memengaruhi cara manusia berbahasa. Dalam konteks pendidikan tinggi,
pemahaman terhadap sosiolinguistik menjadi penting karena mahasiswa hidup dalam
lingkungan yang multibahasa dan multikultural, yang menyediakan banyak fenomena
menarik untuk dikaji secara ilmiah.
Salah satu cara efektif bagi mahasiswa untuk
memahami teori sosiolinguistik adalah melalui penelitian mini. Penelitian mini sosiolinguistik
bersifat sederhana, dilakukan dalam lingkup terbatas (seperti kampus atau komunitas
kecil), dan bertujuan melatih keterampilan analisis bahasa dalam konteks
sosial. Meski skalanya kecil, penelitian semacam ini mampu memberikan
kontribusi nyata terhadap pemahaman hubungan antara bahasa dan perilaku sosial
penuturnya.
Artikel ini akan membahas langkah-langkah
praktis dalam melakukan penelitian mini sosiolinguistik, mulai dari pemilihan
topik, penyusunan instrumen, pengumpulan serta analisis data, hingga contoh
konkret penelitian yang dapat dilakukan di lingkungan mahasiswa.
| PRATINJAU-SAJA-SOSIOLINGUISTIK.pdf |
1.
Konsep Dasar Penelitian Mini Sosiolinguistik
Penelitian mini sosiolinguistik merupakan
versi sederhana dari penelitian ilmiah yang berfokus pada fenomena kebahasaan
dalam masyarakat. Holmes (2013) menjelaskan bahwa sosiolinguistik mencakup
kajian mengenai variasi bahasa (dialek, register, ragam formal dan informal),
sikap bahasa, pergeseran bahasa, serta fenomena alih kode (code-switching) dan
campur kode (code-mixing).
Penelitian mini dapat dilakukan dengan ruang
lingkup kecil seperti:
·
interaksi antara mahasiswa
dari daerah berbeda;
·
variasi bahasa antara dosen
dan mahasiswa;
·
penggunaan bahasa gaul atau
slang di media sosial;
·
pilihan bahasa dalam
konteks formal dan nonformal di kampus.
Tujuan utama penelitian mini bukanlah menghasilkan
generalisasi luas, melainkan melatih kemampuan mahasiswa dalam mengamati,
mencatat, menganalisis, dan menyimpulkan fenomena kebahasaan secara sistematis
(Chaer & Agustina, 2010).
2.
Langkah-langkah Penelitian Sederhana
Menurut Creswell (2014), penelitian kualitatif
berskala kecil dapat dilakukan dengan tahapan yang ringkas namun tetap ilmiah.
Dalam konteks penelitian mini sosiolinguistik, langkah-langkah dasarnya
meliputi:
a. Menentukan Topik dan
Fokus Penelitian
Langkah pertama adalah memilih fenomena bahasa
yang menarik dan relevan. Topik sebaiknya sederhana, kontekstual, dan dapat
diamati secara langsung. Contohnya:
·
“Penggunaan Bahasa Campur
Kode antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris oleh Mahasiswa di Media Sosial.”
·
“Variasi Sapaan antara
Dosen dan Mahasiswa di Lingkungan Kampus.”
·
“Sikap Bahasa Mahasiswa
terhadap Bahasa Daerah di Perantauan.”
Pemilihan topik harus mempertimbangkan
keterjangkauan data dan kejelasan masalah yang hendak dikaji. Seperti
dinyatakan oleh Sugiyono (2019), topik yang baik bersumber dari fenomena yang
dapat diamati secara empiris.
b. Merumuskan Masalah dan
Tujuan
Setelah menentukan topik, peneliti menyusun
rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian, misalnya:
·
Bagaimana bentuk campur
kode yang digunakan mahasiswa dalam interaksi informal?
·
Faktor apa yang memengaruhi
pilihan bahasa mahasiswa dalam komunikasi antar daerah?
Rumusan masalah harus jelas dan dapat dijawab
melalui pengumpulan data. Selanjutnya, tujuan penelitian dirumuskan secara
eksplisit agar arah penelitian terfokus.
c. Menentukan Metode
Penelitian
Penelitian mini sosiolinguistik umumnya
menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif, karena bertujuan menggambarkan fenomena bahasa secara
alamiah tanpa manipulasi (Miles, Huberman, & Saldaña, 2014). Namun,
pendekatan kuantitatif sederhana
juga dapat digunakan jika peneliti ingin mengukur frekuensi penggunaan bentuk
bahasa tertentu.
d. Menentukan Subjek dan
Lokasi Penelitian
Subjek penelitian bisa berupa kelompok
mahasiswa, komunitas kampus, atau pengguna media sosial tertentu. Lokasi
penelitian sebaiknya familiar bagi peneliti, misalnya ruang kelas, kantin kampus,
grup WhatsApp mahasiswa, atau forum diskusi daring. Hal ini memudahkan
observasi dan mengurangi hambatan komunikasi.
e. Menyusun dan Menggunakan
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berfungsi untuk
mengumpulkan data secara sistematis. Dalam penelitian mini, instrumen yang
digunakan bisa meliputi:
1.
Panduan wawancara – untuk menggali pandangan atau sikap
bahasa responden.
2.
Lembar observasi – untuk mencatat bentuk bahasa yang
digunakan dalam interaksi.
3.
Kuesioner sederhana – jika peneliti ingin mendapatkan
data kuantitatif, seperti jumlah responden yang menggunakan campur kode.
4.
Rekaman percakapan – sebagai data linguistik yang dapat
dianalisis kemudian.
Menurut Denzin dan Lincoln (2018), penggunaan
berbagai instrumen akan meningkatkan validitas data melalui triangulasi.
f. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui
beberapa cara:
·
Observasi langsung, untuk mencatat perilaku berbahasa
secara natural.
·
Wawancara, untuk memahami alasan penggunaan bahasa
tertentu.
·
Dokumentasi digital, seperti tangkapan layar
(screenshot) percakapan di media sosial.
·
Survei singkat, untuk mengetahui sikap atau preferensi
bahasa.
g. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menelaah hasil
observasi dan wawancara untuk menemukan pola dan makna sosial dari penggunaan
bahasa. Miles et al. (2014) mengusulkan tiga tahap analisis kualitatif: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dalam konteks sosiolinguistik, analisis dapat
difokuskan pada:
·
Bentuk linguistik (kata, frasa, atau kalimat yang
menunjukkan variasi);
·
Konteks sosial (situasi, lawan bicara, tujuan
komunikasi);
·
Faktor sosial (umur, status sosial, gender, latar
budaya);
·
Fungsi penggunaan bahasa (solidaritas, prestise,
identitas).
h. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir adalah menyimpulkan temuan
berdasarkan analisis data. Kesimpulan penelitian mini bersifat deskriptif dan
kontekstual — menjelaskan bagaimana dan mengapa fenomena bahasa tertentu muncul
di lingkungan sosial yang diteliti.
3.
Pemilihan Topik, Instrumen, dan Analisis Data
a. Pemilihan Topik
Pemilihan topik merupakan tahap krusial dalam
penelitian mini sosiolinguistik. Topik harus:
1.
Relevan dengan konteks sosial mahasiswa, misalnya bahasa
pergaulan, komunikasi lintas daerah, atau penggunaan bahasa asing di kampus.
2.
Dapat diamati secara empiris, artinya peneliti bisa
memperoleh data nyata dari percakapan, posting media sosial, atau wawancara.
3.
Mempunyai nilai akademis dan sosial, seperti
menggambarkan perubahan sikap bahasa atau pergeseran budaya berbahasa di
lingkungan pendidikan.
b. Pemilihan Instrumen
Pemilihan instrumen harus disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Dalam penelitian mini mahasiswa, dua instrumen paling
praktis adalah:
·
Wawancara semi-terstruktur, untuk menggali sikap bahasa
dan alasan penggunaan bahasa tertentu.
·
Observasi partisipatif, untuk mencatat fenomena bahasa
yang muncul secara alami dalam interaksi sosial.
Jika penelitian dilakukan secara daring, tangkapan layar percakapan (seperti
komentar di media sosial) dapat dijadikan data linguistik. Instrumen ini
efektif untuk menganalisis variasi bahasa digital (Androutsopoulos, 2015).
c. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian sosiolinguistik
kecil dapat dilakukan menggunakan model tematik (thematic analysis). Peneliti
mengidentifikasi tema utama yang muncul dari data, misalnya “penggunaan bahasa
Inggris untuk menunjukkan status sosial” atau “bahasa gaul sebagai simbol
keakraban.”
Selain itu, peneliti dapat menggunakan teori sosiolinguistik klasik seperti:
·
Teori variasi bahasa oleh Labov (1972),
·
Teori pilihan bahasa oleh Fishman (1972),
·
Konsep code-switching dan code-mixing oleh Gumperz
(1982).
Analisis harus selalu dikaitkan dengan konteks
sosial, bukan hanya bentuk linguistik semata.
4.
Contoh Penelitian Mini di Lingkungan Mahasiswa
Berikut salah satu contoh penelitian mini yang
dapat dilakukan oleh mahasiswa:
Judul:
Penggunaan
Campur Kode Bahasa Indonesia–Inggris dalam Interaksi Mahasiswa di Media Sosial
Instagram.
Rumusan Masalah:
1.
Bagaimana bentuk campur kode yang
digunakan oleh mahasiswa dalam unggahan dan komentar di Instagram?
2.
Apa alasan mahasiswa menggunakan
campur kode dalam konteks komunikasi daring?
Tujuan Penelitian:
·
Mendeskripsikan bentuk dan
jenis campur kode;
·
Menganalisis faktor sosial
yang mempengaruhi penggunaannya.
Metode Penelitian:
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Data diperoleh melalui observasi terhadap 20 akun
Instagram milik mahasiswa Universitas X selama dua minggu. Setiap posting dan
komentar yang mengandung campur kode dikumpulkan dan diklasifikasikan
berdasarkan jenisnya: intra-sentential, inter-sentential, dan tag-switching (Poplack, 1980).
Instrumen:
1.
Lembar observasi digital untuk
mencatat data bahasa;
2.
Panduan wawancara singkat untuk
menggali alasan penggunaan campur kode.
Analisis Data:
Data dianalisis dengan model Miles dan
Huberman (1994): reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Hasil menunjukkan bahwa mahasiswa sering menggunakan campur kode untuk:
·
menunjukkan keakraban dan
gaya modern (“Let’s go guys!”);
·
menegaskan status sosial
akademik (“Today’s class was lit!”);
·
memperkuat makna emosional
dalam komentar.
Faktor dominan yang memengaruhi penggunaan
campur kode adalah pengaruh media global dan keinginan menunjukkan identitas
sebagai generasi digital. Temuan ini sejalan dengan pandangan Holmes (2013)
bahwa variasi bahasa sering kali mencerminkan identitas sosial penuturnya.
Kesimpulan Penelitian Mini:
Penelitian menunjukkan bahwa fenomena campur
kode di kalangan mahasiswa bukan sekadar bentuk penyimpangan bahasa, melainkan
ekspresi identitas sosial dan simbol solidaritas komunitas digital. Penelitian
semacam ini membantu mahasiswa memahami konsep sosiolinguistik secara aplikatif
dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Penelitian mini sosiolinguistik merupakan
kegiatan ilmiah sederhana namun bermakna, terutama bagi mahasiswa yang ingin
memahami hubungan antara bahasa dan masyarakat. Dengan mengikuti
langkah-langkah sistematis—mulai dari pemilihan topik, penyusunan instrumen,
pengumpulan, hingga analisis data—mahasiswa dapat menghasilkan penelitian kecil
yang berkontribusi terhadap pengembangan ilmu kebahasaan.
Selain meningkatkan kemampuan metodologis,
penelitian mini juga menumbuhkan kesadaran kritis terhadap keberagaman bahasa
dan budaya. Dalam era digital yang penuh dinamika linguistik, penelitian
sosiolinguistik sederhana dapat menjadi jembatan antara teori di kelas dan
realitas sosial di lapangan.
Daftar
Pustaka
Androutsopoulos, J. (2015). Networked
multilingualism: Some language practices on Facebook and their implications. International Journal of Bilingualism, 19(2),
185–205.
Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan awal. Rineka
Cipta.
Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative, and
mixed methods approaches (4th ed.). SAGE Publications.
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2018). The Sage handbook of qualitative research
(5th ed.). SAGE Publications.
Fishman, J. A. (1972). The sociology of language: An interdisciplinary social science
approach to language in society. Newbury House.
Gumperz, J. J. (1982). Discourse strategies. Cambridge University Press.
Holmes, J. (2013). An introduction to sociolinguistics (4th ed.). Routledge.
Labov, W. (1972). Sociolinguistic patterns. University of Pennsylvania Press.
Miles, M. B., Huberman, A. M., &
Saldaña, J. (2014). Qualitative data
analysis: A methods sourcebook (3rd ed.). SAGE Publications.
Poplack, S. (1980). Sometimes I’ll start a
sentence in Spanish y termino en español: Toward a typology of code-switching. Linguistics, 18(7–8), 581–618.
Sugiyono. (2019). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Wardhaugh, R., & Fuller, J. M. (2021). An introduction to sociolinguistics (8th
ed.). Wiley Blackwell.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar