Jumat, 12 Desember 2025

Sejarah dan Perkembangan Linguistik Terapan

1. Akademisi pertama di Amerika Serikat dan Inggris yang menyandang gelar profesor linguistik terapan

Dalam sejarah awal disiplin linguistik terapan (applied linguistics), penentuan “profesor” pertama yang menyandang gelar resmi dalam bidang ini agak sulit dipastikan secara universal — namun beberapa nama terkemuka dapat dicatat. Misalnya di Inggris, Henry G. Widdowson menjadi Chair of Applied Linguistics di Institute of Education, University of London pada tahun 1977. Wikipedia Sementara di AS, institusi seperti Center for Applied Linguistics (CAL) yang didirikan pada tahun 1959 di Washington D.C. oleh Charles A. Ferguson menunjukkan bahwa wilayah AS juga memiliki lembaga awal yang memfokuskan pada applied linguistics. CAL+2CAL+2
Walaupun tidak selalu disebutkan secara eksplisit “profesor applied linguistics” pertama di AS, misalnya di University of California, Los Angeles (UCLA) terdapat seorang yang disebut sebagai “Professor, Department of Applied Linguistics and TESL” yakni Russell N. Campbell (PhD 1964) yang kemudian menjadi Professor Emeritus. UCLA International Institute
Jadi, secara ringkas: di Inggris Henry G. Widdowson adalah salah satu yang pertama memegang kursi (chair) dalam applied linguistics; di AS tidak ada dokumentasi publik yang secara tegas menunjukkan “profesor applied linguistics” pertama secara unik, namun institusi seperti CAL dan individu-profesor di bidang TESL/Applied Linguistics menunjukkan bahwa bidang ini mulai mapan di AS pada 1960-an hingga 1970-an.

Linguistik Terapan Jilid Pertama - Aco Nasir | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com)


2. Perspektif Amerika Utara dianggap perlu untuk melengkapi pandangan Peter Strevens tentang linguistik terapan

Peter Strevens adalah salah satu tokoh awal dalam linguistik terapan yang mengemukakan definisi dan pengembangan bidang tersebut. Dalam karya-nya disebut bahwa istilah “applied linguistics” adalah “Anglo-American coinage” dan bahwa istilah tersebut “has been used in Britain since the establishment of the University of Edinburgh’s School of Applied Linguistics in 1956, and in the United States of America since the establishment of the Center of Applied Linguistics in Washington, D.C. in 1957.” Peter Lang+1
Namun demikian, perspektif Strevens yang menekankan tradisi Inggris dan AS saja dianggap perlu dilengkapi oleh perspektif Amerika Utara secara lebih luas (termasuk Kanada, maupun konteks riset dan praktik di AS sendiri) karena:

  • Riset dan institusi di AS berkembang pesat pasca Perang Dunia II (misalnya kebutuhan pengajaran bahasa asing, bahasa bagi militer, dan kebijakan bahasa) yang menjadikan AS sebagai pusat penting bagi applied linguistics. CAL+1
  • Praktik linguistik terapan di Amerika Utara meliputi konteks bilingualisme, migrasi, pembelajaran bahasa sebagai L2/ESL yang berbeda dari tradisi Eropa, sehingga menambahkan variasi metodologis dan tematis yang melengkapi kerangka Strevens.
  • Afrika Utara, Amerika Latin dan Asia sering mengadopsi kerangka riset yang dikembangkan di Amerika Utara sehingga pengaruh Amerika Utara sebagai “komplementer” terhadap pandangan Strevens menjadi penting untuk melihat dinamika global linguistik terapan.
    Dengan demikian, meskipun Strevens menyediakan landasan konseptual penting, perspektif Amerika Utara (termasuk praktik, institusi, orientasi riset) perlu dilihat sebagai pelengkap agar gambaran perkembangan linguistik terapan menjadi lebih utuh dan global.

3. Anekdot tentang definisi “anjing” dalam konteks linguistik terapan

Dalam literatur mengenai applied linguistics terdapat sebuah anekdot yang dikutip oleh Strevens (melalui artikel “Linguistics in Applied Linguistics: a historical overview” oleh Harris) yang menjelaskan bagaimana definisi disiplin bisa seperti “apa itu anjing (dog)”. Konteksnya: seorang leksikograf (kamus) bertanya kepada sekelompok biolog tentang definisi “dog”, dan biolog tersebut setelah penelitian panjang menyimpulkan bahwa: “a dog is an animal recognised by another dog as being a dog.” Kemudian analognya: para peneliti dalam applied linguistics (yang dianggap sebagai applied linguists oleh sesama applied linguists) menghadapi pertanyaan serupa — “apa itu applied linguistics?” — namun tidak sepakat. ERIC+1
Anekdot ini menggambarkan tantangan definisi dalam suatu disiplin: bahwa meskipun kita mungkin dapat mendukung bahwa “orang yang menyebut dirinya applied linguist dan diakui oleh orang lain sebagai applied linguist” maka ia adalah applied linguist, namun definisi tersebut tidak memuaskan secara konseptual. Anekdot “anjing” (dog) menjadi metafora untuk bagaimana definisi bisa bersifat sirkular, berpusat pada pengakuan internal komunitas, bukan deskripsi objektif yang komprehensif.
Dalam konteks linguistik terapan, anekdot ini mengingatkan bahwa definisi bidang ini (applied linguistics) sangat tergantung pada konteks historis, institusional, dan tradisi riset—sehingga penting memahami bahwa definisi “apa itu linguistik terapan” tidak sederhana.

4. Bagaimana paradigma dominan dalam suatu disiplin ilmu memengaruhi definisi dan pendekatan dalam bidang tersebut?

Paradigma dominan dalam suatu disiplin (misalnya paradigma struktural, generatif, komunikatif, kritikal) memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana disiplin itu didefinisikan, bagaimana pendekatannya dibangun, dan apa yang dianggap sebagai “masalah” yang relevan. Dalam konteks linguistik terapan, pengaruh paradigma dominan dapat dilihat beberapa aspek berikut:

  • Penentuan fokus masalah: Misalnya, ketika paradigma struktural linguistik (bahwa bahasa terdiri dari struktur fonologi, morfologi, sintaksis) mendominasi, maka applied linguistics awal sangat tertuju pada pengajaran bahasa asing dengan metode struktural atau behavioristik (audiolingualism). Harris (2008) mencatat bahwa pada awalnya bidang ini memang sangat terkait dengan pengajaran bahasa asing (L2) dalam tradisi Anglo-Amerika. Universidad de La Rioja+1
  • Terminologi dan status disiplin: Paradigma bahwa ilmu (science) lebih unggul daripada humanisme menjelaskan salah satu alasan munculnya istilah “applied linguistics” — sebagai cara untuk menegaskan bahwa pengajaran bahasa atau aktivitas praktis lainnya adalah “ilmiah”. Mackey (1966) menyebut bahwa istilah itu muncul karena orang ingin dikenal sebagai ilmuwan bukan humanis. Peter Lang
  • Metodologi dan akal konsep: Ketika paradigma komunikatif (communicative competence) muncul dalam 1970-an/1980-an, instrument penelitian dalam applied linguistics berubah: lebih banyak penelitian wacana (discourse analysis), interaksi sosial, kebijakan bahasa, bukan hanya pengajaran tatabahasa. Hal ini mempengaruhi definisi bidang: bukan semata “teaching foreign language” tapi “problemsolving in real world language issues”. (Harris, 2008) Universidad de La Rioja
  • Cakupan dan legitimasi bidang: Paradigma dominan juga mempengaruhi apa yang dianggap menjadi “linguistik terapan”. Bila paradigma dominan adalah pengajaran L2 di dunia AngloAmerika, maka bidang dan publikasi akan terfokus di area tersebut; bila paradigma bergeser ke kebijakan bahasa, teknologi bahasa atau forensik, maka definisi dan praktik disiplin pun meluas. Hal ini berarti bahwa paradigma dominan menentukan batas-apa yang dianggap “terapan” atau “problem bahasa nyata”.
  • Bahasa dan komunitas riset: Paradigma dominan yang berasal dari satu komunitas (misalnya Anglo-Amerika) membawa standar, bahasa publikasi, dan jaringan yang kemudian menjadi acuan global. Ini mempengaruhi siapa yang berkontribusi dan bagaimana penelitian dilihat. Karena itu, pendekatan dalam applied linguistics di negara lain kadang harus “mengadaptasi” paradigma dominan agar diterima dalam literatur internasional.

Karena itu, memahami paradigma dominan dalam disiplin adalah kunci untuk memahami bagaimana definisi linguistik terapan terbentuk, bagaimana bidang itu berkembang, dan bagaimana kita bisa memikirkan alternatif atau pluralitas paradigma dalam konteks global.

 

Penutup

Melalui pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

  1. Sejarah awal linguistik terapan menunjukkan bahwa yang pertama-pertama memegang jabatan atau kursi khusus dalam applied linguistics muncul di Inggris (seperti Widdowson) dan di AS institusi seperti CAL mulai memfasilitasi bidang tersebut.
  2. Perspektif Amerika Utara merupakan komplementer penting terhadap pandangan awal seperti yang dikemukakan oleh Strevens, karena menambahkan konteks riset, institusi, dan praktik yang lebih luas.
  3. Anekdot “anjing” (dog) dalam literatur menunjukkan betapa sulitnya mendefinisikan sebuah disiplin dan bagaimana definisi dapat bergantung pada komunitas riset dan pengakuan internal.
  4. Paradigma dominan memengaruhi definisi, fokus, metodologi, dan jaringan dalam suatu disiplin — sehingga dalam linguistik terapan kita perlu menyadari bagaimana paradigma (pengajaran L2, komunikatif, kebijakan bahasa, teknologi bahasa) telah membentuk apa yang kita anggap sebagai “linguistik terapan”.
    Bagi blog Pusat Referensi Linguistik, bab ini menyediakan pemahaman historis dan konseptual yang mendalam — yang penting agar pembaca tidak hanya memahami “apa itu linguistik terapan” tetapi juga “bagaimana dan mengapa” bidang itu berkembang sebagaimana ia terjadi.

 

Daftar Pustaka

Harris, T. (2008). Linguistics in applied linguistics: A historical overview. Journal of English Studies, 72. https://doi.org/10.18172/jes.72 (publicaciones.unirioja.es)
Strevens, P. (1977). Special-Purpose Language Learning: A Perspective. Language Teaching, 10(3), 145-163. https://doi.org/10.1017/S0261444800003402 (cambridge.org)
Thắng, N. T. (2016). Understanding applied linguistics. Dalat University Journal of Science, 6(1). https://doi.org/10.37569/DalatUniversity.6.1.30(2016) (dlu.edu.vn)
Center for Applied Linguistics. (n.d.). Our history. Retrieved from https://www.cal.org/who-we-are/our-history/ (cal.org)

Kamis, 11 Desember 2025

Implikasi dan Kritik

1. Argumen yang diajukan oleh editor untuk membantah anggapan bahwa buku mereka mencerminkan imperialisme budaya

Dalam literatur tentang publikasi linguistik dan linguistik terapan, kritik yang sering muncul adalah bahwa publikasi-berbahasa Inggris dan struktur pengetahuan yang dominan berasal dari tradisi Anglo-Amerika mencerminkan bentuk imperialisme budaya atau epistemik. Misalnya, publikasi yang menuntut “standar Inggris akademik” atau yang secara sistematis menolak manuskrip non-Anglophone dapat dianggap sebagai memperkuat hegemoni linguistik dan kultural. British Council+2Paradigm+2
Namun, para editor jurnal atau buku kadang-kala membantah anggapan ini dengan sejumlah argumen, antara lain:

  • Argumen pragmatis: Editor menyatakan bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai medium publikasi adalah pilihan yang bersifat praktis dan strategis, bukan upaya eksplisit untuk mendominasi budaya. Bahasa Inggris dipandang sebagai “lingua franca akademik” yang memungkinkan penelitian mencapai pembaca yang lebih luas dan memungkinkan pertukaran pengetahuan antar-negara secara lebih efisien. Sebagai contohnya, Strauss (2017) mencatat bahwa editor sering membenarkan standar bahasa formal Inggris sebagai alat menjaga kualitas dan keterbacaan internasional. MDPI
  • Argumen aksesibilitas: Editor mengemukakan bahwa dengan menulis dalam bahasa Inggris, hasil riset dari berbagai negara—termasuk negara non-barat—dapat diakses oleh komunitas global. Dengan demikian, publikasi berbahasa Inggris bukanlah bentuk dominasi tunggal, melainkan alat inklusif untuk memperluas jangkauan. Sebagai contoh, Hultgren (2019) menyatakan bahwa kendati tekanan terhadap penulis non-penutur asli sulit, bahasa Inggris tetap dipakai karena alasan akses global. MDPI
  • Argumen kualitas dan efisiensi: Beberapa editor berpendapat bahwa standar bahasa dan gaya dalam bahasa Inggris utama (English as a Medium of Publication) membantu menjaga standar peer review, pengindeksan, dan reputasi jurnal. Dengan demikian, pilihan bahasa Inggris dianggap sebagai bagian dari manajemen kualitas penerbitan, bukan semata-muatan budaya imperialistik.
  • Argumen diversitas progresif: Editor juga sering menunjukkan bahwa mereka menyadari tantangan linguistik dan sedang mengusahakan kebijakan untuk menerima dan mendukung penulis dari latar bahasa selain Inggris (misalnya melalui layanan editing bahasa Inggris, review bahasa, dukungan penulis non-Inggris). Sebagai contohnya, survei editor di bidang pendidikan matematika menunjukkan bahwa mereka menerima tantangan “non-dominant English language authors” dan berusaha meningkatkan inklusivitas. SpringerLink

Dengan demikian, meskipun kritik terhadap imperialisme budaya bukanlah tanpa dasar, para editor membantah bahwa buku atau jurnal mereka secara otomatis mencerminkan imperialisme, dengan menekankan aspek praktis, aksesibilitas, kualitas dan inklusi.


Linguistik Terapan Jilid Pertama - Aco Nasir | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com)


2. Mengapa menurut editor, hanya para sarjana dari Amerika Utara dan Inggris yang berkontribusi dalam volume yang mereka susun?

Ketika editor menyusun sebuah volume atau buku kolektif di bidang linguistik terapan, tidak jarang bahwa kontributor utama berasal dari Amerika Utara (AS/Kanada) dan Inggris/Raja­-Inggris. Alasan-alasan yang sering dikemukakan oleh editor di antaranya:

  • Persediaan riset dan jaringan akademik: Editor menunjukkan bahwa tradisi riset linguistik terapan yang mapan, dana riset yang cukup, akses ke penerbit berbahasa Inggris, serta jaringan akademik international cenderung terkonsentrasi di Amerika Utara dan Inggris. Akibatnya, ketika volume disusun dengan target jangkauan global, unsur kontributor dari wilayah ini lebih mudah diakses dan diundang.
  • Kemampuan berbahasa Inggris dan publikasi internasional: Kontribusi ke buku kolektif internasional biasanya memerlukan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris akademik, serta pengalaman dalam publikasi internasional. Sarjana dari Amerika Utara dan Inggris umumnya sudah terbiasa dalam konteks ini sehingga lebih mudah memenuhi kriteria.
  • Waktu dan proses penerbitan: Editor mungkin menyusun volume dengan deadline dan proses yang relatif padat, dan memilih kontributor yang diketahui kualitasnya dan keandalannya — yang sering kali berada di Amerika Utara/Inggris.
  • Kurang representasi global dan kendala lokal: Editor biasanya menyadari bahwa keterwakilan dari negara-dan-wilayah lain (Global South) kurang optimal karena kendala seperti biaya, kemampuan bahasa Inggris, pengakuan akademik, atau akses jaringan internasional. Editor kadang mengakui bahwa “hanya para sarjana dari Amerika Utara dan Inggris yang saya kenal dan dapat dihubungi dalam waktu singkat” adalah alasan praktis, bukan semata pilihan ideologis.
  • Tujuan visibilitas internasional: Editor yang ingin menjadikan volume sebagai karya dengan jangkauan internasional sering memilih kontributor yang sudah mempunyai rekam jejak publikasi internasional dalam bahasa Inggris. Hal ini karena reputasi volume akan bergantung pada nama-nama kontributor yang dikenal secara global.

Secara ringkas, editor menyatakan bahwa dominasi asal kontributor dari Amerika Utara dan Inggris lebih berasal dari faktor jaringan, bahasa, akses, dan reputasi global daripada niat imperialistik eksplisit — meskipun mereka sering mengaku bahwa pilihan ini menghadirkan tantangan keadilan representasi dan pluralitas pengetahuan.

3. Apa dampak dari kenyataan bahwa penelitian dalam linguistik terapan banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal atau dilatih di Amerika Utara dan Inggris?

Fakta bahwa banyak penelitian di bidang linguistik terapan (applied linguistics) dihasilkan oleh sarjana yang tinggal atau dilatih di Amerika Utara dan Inggris menimbulkan sejumlah implikasi penting, baik positif maupun problematik:

Dampak positif

  • Konsistensi metodologis dan terminologis: Karena tradisi akademik dan penerbitan di Amerika Utara/Inggris mapan, penelitian cenderung mengikuti standar metodologis yang diterima secara internasional, sehingga memudahkan peer review, replikasi, dan sitasi.
  • Jangkauan global: Dengan penulis yang berasal dari institusi yang “terkenal” dan publikasi dalam bahasa Inggris, penelitian tersebut mudah diakses oleh komunitas global dan memberi kontribusi pada pertumbuhan literatur internasional.

Dampak problematik

  • Epistemik monokultur dan bias metodologis: Penelitian yang dilakukan oleh sarjana dari satu konteks (Amerika Utara/Inggris) cenderung didasarkan pada asumsi, konteks sosial-budaya, dan bahasa yang khas wilayah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan generalisasi yang kurang relevan untuk konteks lain (misalnya negara non-Inggris, budaya berbeda). Sebagai Figueiredo & Martinez (2024) mencatat bahwa dominasi satu bahasa dan satu sistem akademik mensyaratkan epistemologi yang seragam dan menghambat keragaman metodologis. OUP Academic
  • Ketimpangan representasi global: Sarjana dari negara lain (Global South) yang mungkin memiliki konteks linguistik atau sosial yang relevan kurang terlihat dalam publikasi internasional, sehingga pengetahuan mereka kurang masuk ke literatur global. Hal ini dapat memperkuat posisi Amerika Utara/Inggris sebagai “produsen” pengetahuan dan negara-lain sebagai “konsumen”. Sebagai Nic Subtirelu (2016) mengamati bahwa sistem publikasi yang mendukung bahasa Inggris sebagai standar “internasional” memberi keuntungan bagi akademisi dari negara-bahasa Inggris. linguistic pulse
  • Hambatan linguistik dan akses: Peneliti dari negara non-Inggris dihadapkan pada hambatan tambahan seperti menulis dalam bahasa Inggris, pengeditan bahasa, biaya penerbitan, dan bahkan bias reviewer atau editor terhadap kualitas bahasa Inggris mereka. Hal ini terjadi meski tidak selalu dianggap sebagai “diskriminasi” oleh semua pihak. SpringerLink+1
  • Kurangnya konteks lokal dan ragam bahasa: Jika sebagian besar penelitian berasal dari konteks Anglo-Amerika, maka ragam bahasa, kebijakan bahasa, praktik bilingualisme atau multilingualisme di negara lain mendapat perhatian yang lebih sedikit atau diinterpretasikan melalui lensa Anglo-Amerika, yang mungkin kurang akurat atau kurang sensitif terhadap konteks lokal.

Karena itu, kenyataan tersebut menuntut refleksi kritis: apakah bidang linguistik terapan benar-benar global dalam hal sudut pandang, metode, dan suara penelitiannya? Atau apakah ia tetap terperangkap dalam hegemoni satu wilayah bahasa dan institusi?

4. Mengatasi ketimpangan dalam penyebaran penelitian linguistik terapan di berbagai bahasa

Untuk mengatasi ketimpangan representasi dan penyebaran penelitian linguistik terapan yang berlebihan dalam bahasa Inggris atau dari institusi Anglo-Amerika, beberapa pendekatan dan strategi telah diusulkan:

  • Memperluas akses publikasi multibahasa: Jurnal dan penerbit didorong untuk menerima artikel dalam bahasa selain Inggris, atau menyediakan terjemahan abstrak dan artikel penuh ke dalam bahasa lokal. Ini akan membuka akses bagi peneliti yang berbahasa non-Inggris dan pembaca dalam komunitas mereka. Sebagai Steigerwald (2022) mengusulkan, “translation and the promotion of multilingual science” menjadi salah satu strategi penting. OUP Academic
  • Dukungan penulis non-bahasa Inggris: Jurnal dapat menyediakan layanan editing bahasa Inggris, mentoring penulis, atau kebijakan review yang lebih sensitif terhadap variasi bahasa dan budaya. Studi editor dalam bidang matematika menunjukkan bahwa journal-terkemuka mulai menerapkan dukungan untuk “English non-dominant language authors”. SpringerLink
  • Mendiversifikasi komite editorial dan reviewer: Memasukkan editor dan reviewer dari berbagai negara, bahasa, dan tradisi penelitian akan membantu mengurangi bias institusional serta memperluas sudut pandang metodologis dan tematik.
  • Mengembangkan jurnal regional dan lokal dengan reputasi yang meningkat: Mendukung jurnal yang menggunakan bahasa lokal atau bilingual dengan pembiayaan, strategi indeksasi, dan publikasi terbuka sehingga penelitian lokal dapat menjadi bagian dari literatur global.
  • Mendorong kolaborasi internasional yang inklusif: Peneliti dari negara nonInggris dapat dilibatkan dalam proyek bersama dengan institusi Anglo-Amerika, tetapi dengan kedudukan yang setara (co-investigator, co-pengarang) dan bukan sebagai mitra subordinat.
  • Mengedukasi reviewer dan editor tentang bias linguistik dan hegemoni bahasa: Reviewer dan editor perlu dilatih agar tidak menolak karya hanya karena bahasa Inggris penulis kurang Native-like atau karena konteks lokal dianggap “kurang standar”, melainkan menilai isi penelitian secara kontekstual. Sebagai Staiman et al. (2022) menegaskan, “publishers need to examine their biases …” dalam proses penerbitan. Times Higher Education (THE)
  • Mendorong penelitian tentang bahasa-publikasi dan ekuitas linguistik: Dengan lebih banyak penelitian yang memetakan bagaimana bahasa dominan mempengaruhi penyebaran pengetahuan, maka kebijakan yang lebih adil dapat dirancang.

Melalui strategi-strategi semacam ini, ketimpangan linguistik dan representasi dapat perlahan ditekan, dan bidang linguistik terapan dapat berkembang menuju pluralitas bahasa dan tradisi penelitian yang lebih adil.

5. Solusi potensial untuk mengurangi dominasi bahasa Inggris dalam publikasi akademik di bidang linguistik terapan

Meminimalkan dominasi bahasa Inggris bukan berarti menghapus bahasa Inggris sebagai medium publikasi, melainkan menciptakan ekosistem publikasi yang lebih seimbang dan adil. Beberapa solusi potensial yang telah diusulkan meliputi:

  • Publikasi biling­gual atau multibahasa: Jurnal internasional dapat menyediakan opsi untuk artikel diterbitkan dalam bahasa Inggris dan bahasa lokal (misalnya artikel asli + versi terjemahan), atau menyediakan abstrak dan ringkasan dalam berbagai bahasa.
  • Indeksasi dan pengakuan penelitian dalam bahasa lokal: Database sitasi dan indeks internasional perlu diubah sehingga jurnal-bahasa lokal memiliki peluang pengakuan yang setara dengan jurnal berbahasa Inggris. Hal ini akan mengurangi tekanan bagi penulis untuk menulis dalam bahasa Inggris demi “pengakuan internasional”.
  • Pembiayaan dan dukungan untuk editing serta penerjemahan: Sponsor, universitas, atau penerbit dapat menyediakan dana untuk editing bahasa Inggris atau penerjemahan gratis bagi penulis dari negara non-Anglophone.
  • Mentransfer privileg bahasa ke bahasa lain: Dengan mempromosikan jurnal yang menggunakan bahasa selain Inggris sebagai bahasa utama, dan menyediakan platform komunikasi ilmiah multibahasa, maka komunitas global dapat tumbuh tanpa bergantung hanya pada bahasa Inggris. Sebagai penulis Steigerwald (2022) menyebut bahwa “a vision for a multilingual future” diperlukan. OUP Academic
  • Mengubah kriteria evaluasi publikasi akademik: Universitas dan lembaga riset dalam negara non-Inggris dapat mengubah kebijakan pengukuran kinerja (research output) agar tidak hanya melihat publikasi dalam bahasa Inggris atau jurnal bereputasi Barat saja, tetapi juga penelitian yang diterbitkan dalam bahasa lokal atau yang relevan secara kontekstual.
  • Mengedukasi komunitas akademik tentang keadilan linguistik: Konferensi, asosiasi bidang (termasuk linguistik terapan) dapat mengadakan sesi khusus mengenai “publishing multilinguality”, “linguistic hegemony in academic publishing”, dan menumbuhkan kesadaran bahwa kontribusi non-Anglophone sama pentingnya.
  • Teknologi penerjemahan & open access multibahasa: Teknologi seperti penerjemahan mesin, platform open access multibahasa, dan repositori artikel multibahasa dapat membantu memfasilitasi penyebaran penelitian dalam berbagai bahasa. Namun, perlu diingat bahwa penerjemahan saja tidak cukup jika epistemologi, metode, dan konteks lokal tidak diakui. OUP Academic+1

Jika langkah-langkah ini diimplementasikan secara sistemik — oleh penerbit, editor, institusi akademik, dan peneliti — maka dominasi bahasa Inggris dapat dikurangi secara bertahap, membuka ruang bagi pluralitas linguistik dan epistemik dalam bidang linguistik terapan.

 

Penutup

Melalui pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

  1. Editor publikasi linguistik terapan memiliki argumen yang sah untuk membantah bahwa buku atau jurnal mereka secara otomatis mencerminkan imperialisme budaya — dengan menekankan aspek pragmatis, aksesibilitas, kualitas dan inklusi.
  2. Namun, fakta bahwa banyak kontributor berasal dari Amerika Utara/Inggris juga membawa implikasi penting: bias representasi, epistemik monokultur, dan hambatan akses bagi peneliti non-Inggris.
  3. Dampak nyata dari dominasi penelitian dari wilayah Anglo-Amerika mencakup pengaruh terhadap metode, perspektif, bahasa publikasi, dan akses global—hal yang menuntut refleksi kritis dalam disiplin linguistik terapan.
  4. Untuk mengatasi ketimpangan, diperlukan strategi sistemik — seperti publikasi multibahasa, dukungan penulis non-Inggris, diversifikasi komite editorial, indeksasi terhadap jurnal lokal, dan perubahan kebijakan evaluasi akademik.
  5. Solusi-potensial telah diidentifikasi dan semakin banyak ditawarkan oleh literatur publikasi akademik, namun implementasi nyata masih memerlukan komitmen bersama dari semua pemangku kepentingan.

Bagi blog Pusat Referensi Linguistik, bab ini penting untuk menyoroti bahwa selain “apa itu linguistik terapan”, pembaca juga perlu memahami dinamika publikasi, bahasa, representasi, dan keadilan epistemik dalam bidang ini — terutama relevan bagi penelitian linguistik terapan di Indonesia atau Asia-Pasifik.

 

Daftar Pustaka

Al-Kahtany, A., & Alhamami, M. (2022). Linguistic hegemony and English in higher education. Sustainable Multilingualism, 20(1). https://doi.org/10.2478/sm-2022-0002 Paradigm+1
Burns, A. (2013, April 10). Is English a form of linguistic imperialism? British Council Voices Magazine. Retrieved from https://www.britishcouncil.org/voices-magazine/english-form-linguistic-imperialism British Council
Hultgren, A. K. (2019). English as the language for academic publication: On equity, disadvantage and ‘non-nativeness’ as a red herring. Publications, 7(2), 31. https://doi.org/10.3390/publications7020031 MDPI
Steigerwald, E. (2022). Overcoming language barriers in academia: Machine translation tools and a vision for a multilingual future. BioScience, 72(10), 988-6653151. https://academic.oup.com/bioscience/article/72/10/988/6653151 OUP Academic
Strauss, P. (2017). “It’s not the way we use English” – can we resist the native speaker stranglehold on academic publications? Publications, 5(4), 27. https://doi.org/10.3390/publications5040027 MDPI
Staiman, A., Petray, M. J., & Clements, G. (2022, February 7). We must end linguistic discrimination in academic publishing. Times Higher Education. Retrieved from https://www.timeshighereducation.com/blog/we-must-end-linguistic-discrimination-academic-publishing Times Higher Education (THE)

Rabu, 10 Desember 2025

Publikasi dan Hegemoni Bahasa Inggris

1. Alasan Sebagian Besar Publikasi dalam Bidang Linguistik Terapan Diterbitkan dalam Bahasa Inggris

Beberapa alasan utama mengapa hampir mayoritas publikasi di bidang Linguistik Terapan (applied linguistics) diterbitkan dalam bahasa Inggris antara lain:

  • Bahasa Inggris telah menjadi lingua franca akademik internasional, yang memungkinkan penyebaran riset ke audiens global. Sebagai bahasa yang paling banyak digunakan dalam publikasi ilmiah, publikasi dalam bahasa Inggris cenderung memperoleh jangkauan yang lebih luas. Misalnya, studi menunjukkan bahwa artikel yang diterbitkan dalam bahasa Inggris cenderung memperoleh sitasi lebih banyak dibandingkan yang diterbitkan dalam bahasa lain. PMC+1
  • Banyak jurnal bereputasi (high-impact) yang hanya menerima artikel dalam bahasa Inggris. Hal ini mendorong para peneliti, termasuk dari negara non-berbahasa Inggris, untuk menulis dalam bahasa Inggris agar dapat diterbitkan di jurnal yang lebih berpengaruh. (Hamel, 2007 dalam Hamel 2007 / Hamel 2013) dilaporkan bahwa >90 % publikasi internasional dalam sains ditulis dalam bahasa Inggris. Benjamins+1
  • Persepsi bahwa publikasi dalam bahasa Inggris akan meningkatkan visibilitas, reputasi, dan dampak akademik (impact) bagi peneliti dan institusinya. Sebagai contoh, penelitian tentang pilihan bahasa publikasi peneliti Tiongkok menunjukkan bahwa peneliti merasa bahwa menulis dalam bahasa Inggris akan meningkatkan reputasi karya mereka. PubMed
  • Infrastruktur penerbitan (misalnya penerbit besar, indeksasi, database sitasi) dan tuntutan evaluasi riset (seperti kriteria publikasi internasional) sering mengutamakan bahasa Inggris. Ini memunculkan efek pemilihan bahasa yang sistemik. PMC+1

Dengan demikian, kombinasi faktor ekonomi-institusional, reputasi akademik, infrastruktur penerbitan, dan tekanan global membuat bahasa Inggris mendominasi publikasi dalam bidang linguistik terapan.

2. Pengaruh Dominasi Bahasa Inggris terhadap Perkembangan dan Penyebaran Penelitian Linguistik Terapan

Dominasi bahasa Inggris dalam publikasi penelitian linguistik terapan membawa dampak-beragam, baik positif maupun negatif, terhadap perkembangan disiplin tersebut:

Pengaruh positif

  • Memungkinkan pertukaran pengetahuan secara global: Dengan banyak penelitian tersedia dalam bahasa Inggris, peneliti dari berbagai negara dapat mengakses dan merujuk satu sama lain, mempercepat pertumbuhan bidang.
  • Memfasilitasi kolaborasi internasional dan standar metodologis yang lebih terhubung: Bahasa yang sama (Inggris) mempermudah kolaborasi antarnegara dan memunculkan konferensi, jurnal, dan asosiasi internasional dengan satu “kata kerja” yang sama.
  • Mendorong pengembangan terminologi dan kerangka teoritik yang dapat dibagikan secara internasional.
  • Linguistik Terapan Jilid Pertama - Aco Nasir | CV. Cemerlang Publishing (cvcemerlangpublishing.com)

Pengaruh negatif dan kritik

  • Marginalisasi bahasa non-Inggris: Bahasa lain menjadi kurang terlihat dalam literatur internasional, yang dapat menghambat penyebaran riset lokal atau dalam konteks bahasa lain. Misalnya, Mos & Akoev (2019) menunjukkan bahwa publikasi dalam bahasa selain Inggris kurang terlihat dalam indeks sitasi global. arXiv
  • Ketimpangan akses bagi peneliti non-penutur asli bahasa Inggris: Peneliti yang berkarya dalam bahasa lain menghadapi hambatan tambahan untuk diterbitkan dalam bahasa Inggris—yang memerlukan waktu, biaya, atau dukungan editing – sehingga potensi kontribusi mereka terkikis. PMC+1
  • Hegemoni epistemik dan imperialisme bahasa: Dominasi bahasa Inggris dapat memperkuat posisi teori dan metodologi dari tradisi Anglo-Amerika/Barat dan mengurangi ruang bagi perspektif lokal atau non-Barat. Sebagai contoh, Zeng & Yang (2024) mengulas hegemoni bahasa Inggris dalam konteks globalisasi. IDEAS/RePEc
  • Disparitas sitasi: Studi menunjukkan bahwa artikel dalam bahasa Inggris memperoleh sitasi lebih tinggi dibanding yang diterbitkan dalam bahasa lain, menimbulkan tekanan bagi peneliti untuk “menulis dalam bahasa Inggris” agar diakui. PMC+1

Secara keseluruhan, dominasi bahasa Inggris memberi keuntungan akses dan jangkauan, tetapi juga menciptakan tantangan keadilan epistemik dan hambatan bahasa yang nyata dalam penelitian linguistik terapan.

3. Contoh Publikasi Akademik yang Menunjukkan Dominasi Bahasa Inggris dalam Linguistik Terapan

Beberapa contoh nyata yang menunjukkan bagaimana bahasa Inggris mendominasi publikasi dalam bidang linguistik terapan antara lain:

  • Jurnal Applied Linguistics yang diterbitkan oleh Oxford University Press sejak 1980. Jurnal ini sebagai salah satu papan atas dalam bidang linguistik terapan—dan seperti banyak jurnal papan atas lainnya, kapabilitas publikasi dalam bahasa Inggris sangat tinggi. Wikipedia
  • Artikel “Publish (in English) or perish: The effect on citation rate of using languages other than English in scientific publications” oleh Di Bitetti & Ferreras (2016) yang tidak khusus pada linguistik terapan tetapi pada publikasi ilmiah secara luas, menunjukkan bahwa artikel dalam bahasa Inggris memiliki jumlah sitasi lebih banyak dibandingkan artikel dalam bahasa lain. PMC
  • Buku English as a Lingua Franca: Attitude and Identity oleh Jennifer Jenkins (2007) mengangkat bagaimana bahasa Inggris diposisikan sebagai medium utama komunikasi akademik dan praktik bahasa internasional. Goodreads+1
  • Artikel-konferensi “A Study of Applied Linguistics and Its Historical Implications: English Dominance” (Li et al., 2024) yang secara eksplisit meneliti dominasi bahasa Inggris dalam linguistik terapan. Atlantis Press

Contoh-contoh tersebut memberikan gambaran bahwa untuk bidang linguistik terapan, bahasa Inggris seringkali menjadi “tonggak” publikasi, dan ini berimplikasi terhadap bagaimana riset disusun, disebarkan, dan dikutip.

4. Apa Sikap Para Editor terhadap Dominasi Bahasa Inggris dalam Publikasi Ilmiah?

Para editor jurnal ilmiah memiliki beragam sikap terhadap dominasi bahasa Inggris—mulai dari adaptasi hingga kritisisme—yang tercermin dalam kebijakan jurnal dan pandangan internal:

  • Sebagian editor mengakui bahwa dominasi bahasa Inggris adalah kenyataan pragmatis: bahwa publikasi dalam bahasa Inggris memberikan peluang visibilitas global dan sitasi yang lebih besar, serta memperkuat reputasi jurnal secara internasional. Sebagai contoh, Strauss (2017) mencatat bahwa satu pendekatan pragmatis adalah membantu penulis non-penutur asli Inggris untuk “menguasai” variasi bahasa Inggris yang diterima dalam jurnal prestisius. MDPI
  • Namun, banyak editor juga menyadari bahwa dominasi bahasa Inggris membawa ketidakadilan linguistik. Studi terhadap kebijakan 736 jurnal menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil yang menyatakan bahwa manuskrip tidak akan ditolak hanya karena kualitas bahasa Inggris — menunjukkan bahwa editor masih sering memandang bahasa Inggris sebagai filter kualitas. PMC
  • Beberapa editor mengusulkan atau mempraktikkan kebijakan inklusif: misalnya memberikan layanan editing bahasa Inggris, menerima abstrak atau artikel dalam bahasa lokal selain Inggris, atau menginstruksikan reviewer untuk menilai isi bukan aspek bahasa secara berlebihan. Studi dari Educational Studies in Mathematics menemukan bahwa jurnal-terkenal memberi dukungan kepada penulis dengan bahasa bukan Inggris. SpringerLink
  • Sikap editor sering diwarnai oleh tension antara keinginan untuk reputasi dan dampak internasional (yang seringkali berarti bahasa Inggris) dengan tanggung jawab untuk memperluas akses dan diversitas linguistik. Editors sering berada di persimpangan antara globalisasi akademik dan pluralitas kebahasaan.

Secara ringkas, para editor menerima dominasi bahasa Inggris sebagai realitas operasional, namun juga bergulat dengan implikasi etis dan praktisnya.

5. Mengapa Editor Merasa Perlu untuk Tetap Mempertahankan Publikasi dalam Bahasa Inggris Meskipun Menyadari Dampak Hegemoninya?

Beberapa alasan mengapa editor—meskipun sadar akan dampak hegemoninya—memilih tetap mempertahankan atau bahkan menegaskan penggunaan bahasa Inggris sebagai medium publikasi adalah sebagai berikut:

  • Visibilitas dan reputasi jurnal: Jurnal yang menggunakan bahasa Inggris cenderung memiliki audiens global, indeksasi internasional yang lebih baik, dan sitasi yang lebih banyak, yang pada gilirannya memperkuat reputasi jurnal. Editor memahami bahwa tanpa bahasa Inggris, peluang untuk mencapai status “internasional” akan terbatas.
  • Standar dan infrastruktur internasional: Banyak database, indeks sitasi, dan konsorsium penerbit mengutamakan bahasa Inggris; untuk bersaing dalam ekosistem tersebut, jurnal mungkin merasa wajib memakai bahasa Inggris. Hamel (2007) menyebut bahwa bahasa Inggris telah menjadi “bahasa sains” de facto. Benjamins+1
  • Permintaan dari penulis dan institusi: Banyak peneliti dari negara non-bahasa Inggris memilih menulis dalam bahasa Inggris karena mereka ingin akses ke publikasi internasional dan pengakuan. Editor menghadapi tekanan ini sebagai realitas pasar publikasi. (Studi Di Bitetti & Ferreras, 2016) PMC
  • Kemudahan komunikasi global: Bahasa Inggris memungkinkan reviewer, penulis, pembaca dari berbagai negara untuk menggunakan satu bahasa bersama—menyederhanakan proses peer review, editorial, dan distribusi.
  • Keterbatasan sumber daya untuk terjemahan atau multibahasa: Jurnal yang menerima banyak bahasa lokal harus menyediakan sumber daya untuk editing, terjemahan, dan manajemen multibahasa—yang seringkali mahal. Untuk efisiensi operasional, banyak editor memilih tetap pada bahasa Inggris.

Dengan demikian, meskipun editor menyadari bahwa dominasi bahasa Inggris membawa tantangan keadilan dan diversitas, tekanan institusional, pasar publikasi, dan logika visibilitas global membuat penggunaan bahasa Inggris tetap menjadi pilihan dominan dalam praktik publikasi akademik.

 

Penutup

Melalui pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

  1. Bahasa Inggris telah mendominasi publikasi dalam bidang linguistik terapan dan umum disebut sebagai medium utama pertukaran ilmiah global.
  2. Dominasi ini memengaruhi perkembangan riset, kolaborasi, dan akses publikasi, namun juga membawa tantangan dalam hal keadilan linguistik dan representasi non-Anglo.
  3. Editor jurnal memainkan peran penting—mereka berada di antara kebutuhan visibilitas internasional dan tanggung jawab untuk inklusivitas—dan meskipun menyadari dampak hegemoninya, mereka memilih bahasa Inggris karena alasan pragmatis.
  4. Bagi blog Pusat Referensi Linguistik, pemahaman tentang bagaimana bahasa Inggris mendominasi publikasi adalah penting untuk memahami dinamika riset linguistik terapan dalam konteks Indonesia dan global—termasuk implikasi bagi peneliti non-berbahasa Inggris.

 

Daftar Pustaka

Di Bitetti, M. S., & Ferreras, J. A. (2016). Publish (in English) or perish: The effect on citation rate of using languages other than English in scientific publications. AMBIO, 46(1), 121-127. https://doi.org/10.1007/s13280-016-0820-7 PMC
Hamel, R. E. (2007). The dominance of English in the international scientific periodical literature and the future of language use in science. AILA Review, 20, 53-71. Benjamins
Mos K., & Akoev, M. (2019). Non-English language publications in citation indexes - quantity and quality. arXiv. https://arxiv.org/abs/1907.06499 arXiv
Strauss, P. (2017). “It’s not the way we use English”—Can we resist the native speaker stranglehold on academic publications? Publications, 5(4), 27. https://doi.org/10.3390/publications5040027 MDPI
Widdowson, H. G. (2005). Text, context, pretext: Critical issues in discourse analysis. Blackwell. (Menyinggung ELF dan akademik Inggris) Wikipedia
Zeng, J., & Yang, J. (2024). English language hegemony: retrospect and prospect. Humanities and Social Sciences Communications, 11(1), 1-9. https://doi.org/10.1057/s41599-024-02821-z IDEAS/RePEc

Sejarah dan Perkembangan Linguistik Terapan

1. Akademisi pertama di Amerika Serikat dan Inggris yang menyandang gelar profesor linguistik terapan Dalam sejarah awal disiplin linguist...